PEDOMAN TRANSLITERASI Aksara Arab dan Padanannya dalam Aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin
Keterangan ا
tidak dilambangkan ب B Be
ت T Te ث
Ts te dan s
ج J Je ح
H ha dengan garis di bawah
خ Kh
ka dan ha د D De
ذ Dz
de dan zet ر R Er
ز Z Zet س S Es
ش Sy
es dan ye ص
S es dengan garis di bawah
ض D
de dengan garis di bawah ط
T te dengan garis di bawah
ظ Z
zet dengan garis di bawah ع
‘ koma terbalik ke atas dengan menghadap ke
kanan
viii
غ G Ge ف F Ef
ق Q Ki ك K Ka
ل L El م M Em
ن N En و W We
هـ H Ha ء
’
Apostrof ي Y Ye
Vokal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
Keterangan
أ
A Fathah
إ
I Kasrah
أ U
ḏammah
Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
Keterangan
ي أ
Ai a dan i
و أ
Au a dan u
ix
x
Vokal Panjang Mad Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
أا Â
a dengan topi di atas
إ ي
Î i dengan topi di atas
أ ﻮ
Û u dengan topi di atas
Ta Marb ūtah
No Kata Arab
Alih Bahasa 1
ﻄ ﺮ
ﻴﻗ ﺔ
Tarîqah 2
اﻠ ﺠ
ﺎﻤ ﻌ
ﺔ ا
ﻹ ﺴ
ﻼ ﻤﻴ
ﺔ al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3 ﻮ
ﺤ ﺪة
اﻠ ﻮ
ﺠ ﻮ
ﺪ wahdat al-wujûd
BAB I PENDAHULUAN
PANDANGAN AL-TÛSÎ TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM DALAM TAFSIR AL-TIBYÂN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah yang dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw untuk menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Secara
istilah, Al-Qur’an adalah firman Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., ditulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir dan
dinilai ibadah ketika membacanya.
1
Ia merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menduduki peringkat teratas, serta seluruh ayat-ayatnya berstatus qat‘iy al-
wurûd yang diyakini eksistensinya sebagai wahyu dari Allah swt.
2
Dengan demikian, autentisitas serta orisinalitas Al-Qur’an benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan karena ia merupakan wahyu Allah swt, baik dari segi lafaz maupun dari segi maknanya.
3
Dalam tradisi pemikiran Islam, Al-Qur’an telah melahirkan sederatan teks turunan yang demikian luas dan mengagumkan. Teks-teks turunan tersebut
merupakan teks kedua yang menjadi pengungkap dan penjelas makna-makna yang terkandung di dalamnya. Teks kedua ini dikenal sebagai literatur tafsir Al-Qur’an
1
Amir ‘Abd al-‘Aziz, Dirâsât fi ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-Furqân, 1983, h. 10. Lihat juga Abdul Azis Teo, Perbandingan Penafsiran Antara Tafsir Sunni dan Tafsir Syi‘i
Terhadap Lafaz-Lafaz Musytarak Lafdzi Dalam Al-Qur’an, selanjutnya dinamai Perbandingan
Penafsiran, Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 1.
2
‘Abd al-Wahâb Khallâf, ‘Ilm Usûl al-Fiqh, Mesir: Maktabah al-Da‘wah al-Islâmiyyah, 1968, cet. ke- 8, h. 21.
3
‘Abd al-Wahhâb Khallâf, ‘Ilm Usûl al-Fiqh, h. 23.
1
2
yang ditulis oleh para ulama dengan kecenderungan dan karateristik masing-masing.
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru oleh para sastrawan Arab. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an memiliki susunan
indah yang berlainan dengan setiap susunan yang diketahui oleh sastrawan Arab. Mereka melihat, bahwa Al-Qur’an memakai bahasa dan lafaz Arab, akan tetapi ia
bukan puisi, prosa, atau sya’ir. Bahasa atau kalimat-kalimat Al-Qur’an merupakan kalimat-kalimat yang menakjubkan yang berbeda dengan kalimat-kalimat selain
Al-Qur’an. Ia mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang nyata. Ia merupakan wahyu Allah yang mempergunakan berbagai macam bentuk
redaksi. Redaksi yang dipergunakan tersebut merupakan salah satu kemukjizatan yang dimilikinya.
4
Sehubungan dengan hal itu, manusia dituntut agar berusaha mencurahkan segala potensi insaninya untuk menggali isi kandungan Al-Qur’an melalui
penafsiran terhadap lafaz-lafaznya. Hasil usaha manusia dalam memahami dan menjelaskan makna serta maksud firman Allah swt tersebut dikenal dengan istilah
tafsir. Tafsir merupakan ilmu syari’at yang paling agung dan tinggi
kedudukannya. Ia merupakan ilmu yang paling mulia obyek pembahasan dan tujuannya, serta sangat dibutuhkan sepanjang zaman. Tanpa tafsir, seorang
muslim tidak dapat menangkap mutiara-mutiara berharga dari ajaran Allah swt yang terkandung dalam Al-Qur’an.
4
Mutawalli Sya‘rawi, Mu‘jizât al-Qur’an, Kairo: Dâr al-Salâm, 1998, h. 54.