Tindak tutur yang berkategori memohon terdapat pada tuturan Keenan kepada mitra reaksi tuturnya, yakni ibunya. Keenan memohon kepada ibunya tentang sesuatu hal
bahwa keberadaannya sekarang tidak boleh ada yang mengetahuinya. Tuturan tersebut
berupa tolong jangan bilang siapa-siapa saya ada di Ubud merupakan penanda lingual
yang dapat dikategorikan sebagai tindak tutur direktif memohon . Tindakan Keenan yang meminta kepada ibunya agar tidak memberitahukan keberadaanya membuat ibunya
sebagai mitra reaksi tutur melaksanakan permintaan yang dituturkan Keenan. Oleh karena itu, tuturan tersebut dikategorikan sebagai tindak tutur memohon.
4.2.4 Berkategori Mempersilakan 35.
Bentuk tuturan :
“Aku punya peti kuno,dikasih sama Karel, abangku. Bentuknya kayak peti harta karun yang ada di komik-komik. Karel bilang, peti itu diambil dari perahu karam, dan isisnya
gulungan-gulungan naskah sejarah yang jadi hancur karena terendam air laut. Aku senang sekali dapat peti itu, dan aku bertekad untuk mengisinya ulang dengan naskah-naskah
dongeng buatanku, supaya peti itu kembali berisikan sesuatu. Aku menulis dengan super semangat. Bertahun-tahun. Dan jadilah bundel itu. Silakan kamu baca-baca. Kamu bisa
kembalikan kapan pun kamu mau.” 38PK
Konteks tuturan:
Percakapan di atas terjadi antara Keenan dan Kugy. Kugy memberikan bundel tebal berukuran A-4 yang dijilid ring logam. Di sampul depanya tertulis: ”Kumpulan
Dongeng Dari Peti Ajaib-Oleh : Kugy Karmachameleon”. Kugy mempersilakan Keenan untuk meminjam buku yang berisikan kumpulan cerita dongeng tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tindak tutur asertif yang berkategori mempersilakan dalam data di atas dituturkan oleh Kugy kepada Keenan yang berlatar di kamar Kugy. Kugy menuturkan untuk
mempersilakan Keenan membaca kumpulan cerita dongeng yang disusun oleh Kugy.
Tuturan silakan kamu baca-baca dalam data di atas merupakan penanda lingual sebagai
tuturan direktif yang berkategori mempersilakan.
36. Bentuk tuturan :
“Ada agenda apa lagi, ya? Kita harus ke mana lagi sekarang? tanya ayah Keenan pada Wanda.
“Mmm.. nggak ada apa-apa lagi Om. Silakan saja lihat-lihat. Mungkin Om dan Tante mau minum? Kita ada teh, wine..”
“Maaf, saya nggak bisa terlalu lama,”ujar ayah Keenan lagi,”Lena, lima belas menit lagi kita jalan, ya?” 111PK
Konteks tuturan :
Percakapan di atas terjadi antara ayah Keenan dan Wanda. Ayah Keenan sebagai penutur pertama menanyakan tentang acara pameran lukisan yang berada di galerinya.
Pameran lukisan itu banyak memamerkan karya Keenan sehingga semua keluarga Keenan hadir dalam acara pameran lukisan di galeri Wanda. Wanda mempersilakan ayah
dan ibu Keenan untuk melihat-lihat beberapa lukisan yang ada di galeri selain lukisan anaknya. Tuturan yang diucapkan menggunakan tuturan yang biasa, yakni beragam tak
resmi. Tindak tutur direktif yang berkategori mempersilakan terdapat dalam percakapan
ayah Keenan dan Wanda. Sebagai penutur pertama, yakni ayah Keenan menanyakan tentang kegiatan yang selanjutnya akan berlangsung pada pameran lukisan kepada
Universitas Sumatera Utara
wanda. Wanda menjawabnya dan mempersilakan ayah dan ibu Keenan untuk melihat- lihat beberapa lukisan yang terdapat di galeri milikinya. Pameran lukisan tersebut
memamerkan beberapa karya Keenan, anaknya dan beberapa lukisan lain dari pelukis yang berbeda.
Tuturan wanda yang mengatakan silakan saja lihat-lihat merupakan penanda
lingual tuturan direktif yang berkategori mempersilakan. Tuturan tersebut menandakan bahwa sebagai penutur kedua Wanda mempersilakan kepada kedua orang tua Keenan
untuk melihat-lihat lukisan yang sedang dipamerkan. Dengan menuturkan hal yang dikategorikan sebagai tindak tutur direktif mempersilakan membuat ayah Keenan sebagai
mitra reaksi tutur merespon ucapan wanda. Ia mengatakan bahwa dia tidak akan berlama- lama di dalam galeri tersebut. Oleh karena itu, tuturan yang diucapkan oleh Wanda
dikategorikan sebagai tindak tutur direktif mempersilakan.
4.2.5 Berkategori Menyuruh 37.