Pondok Pesantren Darussalamah Pondok Pesantren di Lampung

68 Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas maupun dari Madrasah Tsanawiyah, ataupun Madrasah Aliyah. Satu hal yang menarik adalah, bahwa pesantren-pesantren yang pada awalnya mendirikan pesantren salafiyah dan kurang berkembang dan setelah memasukkan sistem pendidikan modern kendati tidak secara total pesantren menjadi berkembang pesat. Keadaan ini karena tuntutan masyarakat sekarang yang memang sudah berbeda dengan keadaan sebelumnya, oleh sebab itu pesantren yang menginginkan perkembangannya lebih pesat akan memilih cara ini. 99 3 Pesantren yang secara utuh menerima modernisasi. 100 Pesantren dalam tipe ini pada umumnya didirikan oleh alumni pesantren modern yang telah kembali ke daerah asalnya, baik Gontor Ponorogo, Al-Amin Madura, maupun pondok pesantren modern lainnya. Di samping itu terdapat pula pesantren- pesantren modern yang pendirinya merupakan alumni dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. 101 Namun ada pula pesantren modern yang merupakan hasil perubahan dari pesantren salafiyah, dan perubahan tersebut berubah secara total 99 Contoh nyata dari fenomena ini adalah terjadi di Pondok Pesantren Darul Hidayah, setelah mendirikan pesantren dan bercorak salafiyah sekitar sepuluh tahun, grafik perkembangannya cukup lamban, akan tetapi setelah membuka pendidikan formal berupa Madrasah Tsanawiyah perkembangan pesantren menjadi pesat. Dari jumlah santri yang rata-rata 250 santri waktu masih salafiyah menjadi rata-rata 375 santri setelah mempunyai pendidikan formal. KH. Ihwanul Faruq Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hidayah, Uman Agung Seputih Mataram Lampung Tengah, Wawancara, tanggal 23 Desember 2007 100 Istilah modernisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah modernisasi yang diadakan di Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur. Karena dalam beberapa kasus pesantren yang menyebut dirinya pesantren modern adalah pesantren yang mengadopsi sistem pembelajaran di Gontor. Dalam hal ini muncul istilah pesantren modern pure Gontor yang mengadopsi seluruh tradisi dan pakem Gontor apa adanya. Di sisi lain muncul pula istilah non-pure Gontor yang mengadopsi sebagian tradisi dan pakem Gontor namun juga menggunakan kurikulum mandiri. Jajang Jahroni, “Merumuskan Modernitas: Mencetak Muslim Modern, Peta Pendidikan Islam Indonesia, h. 125 101 Untuk wilayah Metro yang hanya mempunyai 5 Kecamatan Pondok Pesantren yang didirikan oleh alumni Al-Azhar Mesir adalah Pondok Pesantren Darussalam, 15 A Kampus, Metro Timur dan Pondok Pesantren Wahdatul Ummah yang terletak di 21 C Yosorejo, Metro Timur. Ustadz Ramadhan, LC, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Metro Timur, Lampung, Wawancara, tanggal 27 Juni 2008 69 mengadopsi pesantren Gontor tidak secara parsial. Fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren Wali Songo yang beralamat di Jl. Ridho No.03 Bandar Keagungan Raya Abung Selatan Kotabumi Lampung Utara 34581adalah sebuah contoh dari perubahan pesantren yang secara keseluruhan pada tahun 2001 meleburkan diri dari pesantren salafiyah ke pesantren ala Gontor. Pada awalnya pesantren didirikan dengan sistem pendidikan salafiyah, 102 namun setelah berkisar sembilan belas tahun pesantren membuka pendidikan hanya memiliki jumlah santri di bawah 13 orang saja. Baru setelah dimodernkan ala Gontor dalam jangka tiga tahun jumlah santri pesantren telah mencapai 300 orang santri. 103 Modernisasi lainnya yang tak kalah penting adalah managemen yang berkaitan dengan kesejahteraan para ustadz. Kendati usia pesantren tergolong muda, akan tetapi penyediaan sarana dan prasarana sudah cukup memadai, pihak pesantren juga telah mampu memberikan honorarium yang tergolong tinggi kepada para ustadz dan karyawan di sekolah bila dibandingkan dengan sekolah madrasah lainnya, fasilitas perumahan para ustadz juga menjadi perhatian serius dari pengsuh pesantren, bahkan dalam setiap musim haji Pesantren Wali Songo mampu memfasilitasi seorang ustadz untuk beribadah haji yang diatur secara bergantian. Karena Pondok ini pada mulanya bernuansa salafiyah 100 ilmu agama dan para santrinya pun sebagain besar berasal dari lapisan sosial ekonomi lemah 102 Pesantren Wali Songo sebenarnya didirikan oleh alumni Pondok Pesantren Pacul Gowang, Kediri Jawa Timur, KH. Drs. M. Noer Qomaruddin AS., MH. dan Ustadz Sholihin dan merupakan figur yang kental dengan pesantren salafiyah, akan tetapi dengan pertimbangan dari berbagai hal akhirnya pesantren dimodernkan dengan mengadopsi pesantren Gontor. Ustadz Hi.Sholihin Pengasuh Pesantren Modern Wali Songo, Wawancara, tanggal 27 Nopember 2007. 103 Pada tahun 1982 dengan modal yang minim dibangunlah 3 lokal ruang belajar beratap seng tanpa jendela dan pintu. Bangunan ini di atas tanah seluas 3.100. m2, pemberian wakaf dari Drs. H. Ridho Dinata seorang tokoh agama Lampura. Siswanya pun hanya 13 orang pada waktu itu yaitu 4 putri dan sisanya putra. Kelangsungan hidup Ponpes tetap berjalan meski harus tertatih- tatih. Berbarengan dengan rentetan kegagalan dalam memberdayakan ekonomi pesantren respon masyarakat terhadap ponpes ini semakin memudar sehingga pada tahun 1993 santrinya tinggal 8 orang. Namun setelah modernisasi diberlakukan respon masyarakat makin lama makin membaik hingga sekarang ini. Dikutip dari pp.walisongo kotabumi.html 70 maka dari awal sampai tahun 2001, ketika Madrasah Tsanawiyah didirikan sekitar 60-an santri tidak dipungut biaya sepeserpun. Hal ini memang menjadi komitmen kuat para pengasuh demi tegak dan terciptakan genersi muda yang memiliki imtaq berkualitas. Diawali dari adanya pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah, dan berlanjut pada tahun 2004 didirikan lagi tingkat Madrasah Aliyah, yang kini berjumlah 300 santri, maka secara meyakinkan perkembangan Ponpes ini menunjukan peningkatan yang signifikan. Bahkan pada tahun 2007 dengan bekal SK Menkes RI Nomor : Hk. 03.2. 4. 1. 03203 dan SK Mendiknas RI Nomor : 131DO2007 maka didirikanlah Akademi Kebidanan An Nur Husada Walisongo yang kini sudah beroprasi dengan 48 Mahasiswa. 104 Pada perkembangan berikutnya Ponpes Walisongo adalah sebuah Lembaga Pendidikan yang mengarah kepada menejemen modern. Dengan sarana dan fasilitas yang dapat dibilang memadai dan representative saat ini. Itulah sebabnya Ponpes senantiasa bermitra kepada semua pihak khususnya dalam menggali sumber utama keuangan. Misalnya yang sudah berlangsung dengan : Peternakan Sapi Umas Jaya GGP Lampung Tengah, Bidang Kesehatan bermitra dengan RS Yukum Medical Centre YMC Bandar Jaya dan RS. Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Disamping itu PT. Djarum Super Lampung Utara, dan POLDA Lampung merupakan bagian dari mitra kerja Ponpes Walisongo. 105 Terhadap masyarakat luas dan lingkungan sekitar, pondok pesantren yang diasuh Ustadz dan Dosen 57 Orang ini, memiliki program pengabdian masyarakat, antara lain yang sudah berjalan sampai angkatan ke 5 tahun ini adalah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH Hajar Aswad, telah membimbing 650 jamaah haji. Kemudian Panti Sosial Walisongo berdiri tahun 2003, yang melayani 164 orang terdiri dari santri dan ustadz. 104 pp.walisongo kotabumi.html, tanggal 7 Juni 2008 105 Bentuk kerja sama antara tersebut antara lain berupa penyaluran para alumni AKBID untuk bekerja di rumah-rumah sakit tersebut. pp.walisongo kotabumi.html 71 Dengan demikian, pesantren-pesantren di daerah Lampung dalam menyikapi modernisasi mempunyai tingkat respon positif yang berbeda. Perbedaan tersebut pada umumnya bergantung pada figur kyai yang menjadi tokoh sentral dalam sebuah pondok pesantren. 72

