UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
instalasi farmasi, serta paraf petugas, diberikan tandastiker high alert pada kemasan untuk pencampuran dan diberikan stiker high alert pada tempat
penyimpanan. a. Pada point penilaian pertama yaitu lembaran penerimaan infus
konsentrasi tinggi harus memuat tanggal pengeluaran, nama pasien, instalasi farmasi dan paraf petugas didapat nilai 100. Hal ini dapat
diamati dari kartu indeks pasien yang memuat pemberian obat intravena pada pasien. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 80-100
menyatakan bahwa standar terpenuhi. b. Pada point penilaian kedua yaitu diberikan tandastiker high alert pada
kemasan untuk pencampuran didapatkan nilai 73,3. mendapatkan skor 5 20-79 menunjukkan bahwa standar tidak dilaksanakan secara
penuh atau hanya tercapai sebagian. c. Pada point penilaian ketiga yaitu diberikan stiker high alert pada
tempat penyimpanan mendapatkan nilai 0. Persentase tersebut dapat diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasikebijakan tidak terlaksana.
Lemari penyimpanan obat ruang High Care Unit 3 selatan berdasarkan nama pasien tetapi tempat penyimpanan KCL premix tidak dipisahkan
dan nampak tidak rapi obat satu dengan yang lain saling tertumpuk dan sampah plastik premix KCL dan etiket biru pasien lama tidak dibuang.
Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi dengan memberikan sekat pada setiap lemari penyimpanan masing-masing pasien.
4.4.3. Penilaian Standar Variabel Penelitian Pemberian di High Care Unit 3
Selatan
Variabel penelitian pemberian secara keseluruhan bernilai 88,9 Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 80-100 menyatakan bahwa standar
terpenuhi. Observasi meliputi pemberian larutan KCL pekat menggunakan pompa infus infus, dilakukan double check sebelum kalium klorida pekat digunakan
dengan point indentitas pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi obat, rute pemberian obat, kecepatan pemberian maksimum larutan KCL premix 100
mljam, pencatatan dokumentasi penerimaan obat high alert.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 12. Hasil Penilaian Variabel Pemberian KCL Pekat di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati
Variabel Penelitian
Point Penilaian Ya
Tidak TA
Skor Pemberian
Pemberian larutan KCL pekat menggunakan pompa infus
infus 30
30 100
Dilakukan double
check sebelum kalium klorida pekat
digunakan. 30
30
Dengan point-point sebagai berikut :
30 30
100
Identitas pasien 30
30 100
Nama obat 30
30 100
Dosis obat 30
30 100
Waktu dan frekuensi obat 30
30 100
Rute pemberian obat 30
Kecepatan pemberian
maksimum larutan KCL premix 100 mljam
30 30
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pencatatan dokumentasi
penerimaan obat high alert : a
Bila pasien sadar, paraf pasien.
b Bila pasien tidak sadar
maka keluarga pasien c
Bila pasien terlantar maka paraf perawat
ruangan. 30
30 100
Penilaian Skala Gutmann 240 30
240 88,9
Persentase kesesuaian dengan standar 240270 x 100 = 88,9
Persentase tidak sesuai dengan standar 30270 x 100 = 11,1
TA : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian Hanya pada point rute pemberian obat yang tidak didokumentasikan
dalam kartu indeks pasien sehingga pasien hanya dapat diamati secara langsung rute pemberiannya. Pemberian KCL pekat menggunakan infus atau pompa infus
seharusnya menggunakan pompa infus namun karena ketersediaan alat maka digunakan infus untuk mengatasinya maka pasien pengguna larutan elektrolit
selalu dipantau kecepatan pemberiannya oleh perawat penjaga.
5.5. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida Pekat di Gudang Farmasi,Depo Farmasi Teratai,
High Care Unit 3 Selatan
Grafik 1. Perbandingan Persentase Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Pada Objek Penelitian
20 40
60 80
100
GUDANG FARMASI
DEPO FARMASI
TERATAI HIGH CARE
UNIT ADMINSITRASI
PENYIAPAN PENANDAAN
PENYIMPANAN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada grafik 1 menunjukkan persentase variabel penelitian penyimpanan termasuk kategori skor 5 satndar terpenuhi sebagian adalah gudang farmasi dan
high care unit 3 selatan. Hal tersebut didasarkan bahwa gudang farmasi
melakukan dokumentasi pengontrolan obat meliputi rekapan penerimaan dan pengeluaran kalium klorida pekat tidak berkala dan high care unit 3 selatan yaitu
pemberian stiker high alert pada kemasan premix KCL 73,3 dan tidak adanya stiker high alert pada tempat penyimpanan obat.
Pada variabel penelitian penandaan ketiga objek penelitian tidak melaksanakan kebijakan secara penuh. high care unit 3 selatan 57,8
didapatkan bahwa tidak terdapat stiker high alert pada tempat penyimpanan serta stiker pada kemasan untuk pencampuran, baik depo farmasi teratai 74,4
maupun gudang farmasi 75 tidak memberikan stiker high alert pada pada kemasan kalium klorida 25 mEq yang seharusnya merupakan tanggung jawab
bersama antara petugas farmasi di depo dan gudang, seyogyanya petugas baik farmasis yang berada di depo farmasi teratai maupun petugas perawat lebih
memperhatikan kembali kebijakan RSUP. fatmawati mengenai penyimpanan obat high alert
salah satunya kalium klorida pekat yang menyatakan bahwa pemberian penanda khusus stiker high alert oleh petugas farmasi di gudang atau di depo
farmasi, diberikan pada kemasan fisik vialampulsyringeflesh obat high alert.
RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen : HK.03.05II.116252012 025 FAR.
