Asertif atau Representatif Direktif Komisif Ekspresif Deklaratif Tinjauan Pustaka

1 Tindak lokusi Tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Bila diamati secara seksama konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari dua unsur, yakni subyektopik dan predikat. 2 Tindak ilokusi Sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasi sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi dan sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur. 3 Tindak perlokusi Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengaturannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Secara khusus Searle dalam Tarigan, 1990: 46 mengembangkan tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori, yakni tindak tutur asertif atau representatif, direktif, komisif, dan deklarasi.

a. Asertif atau Representatif

Melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Semua yang terlibat dalam tindak tutur asrtif dapat dinilai pada penilaian yang menggunakan asas “benar” dan “salah”. Jadi, Searle mengemukakan tindak tutur asertif ini dengan tuturan yang diyakini benar oleh penutur dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai fakta dan kenyataanya seperti menyatakan, memberitahu atau melaporkan, menuntut, melaporkan, membanggakan,mengeluh, menuntut. Universitas Sumatera Utara

b. Direktif

Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penututr untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran.

c. Komisif

Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, dan penolakan.

d. Ekspresif

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur dengan cara mengekspresikan. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kebencian, kesenangan atau kesengsaran .

e. Deklaratif

Deklarasi adalah ilokusi apabila performasinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposional dengan realitas, seperti menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membabtis, memberi nama, menamai, memvonis, menunjuk, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

2.3 Tinjauan Pustaka

Alwi 2005: 1198 mengatakan bahwa tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari sedangkan pustaka adalah kitab, buku, buku primbon Alwi, 2005: 912. Penelitian mengenai tindak tutur sudah banyak diteliti, di antaranya Malau 2009 dalam skripsinya berjudul “Tindak Tutur dalam Seri Cerita Kenangan Argenteuil Hidup Memisahkan Dir” karya N.H. Dini. Penulis menyatakan bahwa penelitian ini mendeskripsikan empat macam bentuk tindak tutur, yaitu tindak tutur representatif, komisif, direktif, dan ekspresif yang diterapkan oleh J.R. Searle. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan tindak tutur yang terdapat dalam seri cerita kenangan Argenteuil Hidup Memisahkan Diri. Percakapan-percakapan tersebut merupakan wacana yang padu sehingga pendengar dapat memahami tuturan yang diucapkan oleh pembicara, sedangkan tindak tutur yang dominan adalah tindak tutur representatif pernyataan. Hutapea 2010 pada skripsinya yang berjudul “Tuturan pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba”. Penelitian ini menggunakan tindak tutur yang diterapkan oleh Searle yakni membagi tindak tutur ilokusi menjadi beberapa kategori berupa representatif, komisif, direktif, ekspresif. Tindak tutur yang diperoleh ialah melalui percakapam-percakapan berbagai masyarakat yang bertutur dalam upacara adat perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. Percakapan-percakapan tersebut merupakan wacana yang padu sehingga pendengar dapat memahami tuturan yang diucapkan oleh pembicara. Dari percakapan tersebut peneliti mengategorikan setiap tuturan sesuai dengan bentuk tindak tutur yang dimaksud. Ginting 2009 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita“. Penulis ini menyatakan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi banyak terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak ilokusi adalah bentuk tindak tutur yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur yang lebih sedikit ditemukaan dalam dialog film tersebut adalah tindak lokusi dan perlokusi. Tarigan 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini” karya Dedy Mizwar. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk pemakaian tindaak tutur melalui pendekatan ilmu pragmatik. Penelitian ini menggunakan teori Searle tentang bentuk-bentuk tindak tutur tindak tutur ilokusi terutama tindak tutur direktif dan ekspresif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk ujaran direktif dan bentuk ujaran ekspresif. Tindak tutur direktif yang terdapat dalam dialog film ini ialah mengajak, mempersilahkan, menasihati, menyuruh, menyarankan, melarang, dan mendesak sedangkan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam dialog film ini ialah menyatrakan terima kasih, permohonan, maaf, rasa takut, rasa kaget, terkejut, marah, rasa senang, dan menyatakan rasa memuji. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif sedangkan pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Dari penelitian yang terdapat sebelumnya, penelitian mengenai tindak tutur memang sudah pernah dianalisis, tetapi penelitian mengenai “Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas“ belum pernah dianalisis sebelumnya. Sehingga membuat penulis tertarik untuk mengkaji tindak tutur asertif dan direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data 3.1.1 Data Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti Sudaryanto, 1993: 3. Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk tuturan yang mengandung tuturan asertif dan direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.

3.1.2 Sumber Data

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti Sudaryanto, 1993: 34. Adapun sumber data dalam penelitian tersebut adalah percakapan-percakapan secara langsung yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Sumber data yang terdapat dalam novel Perahu Kertas sangat banyak, yakni terdiri atas 444 halaman. Oleh karena itu, penulis hanya membatasi sumber data yang akan dianalisis, yakni mengambil sebagian dari sumber data yang telah tersedia dalam novel tersebut. Jadi, sumber data yang hendak dianalisis ialah dari halaman 1 – 215. Universitas Sumatera Utara