Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode Sudaryanto, 1993: 9. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Metode simak yaitu menyimak tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mitra tutur yang ada dalam novel Perahu Kertas. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik bebas libat cakap dan teknik catat. Yang dimaksud dengan teknik bebas libat cakap yaitu penulis tidak terlibat langsung dalam tuturan, tetapi penulis hanya sebagai pemerhati, mendengarkan apa yang dikatakan bukan apa yang dibicarakan Sudaryanto, 1993: 134. Jadi yang diperhatikan oleh penulis bukan isi pembicaraan, melainkan tuturan atau perkataan yang digunakan. Setelah data dikumpulkan melalui teknik simak bebas libat cakap maka langkah selanjutnya adalah mentranskripsikan data melalui teknik catat. Hal ini, penulis melakukan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat penggalan percakapan dalam novel Perahu Kertas yang mengandung tindak tutur asertif dan direktif.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperoleh dengan mengumpulkan data tersebut sesuai dengan metode dan teknik maka peneliti menganalisis data tersebut. Analisis data merupakan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengategorikannya Moloeng, 1998: 103. Dengan melakukan teknik analisis data ini, maka dapat dilihat jawaban dari masalah yang hendak diteliti. Metode yang digunakan peneliti dalam analisis data ini ialah menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud Universitas Sumatera Utara untuk memahami fenomena-fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa Moloeng, 1998:3. Istilah deskriptif maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka Moloeng, 1998: 6. Dalam hal ini, peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data- data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam novel Perahu Kertas. Dengan demikian, hasil teknik analisis datanya ialah berbentuk deskripsi tindak tutur asertif dan direktif dalam novel Perahu Kertas. Bentuk tindak tutur asertif : Bentuk Tuturan : “Mungkin ini saja yang sebaiknya kamu bawa, vent,” oma menyerahkan dua buah buku bertuliskan 2500 latihan soal UMPTN,”supaya jij bisa belajar di peasawat 3PK Konteks tuturan : Bentuk tuturan di atas merupakan tuturan yang terjadi antara Oma nenek Keenan sebagai penutur dan Keenan sebagai mitra reaksi tuturnya, Oma menyarankan agar Keenan membawa buku yang diberikan oleh Oma. Data yang terdapat dalam bentuk tuturan tersebut merupakan tuturan langsung yang dituturkan oleh oma sebagai penutur kepada Keenan sebagai mitra reaksi tuturannya. Data tersebut mengandung tuturan langsung yang menyarankan dengan mengajukan sebuah benda secara fakta kepada Keenan. Data tersebut adalah termasuk tindak tutur asertif. Bentuk dari tindak tutur asertif dari data tersebut ialah menyarankan yang mengandung informasi, yakni menyarankan untuk membaca buku. Universitas Sumatera Utara Bentuk tindak tutur direktif : Bentuk tuturan : “Santailah sedikit, bu Noni. Legalisasi STTB ke sekolah aja gua belum sempat”6PK Konteks tuturan : Bentuk tuturan yang terdapat pada kalimat di atas merupakan pernyataan Kuggy yang menasihati temannya Noni, sekaligus juga bercanda. Dari data yang terdapat pada bentuk tuturan di atas, tuturan langsung yang diucapkan oleh Kugy yakni “santailah sedikit, bu Noni” merupakan bentuk tuturan langsung secara direktif. Bentuk tuturan tersebut ialah pemberian saran yang menasihati kepada lawan tuturnya yakni Noni yang ditandai dengan kata santailah sedikit. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Tindak Tutur Asertif dalam Novel Perahu Kertas

Bentuk tindak tutur asertif merupakan bentuk tindak tutur yang pertama yang dikategorikan oleh Austin dalam pengelompokan tindak tutur ilokusi. Sependapat itu juga, Searle dalam Oka, 1993: 397 mengelompokkan tindak tutur ilokusi dengan menempatkan tindak tutur asertif pada urutan pertama, tindak tutur asertif tersebut diungkapkan bahwa adanya keterkaitan antara penutur dengan mitra tutur yang mengacu pada sebuah tindakan yang menuntut adanya sebuah kebenaran. Selain itu, seorang penutur juga dituntut memiliki tanggung jawab terhadap kesatuan hubungan anatara kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi. Kategori yang dapat diuraikan dari bentuk tindak tutur asertif, yaitu menyatakan, memberitahukan, menyimpulkan, membanggakan, dan mengeluh.

4.1.1 Berkategori Memberitahukan atau Melaporkan 1.

Bentuk tututran : “Panggilan utnuk Keenan penumpang KA Parahyangan dari Jakarta, sekali lagi, saudara Keenan, sepupu dari Eko Kurniawan, ditunggu oleh saudara Eko yang ciri-cirinya sebagai berikut : rambut cepak berjambul Tintin, tinggi 175 cm,kulit cokelat sedang, mata besar bulu mata lentik, pakai kaus Limpbizikit, ditemani oleh dua cewek cakep.” Kuggy melaporkan 23PK Konteks tuturan : Situasi tuturan di atas terjadi di stasiun kereta api. Kuggy, Eko, dan Noni bingung menemukan Keenan sebab Eko selaku sahabat dan sepupunya sendiri saja pun merasa bingung. Kuggy langsung mengambil inisiatif, yakni mengambil microphone yang terdapat Universitas Sumatera Utara