Sistematika Pembahasan Modernisasi pondok pesantren (studi atas pola pengembangan pendidikan modern di Pondok Pesantren Roudlotul-Qur’an Mulyojati Metro Lampung)

41 lain KH. Raden Rahmat Joyo Ulomo mengembangkan tareqat ke berbagai daerah Lampung. 34 Dalam upaya hidmat al-dîn KH Muhammad Adnan, RRJ. tidak hanya mengelola pondok pesantren saja, beliau juga aktif dalam berbagai organisasi keagamaan. Sebut saja organisasi tareqat yang merupakan organisasi keagamaan yang membidangi tentang dzikrullah. Beliau juga menjadi Guru Mursyid Tariqat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah dan menjabat Rois Syuriah Jam’iyyah Tareqat Al- Mu’tabaroh An-Nahdliyyah Wilayah Lampung. 35 Di lain pihak beliau juga pernah menjabat Ketua Tanfidyah Nahdlatul Ulama Cabang Lampung Tengah. Pada saat itulah perannya tidak bisa dianggap kecil, mengingat pada saat itu jangkauan pengaruh maupun kaum muslimin yang menimba ilmu dari ceramah-ceramah agama dari beliau cukup jauh, tidak hanya di wilayah Provinsi Lampung, namun beliau juga seringkali diundang untuk ceramah agama di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi maupun Riau. 36 Dalam kancah politik figur KH Muhammad Adnan, RRJ merupakan figur yang berupaya memegang erat panji-panji keislaman, sehingga hanya partai yang menggunakan asas Islam yang dipilihnya sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi, tercatat pada masa Orde Baru beliau menjadi salah satu Juru Kampanye 34 Ajaran tareqat yang dikembangkan oleh KH. Raden Rahmat Joyo Ulomo dan kedua puteranya merupakan tareqat yang ijazahnya diperoleh dari KH. Romli dari Banyuwangi yang merupakan ayah kandung dari KH. Musta’in Romli, salah satu pengembang tareqat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah di daerah Jawa Timur. Tareqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah ini termasuk aliran tareqat yang diakui oleh kalangan Nahdlatul Ulama’ sehingga ia disebut sebagai tareqat yang mu’tabaroh. Gus Muhammad Muballighin Adnan, S.H.I, Wawancara, tanggal 17 Juni 2008 35 Figur kyai selain memimpin pondok pesantren juga memimpin ajaran tareqat tertentu nampaknya merupakan fenomena yang cukup lazim. Sehingga peranan kyai sebagai ‘guru tariqat’ ini menjadikan kyai dan pesantrennya memiliki jaringan yang sama luas dan saling menopang. Hal ini bisa dipahami dari para orang tua yang menjadi murid tareqat pimpinan kyai tersebut akan memilih pesantren tersebut untuk pendidikan anak-anaknya, sehingga besarnya jumlah santri sebuah pesantren akan bergantung pada otoritas dan kharisma kyai pemimpin pesantren. Zulkifli, Sufism in Java: The Role of Pesantren in the Maintenance of Sufism in Java, Leiden-Jakarta: INIS, 2002, h. 73. baca juga Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, 1982, h. 135-140. 36 Fuad Kamali, S.PdI Pengurus Tareqat Lampung Tengah, Wawancara, 23 Februari 2008 42 Partai Persatuan Pembangunan PPP tingkat wilayah Lampung. Dan pada era reformasi beliau sebagai Ketua Wilayah Partai Nahdlatul Ummat PNU dan sempat menduduki jabatan sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Rakyat Daerah Lampung, bahkan beliau memimpin Komisi C yang membidangi sosial kemasyarakatan dan Pendidikan. 37 Pada masa beliau bertugas menjadi wakil rakyat, kendati harus sering meninggalkan pondok pesantren, namun pondok pesantren tidak mengalami kendala yang berarti dalam pengelolaan. Dalam hal ini karena di dalam pesantren juga masih banyak para ustadz dan kyai yang menjadi figur panutan. Saat itu pula banyak dari para petinggi pemerintahan provinsi Lampung yang mengajak beliau untuk mengembangkan pondok pesantren di beberapa wilayah. 38 Atau ada juga yang menawarkan tanahnya untuk digarap menjadi pondok pesantren baru. 39 Akan tetapi dari berbagai tawaran tersebut beliau tidak langsung mengiyakan, mengingat untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang baru harus dipertimbangkan dari berbagai aspek. Dengan jangkauan beliau yang cukup luas ini pula, akhirnya pondok pesantren Tri Bhakti Attaqwa dapat berkembang dengan pesat dengan santri yang berasal dari berbagai daerah. Kyai yang menjadi figur sentral dalam kultur pesantren salafiyah masih kental pada saat itu, sehingga seorang kyai dituntut 37 Team Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat I Lampung, Personalia Wakil