Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif

26 2 Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar. 3 Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam sosialisasi, serta kemampuan berpikir kritis. 4 Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru, baik persiapan, pengetahuan, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan yang lain. 5 Karena lebih banyak satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.

5. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif

Manusia belajar karena ingin tahu dan ingin mengembangkan tingkah laku yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Hal ini berarti bahwa dengan belajar, seseorang dapat merubah tingkah lakunya. Dengan belajar seseorang memperoleh kecakapan, pengertian, keterampilan, kegemaran, sikap, dan kepuasan. Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya akibat pengalaman. 28 Dengan demikian bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan. Kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan minat, peyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang Hinzman dalam Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisma, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku 28 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989, h. 11. 27 organisma tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. 29 Johan B. Carrol mengemukakan sejumlah faktor yang mempunyai hubungan fungsional dengan tingkat belajar. Faktor tersebut adalah: 30 a. Waktu yang disediakan b. Usaha dari masing-masing individu c. Bakat yang dimiliki d. Kemampuan untuk menangkap pelajaran e. Kualitas pelajaran yang diterima Pembelajaran kooperatif berpedoman pada pendekatan kontruktivisme. Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina pengetahuannya sendiri atau konsep secara aktif berdasarkan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Dalam teori kontruktivisme, penekanan diberikan kepada siswa lebih daripada guru. Ini disebabkan siswalah yang berinterksi dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh pemahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut. Oleh karena itu siswa membina sendiri konsep dan membuat penyelesaian terhadap suatu masalah. Pembelajaran secara kontruktivisme menerusi pembelajaran kooperatif yang membina sendiri pengetahuan, konsep dan ide secara aktif akan menjadikan siswa lebih paham, lebih yakin dan lebih bersemangat. Driver dan Bell mengemukakan prinsip-prinsip kontruktivisme dalam pembelajaran, yaitu: a. Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman pembelajaran di ruang kelas, tetapi tergantung pula pada pengetahuan pelajar sebelumnya. 29 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004, h. 64. 30 Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, Surabaya: Airlangga University Press, 1995, h. 205. 28 b. Pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep. c. Mengkonstruksi konsep adalah adalah proses aktif dalam diri pelajar. d. Konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi. e. Siswalah yang paling bertanggung jawab terhadap cara dan hasil pembelajaran mereka. f. Adanya semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikonstruksi pelajar dalam struktur kognitifnya. 31 Setidaknya terdapat tiga teori belajar dalam memahami pembelajaran kooperatif. Tiga diantaranya sebagaimana disebutkan berikut: 32 a. Teori Ausubel Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna meaning full. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi. Dikaitkan dengan pembelajaran kooperatif konsep yang dipelajari tidak hanya dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktekkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah. b. Teori Piaget Jika dihubungkan dalam pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif. 31 Isjoni, Cooperative Learning…, h. 33-34. 32 Isjoni, Cooperative Learning…, h. 35-40. 29 Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif. Menurut teori ini proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada pelajar agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dan lingkungan. c. Teori Vygotsky Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau yang diperoleh dan pelajaran di sekolah. Menurut teori ini pembelajaran terjadi pada saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal. Yang dimaksud zona perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat perkembangan sesunggguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian, tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif.

6. Hakekat Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

Pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

14 69 177

Pengaruh pendekatan konsep terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 6 198

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh model guided inquiry (INKUIRI TERBIMBING) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi (Quisi eksperiment di kelas XI IPA SMAN I Leuwiliang)

7 40 196

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept MAP) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

0 25 295

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS BERBANTUAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI LAJU REAKSI

0 2 9