BAB III MODERNISASI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN

DARI TRADISIONALISME KE MODERNISME

A. Akar-Akar Tradisionalisme

Penelusuran mengenai akar tradisionalisme pesantren merupakan bahasan yang harus disentuh jika ingin membahas lintasan sejarah yang pernah dilaluinya. Pasalnya, kendati mayoritas para peneliti, seperti Zamakhsyari Dhofier, Karel Steenbrink, Cliffort Geerts, dan yang lainnya sepakat bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional asli Indonesia, 1 namun mereka mempunyai pandangan yang berbeda dalam melihat proses lahirnya pesantren tersebut. 2 Perbedaan pandangan ini setidaknya dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu: Pertama, kelompok ini berpendapat bahwa pesantren merupakan hasil kreasi sejarah anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya pra-Islam. Pesantren merupakan sistem pendidikan Islam yang memiliki kesamaan 1 Dalam konteks sekarang tradisionalitas seringkali dituding sebagai salah satu kelemahan_ pesantren. Persoalan ini tentunya harus dikembalikan pada proporsinya yang pas. Sebab, watak tradisional yang inherent di tubuh pesantren seringkali masih disalahpahami, dan ditempatkan bukan pada proporsinya yang tepat. Tradisionalisme yang melekat dan terbangun lama di kalangan pesantren, sejak awal minimal ditampilkan oleh dua wajah yang berbeda. Oleh karena itu, penyebutan tradisional tentu harus ditujukan pada aspek yang spesifik. Tradisionalisme pesantren di satu sisi melekat pada aras keagamaan baca: Islam. Bentuk tradisionalisme ini merupakan satu sistem ajaran yang berakar dari perkawinan konspiratif antara teologi skolastisisme Asariyah dan Maturidiyah dengan ajaran-ajaran tasawuf mistisisme Islam yang telah lama mewarnai corak ke-Islam-an di Indonesia. Selaras dengan pemahaman ini, terminologi yang akarnya ditemukan dari kata adat bahasa Arab ini, merupakan praktek keagamaan lokal yang diwariskan umat Islam Indonesia generasi pertama. Di sini Islam berbaur dengan sistem adat dan kebiasaan lokal, sehingga melahirkan watak ke-Islaman yang khas Indonesia. Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat 1997, 140. 2 Pada umumnya, hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para sarjana, baik dari dalam maupun luar negeri terpublikasikan dalam bentuk buku, diantaranya: Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai Zamakhsyari Dhofier, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Karel A. Steenbrink, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat Martin Van Bruinessen, dan lain sebagainya..