Rakyat Provinsi Lampung Bandar Lampung: Sekretariat DPRD I Lampung, 2000, h. 37 38 Pada saat itu Ketua Wilayah Partai Persatuan Pembangunan PPPDra. Sadeki Yaqub pernah menawarkan pola kemitraan dengan para ustadz pesantren ataupun santri untuk memelihara kambing dengan pembagian hasil yang lebih banyak diperuntukkan bagi santri atau ustadz. Akan tetapi belum sempat terrealisir KH. Muhammad Adnan RRJ meninggal dunia. Dan bentuk kerja sama kemitraan tersebut tidak dilanjutkan sampai kepemimpinan pondok pesantren digantikan oleh putranya, yaitu KH. Kholiq Amrullah Adnan. Ustadz Drs. Agus Nasrullah asisten pribadi KH. Muhammad Adnan, RRJ sewaktu menjadi anggota DPRD Lampung, Wawancara, tanggal 19 Juni 2008 39 Tawaran tersebut merupakan bentuk kepercayaan publik terhadap KH. Muhammad Adnan, RRJ. tanah tersebut berlokasi di desa Kayu Labu, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir OKI Lampung Selatan. Ustadz Drs. Agus Nasrullah Wawancara, tanggal 19 Juni 2008 43 untuk bisa melayani masalah-masalah keagamaan, namun juga hal-hal lain yang bersifat sosial kemasyarakatan. Peran inilah yang nampaknya cukup berhasil dilakukan oleh KH Muhammad Adnan, RRJ. Kedalaman ilmu agamanya yang tidak diragukan lagi dan beliau juga dianggap mempunyai kelebihan yang tidak banyak dimiliki oleh orang lain 40 . Kemampuan KH Muhammad Adnan, RRJ dalam berorasi juga cukup menonjol, sehingga ceramah agamanya cukup disukai oleh berbagai kalangan. Untuk kalangan sekitar, dalam hal ini Kecamatan Raman Utara, KH Muhammad Adnan,RRJ merupakan figur yang berjasa dalam pengembangan agama Islam. Jumlah kelurahan di Kecamatan Raman Utara adalah sembilan, dan dua diantaranya merupakan basis penduduk yang beragama Hindu-Bali. 41 Persentuhan antara kebudayaan Hindu yang cukup kuat ini bila tidak diimbangi dengan upaya pembentengan yang kuat terhadap masyarakat Islam pada gilirannya akan mengaburkan nilai-nilai islami yang ada pada masyarakat Islam. Oleh sebab itu berbagai upaya telah dilakukannya untuk memperkuat pertahanan akidah Islam dan menjaga kultur keislaman, upaya-upaya tersebut antara lain: pembinaan majlis ta’lim, khutbah keliling, dan pelestarian seni Islam semisal hadroh. 42 Usaha lain yang tak kalah penting dikemukakan di sini adalah keberhasilan beliau membuka daerah baru ihya’ al-mawat di daerah-daerah yang masih berupa hutan belantara untuk dibuka menjadi daerah baru dan dirintis lembaga pendidikan pesantren. Daerah tersebut antara lain: Umbul Raman dan Keramat, Spontan yang berada di wilayah Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Gedong Aji Baru yang berada di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten 40 Hal ini misalnya dapat ditemukan pada banyaknya tamu yang bersilaturahmi untuk memohon keberkahan doa atas terkabulnya suatu hajat maupun kepentingan-kepentingan lain. Tak jarang di antara kaum muslimin banyak yang meminta air putih untuk obat dari berbagai penyakit yang diderita. Ustadz Drs. Agus Nasrullah Wawancara, tanggal 19 Juni 2008 41 Dokumentasi Kecamatan Raman Utara tahun 2007 42 Khalimi Ta’mir Masjid Darul Muttaqin, desa Rejokaton Kecamatan Raman Utara, Wawancara, tanggal 15 Juni 2008 44 Tulang Bawang Lampung, daerah Sungai Somor dan Air Putih yang berada di Kecamatan Sungai Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. 43 Di daerah-daerah baru tersebut di samping mendirikan lembaga pendidikan pesantren, juga diupayakan pendidikan masyarakat Islam di daerah- daerah sekitarnya dengan media majlis ta’lim. Dari daerah yang dibuka inilah akan menjadi daerah-daerah koloni pesantren yang menjadi cabang pesantren Tri Bhakti Attaqwa. Untuk tenaga pengajarnya biasanya diambilkan dari para alumni pesantren induk. Di samping juga memanfaatkan sumber daya manusia lingkungan sekitar. Pembukaan pesantren baru tersebut selalu mengedepankan upaya kemandirian pesantren dengan penguatan di sektor ekonomi, di desa Umbul Raman dan Keramat, Spontan yang berada di wilayah Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah sebelum dirintis lembaga pendidikan pesantren diupayakan penanaman Karet agar nantinya dapat menopang perekonomian pesantren. Di Gedong Aji Baru yang berada di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang Lampung merupakan daerah perkebunan kelapa sawit, dengan harapan hasil panen kelapa