Pelabelan expired date pada kemasan premix KCL penting untuk diperhatikan walaupun pada checklist peneliti tidak dicantumkan. Hal ini menjadi
perhatian bagi peneliti bahwa pelabelan bukan hanya stiker high alert, identitas pasien, dosis, jumlah obat serta waktu kadaluarsa harus memuat waktu dan
tanggal misalnya 72 jam setelah proses pembuatan JCAHO,1998 ataupun menurut sumber lain stabilitas premix KCL selama 24 jam dalam cairan infus
yang kompatibel MIMS online,2007. Hal ini masih tampak bahwa petugas farmasi maupun perawat tidak memperhatikan waktu kadaluarsa sediaan farmasi
premix KCL karena sering ditemukan pemix KCL yang sudah lebih dari 24 jam
hingga 72 jam berjumlah 14 kali temuan selama 30 hari 46,7.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada variabel penelitian penyiapan yang hanya dilakukan depo farmasi teratai sudah memenuhi standar 81,8 dengan memperhitungkan konsentrasi
kalium klorida yang digunakan, pengenceran kalium klorida pekat dengan menggunakan NaCL atau saline serta konsentrasi kalium minimum dengan
perbandingan 1 :10. Pada variabel penelitian pemberian yang dilakukan di High Care Unit 3
Selatan sudah memenuhi standar 88,9 namun penting untuk diperhatikan bahwa rute pemberian obat tidak tercantum pada kartu indeks obat pasien
sebaiknya petugas menuliskannya. Hal ini berguna agar pemberian KCL pekat dalam bentuk premix dinilai sudah tepat atau tidak sehingga meningkatkan
keamanan pemakaian elektrolit kalium klorida dalam bentuk premix tidak terjadi phlebitis
pada pasien seperti halnya tercantum pada kebijakan RSUP. Fatmawati bahwa KCL 7,46 injeksi konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 mEq = 1 ml
harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml KCL : 10 ml pelarut WIFINaCL 0,9. Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10
mEq100 ml. Pemberian KCL injeksi melalui perifer diberikan secara perlahan- lahan dengan kecepatan infus 10 mEqjam atau 10 mEq KCL dalam 100 ml
pelarutjam. Pemberian obat KCL melalui central line vena sentral, konsentrasi maksimum adalah 20 mEqjam atau 20 mEq KCL dalam 100 ml
pelarutjamNomor Dokumen HK.03.05II.116492012025FAR. Kelajuan maksimum tercatat pada kartu indeks pasien tidak melebihi 100
mljam sehingga sudah memenuhi standar yang ada. Didukung dengan adanya data hasil laboratorium yang menjelaskan kadar K+ dan Cl- dalam darah dengan
metode ISE Ion Selektif Elektroda sudah sesuai dengan salah satu pelaksanaan pemberian obat high alert kepada pasien dengan verifikasi tujuh benar oleh DPJP
atau perawat inap di ruangan yaitu benar pasien Kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor dokumen HK.03.05II.116492012 025 FAR. Pemeriksaan kadar
kalium dan klorida dengan metode ion selektif eletroda adalah yang paling sering digunakan. Data dari Colledge of American Pathologists CAP pada 5.400
laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium lebih dari 99 menggunakan metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari 1,5, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu yang baikKlutts J.S. and Scott M.G,2006.
Tabel 13. Hasil Penilaian Medication Error Yang Terjadi di RSUP.Fatmawati
Variabel Penelitian
Indikator medication
error Ya
Tidak TA
Persentase
Penyimpanan KCL pekat 1
29 3,33
KCL premix expired date
14 26
46,67
Penggunaan KCL premix
expired date 1
29 3,33
Medication error penggunaan KCL premix melebihi waktu kadaluarsa
ditemukan pada satu orang pasien 3,33 dapat terjadi karena kurangnya informasi mengenai stabilitas larutan infus KCL premix bagi petugas depo farmasi
atau perawat mengenai waktu kadaluarsa KCL premix dan satu kali temuan terdapat KCL pekat didalam lemari penyimpanan.
Menurut ISMP medication safety alert dijelaskan bahwa banyak rumah sakit di Kanada mengambil upaya serius untuk menghilangkan injeksi kalium
klorida pekat KCL dari keperawatan Obat Unit Floorstock sehingga meningkatkan kesadaran bahwa ketersediaan KCL pekat di Unit Perawatan
merupakan salah satu “akar penyebab” kesalahan yang terjadi yaitu mengira KCL pekat untuk saline normal atau air steril atau furosemid yang dapat menyebabkan
sentinel event dan telah dilaporkan sebelumnya sehingga rumah sakit di Amerika
Serikat telah mengambil inisiatif untuk menghapus KCL pekat dari ruang perawatan pasien ISMP 1998.
Medication error tersebut dapat diatasi dengan cara petugas kesehatan
membuat suatu brosur mengenai penggunaan kalium klorida pada pasien serta lebih memperhatikan waktu kadaluarsa pada penyimpanan KCL premix sehingga
tidak membahayakan keselamatan pasien. Hal ini dipertegas dalam keputusan direktur utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tentang pemberlakuan
pedoman sistem pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi bahwa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
informasi obat yang obyektif dan dapat dipercaya disediakan dalam bentuk leaflate
dan brosure yang dibuat oleh instalasi farmasi RSUP. Fatmawati secara berkala dan didistribusikan ke seluruh satuan kerja satker yang membutuhkan
HK.03.05II.126072012 serta
pentingnya petugas
kesehatan lebih
memperhatikan kembali pengelolaan kalium klorida pekat khususnya dalam hal penyimpanan sehingga medication error dapat diminimalisir.
5.6. Keterbatasan Penelitian