Analisis Data Penelitian Metodologi Penelitian

40

A. Tokoh Pendidikan Islam Lampung 1. KH. Muhammad Adnan RRJ.

Pada saat Provinsi Lampung masih banyak daerahnya yang terisolir karena letak geografis dan jalur transportasi darat yang masih kurang memadai peran KH Muhammad Adnan, RRJ cukup signifikan bagi perkembangan agama Islam dan pendidikan pondok pesantren khususnya daerah Lampung. Dia berasal dari Kediri Jawa Timur dan sempat menimba ilmu di berbagai pondok pesantren salafiyah di Jawa Timur kemudian di sekitar tahun 1950-an beliau hijrah ke Lampung dan merintis pendidikan pondok pesantren. Di daerah Raman Utara yang pada saat sebagiannya merupakan daerah transmigrasi menjadi pilihan beliau untuk mulai mengembangkan pendidikan pondok pesantren. Berbekal semangat perjuangan yang kuat dan bantuan ayah kandung dia KH. Raden Rahmat Joyo Ulomo dan adik kandungnya Ky. Muhammad Masyhuri, RRJ, pada tahun 1961 berdirilah pondok pesantren yang diberi nama Tri Bhakti Attaqwa. 33 Penamaan ini merupakan manifestasi dari cita-cita pengamalan taat kepada Allah SWT, taat pada Rasulullah, dan pada ulil amri pemerintah. Pada awal berdiri hingga dekade berikutnya corak salafiyah menjadi pilihan utama, mengingat keadaan sosio-kultural masyarakat pada saat itu masih mempunyai respon yang baik. Dari ketiga tokoh inilah, yakni KH. Raden Rahmat Joyo Ulomo, KH. Muhammad Adnan RRJ, dan Ky. Muhammad Masyhuri RRJ, pondok pesantren makin lama makin berkembang. Pembagian wilayah kerja masing-masing pun juga tertata dengan baik. Khusus wilayah kepesantrenan dengan segala seluk- beluknya dikuasakan kepada KH. Muhammad Adnan, RRJ. Sedangkan untuk pengajian-pengajian kaum muslim secara umum di wilayah sekitar pesantren di percayakan kepada adik kandung beliau Ky. Muhammad Masyhuri, RRJ. Di sisi 33 Pengurus Pondok Pesantren Tri Bhakti Attaqwa, Dokumentasi Pondok Pesantren Tri Bhakti Attaqwa Masa Awal¸ Raman Utara, PP Tri Bhakti Attaqwa, 2006 , h. 2 41 lain KH. Raden Rahmat Joyo Ulomo mengembangkan tareqat ke berbagai daerah Lampung. 34 Dalam upaya hidmat al-dîn KH Muhammad Adnan, RRJ. tidak hanya mengelola pondok pesantren saja, beliau juga aktif dalam berbagai organisasi keagamaan. Sebut saja organisasi tareqat yang merupakan organisasi keagamaan yang membidangi tentang dzikrullah. Beliau juga menjadi Guru Mursyid Tariqat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah dan menjabat Rois Syuriah Jam’iyyah Tareqat Al- Mu’tabaroh An-Nahdliyyah Wilayah Lampung. 35 Di lain pihak beliau juga pernah menjabat Ketua Tanfidyah Nahdlatul Ulama Cabang Lampung Tengah. Pada saat itulah perannya tidak bisa dianggap kecil, mengingat pada saat itu jangkauan pengaruh maupun kaum muslimin yang menimba ilmu dari ceramah-ceramah agama dari beliau cukup jauh, tidak hanya di wilayah Provinsi Lampung, namun beliau juga seringkali diundang untuk ceramah agama di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi maupun Riau. 36 Dalam kancah politik figur KH Muhammad Adnan, RRJ merupakan figur yang berupaya memegang erat panji-panji keislaman, sehingga hanya partai yang menggunakan asas Islam yang dipilihnya sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi, tercatat pada masa Orde Baru beliau menjadi salah satu Juru Kampanye 34 Ajaran tareqat yang dikembangkan oleh KH. Raden Rahmat Joyo Ulomo dan kedua puteranya merupakan tareqat yang ijazahnya diperoleh dari KH. Romli dari Banyuwangi yang merupakan ayah kandung dari KH. Musta’in Romli, salah satu pengembang tareqat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah di daerah Jawa Timur. Tareqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah ini termasuk aliran tareqat yang diakui oleh kalangan Nahdlatul Ulama’ sehingga ia disebut sebagai tareqat yang mu’tabaroh. Gus Muhammad Muballighin Adnan, S.H.I, Wawancara, tanggal 17 Juni 2008 35 Figur kyai selain memimpin pondok pesantren juga memimpin ajaran tareqat tertentu nampaknya merupakan fenomena yang cukup lazim. Sehingga peranan kyai sebagai ‘guru tariqat’ ini menjadikan kyai dan pesantrennya memiliki jaringan yang sama luas dan saling menopang. Hal ini bisa dipahami dari para orang tua yang menjadi murid tareqat pimpinan kyai tersebut akan memilih pesantren tersebut untuk pendidikan anak-anaknya, sehingga besarnya jumlah santri sebuah pesantren akan bergantung pada otoritas dan kharisma kyai pemimpin pesantren. Zulkifli, Sufism in Java: The Role of Pesantren in the Maintenance of Sufism in Java, Leiden-Jakarta: INIS, 2002, h. 73. baca juga Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, 1982, h. 135-140. 36 Fuad Kamali, S.PdI Pengurus Tareqat Lampung Tengah, Wawancara, 23 Februari 2008