Dalam kitab ini pula, al-Tûsî menjawab penolakan-penolakan golongan Ahli Sunnah terhadap hadis-hadis Syi’ah. Dalam penolakannya, al-Tûsî
menjelaskan bahwa keragu-raguan dari golongan Ahli Sunnah hanyalah membuai mereka yang kurang sempurna pengetahuannya dan mereka yang
tidak mampu memahami arti kalimat-kalimat hadis dari berbagai sudut. Maka dari itu, mereka tidak mampu untuk memahami jenis perbedaan-perbedaan.
2. Kitab al-Istibsâr. Kitab ini membahas sebanyak 5511 hadis. Kitab ini merupakan kumpulan
dari hadis-hadis Syi’ah. Kita ini merupakan kitab yang dijadikan sebagai salah satu rujukan utama dari kalangan Syi’ah. Kualitas kitab ini berada satu tingkat
di bawah kitab al-tahdzîb. Kedua kitab ini dipandang sebagai sumber-sumber yang tidak tertandingi dalam masalah fiqh dan termasuk dalam empat kitab
fiqih yang menjadi tumpuan kajian kaum Syi’i Isnâ ‘Asyariyyah. 3. Kitab al-abwâb
Dinamakan dengan
al-abwâb karena kitab tersebut tersusun dari urutan-
urutan bab sebanyak bilangan sahabat Nabi Muhammad saw dan sahabat dari tiap-tiap dari para imam yang dua belas. Kitab ini juga membahas tentang
prinsip-prinsip akidah, membahas masalah tauhid, dan masalah keadilan. 4. Al-Tibyân fî Tafsîr al-Qur’an, dan lain-lain.
Kitab ini merupakan penafsiran seluruh ayat Al-Qur’an mulai dari al- Fâtihah sampai dengan al-Nâs. Kitab-kitabnya tersebut memenuhi
perpustakaan-perpustakaan Syi’i, sehingga nama beliau menjulang tinggi.
C. Profil Tafsir al-Tibyân 1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan
Tafsir al-Tibyân merupakan kitab tafsir lengkap paling awal di kalangan kaum Syi’i Isnâ ‘Asyariyyah. Hal ini diisyaratkan sendiri oleh al-Tûsî dalam
muqaddimah al-Tibyân. Kitab tafsir ini pertama kali dicetak di kota Najaf al-
Asyraf dan saat ini telah beredar di beberapa negara. Dalam penulisan kitab tafsirnya ini, al-Tûsî selain mengambil riwayat dari imam-imam Syi’i, juga
mengambil riwayat-riwayat dari imam Bukhari dan Muslim. Dalam tafsir ma’tsûr
-nya, terdapat riwayat dari jalur ‘Aisyah dan Abu Hurairah. Adapun tujuan penulisan tafsir al-Tibyân adalah seperti yang dikemukakan
oleh al-Tûsî dalam muqaddimah al-Tibyân-nya: “Tujuan kitab ini adalah untuk mengetahui makna-makna Al-Qur’an dan
ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Adapun pembicaraan tentang adanya penambahan dan pengurangan di dalamnya,
maka tidaklah patut untuk dikemukakan. Hal ini disebabkan karena telah terdapat kesepakatan ijmâ‘ , bahwa isu tentang adanya penambahan atau
kekurangan dalam Al-Qur’an adalah isu yang batil serta jelas ditentang oleh semua mazhab kaum muslimin. Isu tersebut juga tidak sejalan dengan
pandangan yang sahih dari mazhab Syi’i. Seandainyapun isu tentang adanya pengurangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an itu memang ada, ia
tidaklah dapat menggoyahkan kandungan Al-Qur’an”.
3
Selain itu, al-Tûsî juga mengatakan: “Ketahuilah telah jelas dari khabar- khabar sahabat kita bahwa penafsiran Al-Qur’an tidak boleh dilakukan kecuali
dengan atsar yang sahih dari Rasulullah saw dan juga dari para imam r.a. Perkataan imam adalah hujjah bagaikan perkataan nabi saw, dan bahwa penafsiran
yang berdasarkan akal itu tidaklah boleh”. Menurut ia, bahwa dalam firman Allah swt. dan sabda Rasul-Nya tidak akan ada perselisihan dan pertentangan. Hal ini
3
Al-Tûsî, al-Tibyân, Jilid I, h. 8.
didasarkan pada firman Allah swt yang terdapat dalam surat Ibrâhîm14: 4:
ْ ﻬ ﻴ ﻴ ﻪ ْﻮﻗ نﺎﺴﻠ ﻻإ لْﻮ ر ْ ﺎ ْﻠ ْرأ ﺎ و
“Kami tidak mengutus rasul seorangpun melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
mereka”.
2. Metode Penafsirannya
Dalam tafsir
al-Tibyân , al-Tûsî menempuh metode tahlili dengan membagi
pembahasannya dalam tujuh bahagian. Setiap bahagian dimulai dengan sebuah ayat Al-Qur’an atau lebih kemudian dilanjutkan dengan pembahasan beberapa
topik masalah satu demi satu. Pembahasan topiknya dimulai dengan pembahasaan qira’at, lalu dilanjutkan dengan argumentasi hujjah , bahasa, nuzum urutan,
nuzûl , i‘râb, lalu diakhiri dengan makna ayat. Al-Tûsî sangat ahli dalam setiap
bahagian tersebut. Dalam membahas makna-makna lughawi dari setiap kata, pembahasannya sangat mendalam, keterangannya sangat jelas dalam menjelaskan
ayat-ayat yang mujmal, serta apabila ia membahas tentang asbab nuzul keterangan-keterangan yang diberikannya sangat jelas dan mencapai sasaran.
Dalam tafsir ini pula, al-Tûsî menghimpun riwayat-riwayat dan pandangan-pandangan dalam beragam masalah kemudian menghubungkan
masalah-masalah tersebut dengan cabang ilmu pengetahuan yang menunjang penafsiran tentang Al-Qur’an.