18
soal, maka ia harus kembali mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit.
15
6. Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC Teknik ini sejenis denga TAI, namun hanya ditekankkan pada
pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan
kuis.
16
3. Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
17
Menurut Aronson dalam Yueh-Min Huang, setiap pelajar dalam kelompok Jigsaw dianggap
sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan diharapkan untuk berkontribusi dalam memberikan pengetahuan yang
tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.
18
Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan belajar siswa karena a siswa tidak tertekan dalam belajar,
b meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c mengurangi kebutuhan daya saing dan d mengurangi dominasi guru dalam kelas.
19
Dalam penerapan model Jigsaw, antara lain anak diberi kesempatan untuk bertanggung jawab secara penuh, bertanggung jawab
terhadap kelompoknya, maupun bertanggung jawab dalam penguasaan dan penyampaian informasi kepada anggota kelompok. Karena pemikiran
dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa
15
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 138.
16
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran…, h. 138.
17
Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif…, h. 20.
18
Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, “Using Annotation Services in Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment”, from Educational Technology and Society, 112, 3-
15, 2008, p. 4.
19
Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics
Bimonthly, Vol 33, No. 4, August 2010, p. 114.
19
merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Mula-mula siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang
siswa. Masing-masing anggota mengerjakan salah satu bagian yang berbeda dengan yang dikerjakan oleh anggota lainnya. Kemudian mereka
memencar ke kelompok-kelompok lain, tiap anggota membentuk kelompok baru yang memilki tugas yang sama, dan saling berdiskusi
dalam kelompok tersebut. Cara ini membuat masing-masing anggota menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asalnya untuk mengerjakan
tugas utama. Sehingga strategi ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lainnya.
Setelah proses ini, guru bisa mengevaluasi pemahaman siswa mengenai keseluruhan tugas. Jadi siswa akan bergantung kepada rekan-rekan dalam
kelompoknya. Jika model ini diaplikasikan secara teratur dan berkelanjutan dapat menumbuhkan kreativitas siswa yang sudah cukup
lama terpasung. Menurut Aronson dalam Ali Gocer, dalam pembelajaran model
Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 5 - 6 siswa per masing-masing kelompok. Setiap kelompok diberikan subjek dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil sama dengan jumlah anggotanya sehingga setiap siswa diberi bagian. Setelah siswa belajar bagian mereka sendiri, mereka
menyusun kembali, dan setiap anggota mengajarkannya bagian dia ke anggota kelompok lainnya. Mereka bertukaran pertanyaan dan pastikan
bahwa materi harus dipahami sepenuhnya oleh setiap anggota kelompok. Integritas dicapai dengan memiliki semua anggota kelompok membuat
presentasi mereka, sehingga membawa semua potongan bersama-sama.
20
Jing Meng dalam jurnalnya menjelaskan bahwa setiap siswa dalam satu tim diberi bagian tertentu dari suatu konsep. Setelah membaca, para
siswa di masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama membentuk kelompok ahli untuk membahas dan menguasai informasi.
20
Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and
Reviews Vol.5 8, August, 2010, p. 442.
20
Selanjutnya, mereka kembali untuk tim asli mereka dan mengajarkan bagian mereka untuk rekan tim. Akhirnya, semua anggota tim diuji dalam
keseluruhan materi.
21
Untuk lebih jelasnya hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:
tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw
22
Keterangan: Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu
sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula
asal dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya
diakhir pembelajaran yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw:
23
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok tiap kelompok anggotanya 5-6 orang
21
Jing Meng, “Jigsaw Cooperative Learning in English Reading”, from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, July, p. 502.
22
Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4Suple 1: 109-114,
2008, p. 111.
23
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 56-57.
21
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya. e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya. f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut:
I. Tahap Pendahuluan a. Review, apersepsi, motivasi
b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.
c. Pembentukan kelompok. d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang
heterogen. e. Pembagian materisoal pada setiap anggota kelompok.
II. Tahap Penguasaan a. Siswa dengan materisoal sama bergabung dalam kelompok ahli
dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima. b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
III. Tahap Penularan a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain.
c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
22
d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal. IV. Penutup
a. Guru bersama siswa membahas soal b. KuisEvaluasi
Pada akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:
24
a. Menghitung skor individu Menurut Slavin untuk memberikan skor perkembangan individu
dihitung seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Nilai Tes
Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal…. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah
skor awal…. Skor awal sampai 10 poin di atas skor
awal…. Lebih dari 10 poin di atas skor awal….
Nilai sempurna tanpa memperhatikan skor awal….
0 poin
10 poin
20 poin 30 poin
30 poin
b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah
anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada
tabel berikut:
24
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 55-56.
23
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-Rata Tim
Predikat
≤ x ≤ 5 5
≤ x ≤ 15 15
≤ x ≤ 25 25
≤ x ≤ 30 -
Tim baik Tim hebat
Tim super
Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas dan melihat proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat disimpulkan beberapa
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan:
1 Siswa tidak perlu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber dan belajar dengan siswa lain. 2 Mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan
kata-kata atau verbal dan membandingkan dengan ide orang lain. 3 Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta meneriman segala perbedaan. 4 Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar. 5 Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, serta
motivasi dan memberikan rangsangan berpikir.
Kekurangan: 1 Dalam memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif
memang membutuhkan waktu untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2 Jika tanpa peer teaching yang efektif maka pemahaman tidak akan pernah dicapai oleh siswa.
24
3 Guru perlu menyadari hasil atau prestasi yang diharapkan pada setiap individu siswa.
4 Kemampuan aktifitas dalam kehidupan hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.
5 Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
4. Pendekatan Ekspositori