Metode Pembahasan Metodologi Penelitian
10
tahlili,
9
metode ijmâli,
10
metode muqârin,
11
dan metode maudu’i.
12
Keempat metode ini diterapkan oleh para mufasir Sunni dan mufasir Syi’i. Adapun dalam
kajian ini, penulis menggunakan metode ijmâli dan maudu’i. Hal ini disebabkan karena kajian skripsi ini menyangkut penafsiran al-Tûsî tentang ayat-ayat hukum.
Kemudian, penulis juga menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan atau memaparkan secara umum mengenai
penafsiran al-Tûsî terhadap ayat-ayat hukum dan menganalisanya dengan cara mengumpulkan dan menginterpretasikan data yang berkaitan dengan penelitian
ini. Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 20052006.
9
Tafsir metode tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan bacaan yang
terdapat di dalam Al-Qur’an Mushaf ‘Ustmani. Lihat Zahir ibn Awad al-Alma‘i, Dirâsât fi Tafsir al-Maudhu‘i li Al-Qur’ân al-Karim
, Riyadh: tp, 1984, h. 18.
10
Tafsir metode ijmâli adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Melalui metode ini, mufasir menjelaskan makna-
makna ayat-ayat Al-Qur’an secara garis besar. Sistematikanya mengikuti urutan surat-surat Al- Qur’an. Lihat ‘Abd al-Hay al-Farmawi, selanjutnya disebut al-Farmawi, al-Bidâyah fi Tafsir al-
Maudhu‘i: Dirâsât Manhajiyyah Maudhû‘iyyah , selanjutnya disebut al-Bidâyah, t.tp: tp, 1977, h.
23.
11
Tafsir muqârin adalah tafsir yang menggunakan cara perbandingan komparasi. Objek kajiannya terdiri dari tiga macam, yaitu: pertama, perbandingan ayat Al-Qur’an dengan ayat yang
lain; kedua, perbandingan ayat Al-Qur’an dengan hadis; ketiga, perbandingan mufasir dengan mufasir lainnya. Lihat al-Farmawi, al-Bidâyah, h. 45.
12
Secara semantik, tafsir maudhu‘i berarti tafsir tematis. Metode ini mempunyai dua bentuk, yaitu: pertama, tafsir yang membahas satu surat Al-Qur’an secara menyeluruh,
memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar dengan menghubungkan ayat yang satu dengan ayat yang lain; kedua, tafsir yang menghimpun dan
menyusun ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan di bawah satu bahasan tema tertentu. Lihat al-Farmawi, al-
Bidâyah
, h. 52.
11