sawit dapat menunjang ekonomi Pesantren. Dan di daerah Sungai Somor dan Air Putih yang berada di Kecamatan Sungai Selapan Kabupaten Ogan 43 Yang menarik di daerah ini adalah keberhasilan KH. Muhammad Adnan RRJ merubah daerah pinggiran pantai utara pulau Sumatera yang terbengkalai akibat ulah para penebang hutan liar menjadi daerah pertambakan udang windu dan ikan bandeng yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Pada saat panen raya dalam satu kavling tambak 2 hektar biasanya mampu menghasilkan minimal 3 kwintal udang windu. Jika harga udang windu perkilo mencapai Rp 150.000,00 maka penghasilan bruto yang didapat berkisar Rp 45.000.000,00. belum lagi kalau dikalikan dengan jumlah tambak pribadi KH. Muhammad Adnan RRJ yang mencapai 10 kavling. Keberhasilan ini juga telah membukakan mata penduduk sekitar yang pada awalnya enggan mengolah daerah pesisir pantai dan mengandalkan hasil dari menebang hutan dan sebagian lagi melaut mencari ikan. Sehingga pada perkembangan selanjutnya keberadaan santri-santri yang ditempatkan di daerah pertambakan tersebut tidak hanya berkecimpung di pengajian-pengajian saja, akan tetapi juga di bidang perekonomian yang mampu menunjang perekonomian pesantren Tri Bhakti Attaqwa. Ahmad Sukemi Ketua Kelompok Santri Tambak Wawancara, tanggal 25 Februari 2007 45 Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan merupakan lahan tambak yang menghasilkan udang windu dan ikan bandeng. 44 Ide kemandirian bagi pesantren merupakan langkah pembaharuan yang dilakukan KH. Muhammad Adnan, RRJ. keteguhannya untuk menghindarkan diri dari meminta bantuan orang lain merupakan langkah kongkrit bagi perjuangannya dalam menyebarkan ilmu agama. Sehingga langkah dan kebijakan apapun yang ditempuh merupakan ide murni yang lahir dari sebuah keikhlasan dalam berjuang. Bila sebelumnya seorang kyai terkesan apa adanya dalam mencukupi kebutuhan ekonominya, maka berbeda dengan pandangan KH. Muhammad Adnan, RRJ. dengan kemampuannya dalam mengupayakan perbaikan ekonomi inilah yang pada gilirannya berdampak pada baiknya citra kyai dalam masyarakat karena tidak saja mumpuni di bidang ilmu agama namun juga mapan di bidang ekonomi. Di sisi lain kegiatannya di bidang politik dengan terjun langsung menjadi juru kampanye dan anggota legislatif telah membuka peluang bagi masuknya ide- ide pembaharuan bagi pola pikir santri. 45 Dalam hal ini dia telah menanamkan semangat berdemokrasi lewat jalur politik. Penanaman sikap-sikap berpolitik ini pada kelanjutannya diharapkan santri mempunyai pola pikir bahwa setelah ia keluar dari pesantren tanggung jawab di masyarakat tidak sekedar mengajarkan 44 Muhammad Muhibbin Pengasuh Pesantren Tri Bhakti Al-Mubarok, desa Umbul Raman Keramat, Spontan yang berada di wilayah Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah, Wawancara, tanggal 12 Mei 2008 45 Karena kebijakan politik Kyai yang terjun ke dunia politik ini melahirkan politikus- politikus yang berasal dari kalangan santri Tri Bhakti Attaqwa. Terdapat sejumlah nama yang menjadi actor di berbagai partai politik yang pada awalnya nyantri di Pondok Pesantren Tri Bhakti, nama-nama tersebut antara lain: 1 KH. Ihwanul Faruq yang menjabat Ketua Syuriah Partai Kebangkitan Bangsa PKB Kabupaten Lampung Tengah, 2 KH. Mahmud Rifa’i yang menjadi DPRD Lampung Timur dari Partai Nahdlatul Ummah, 3 Drs. Kamali Azhari sebagai Sekretaris Dewan Tanfidyah Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKNU tingkat Wilayah Lampung, 4 Siti Sholehah sebagai Ketua Cabang Partai Demokrasi Perjuangan PDIP Kabupaten Tulang Bawang, 5 Fuad Kamali, BA sebagai Ketua Cabang Tanfidyah Partai Nahdlatul Ummah Kabupaten Lampung Tengah, KH. Kholiq Amrullah Adnan menjabat DPRD Lampung Timur dari Partai Kebangkitan Bangsa PKB. Dan masih banyak lagi alumni Tri Bhakti yang berkiprah di panggung politik praktis di tingkat kecamatan. KH. Ihwanul Faruq Ketua Ikatan Alumni Santri Tri Bhakti Attaqwa, Wawancara, tanggal 7 Juni 2008 46 ilmu agama saja, akan tetapi bagaimana umat Islam bisa menguasai ekonomi dan politik.

2. KH. Ahmad Shodiq

Sebelum hijrah ke Lampung, KH. Ahmad Shodiq menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalamah yang berada di desa Sumber Sari, Pare, Kediri Jawa Timur yang dirintis oleh KH. Imam Faqih Asy’ari, yang merupakan murid dari KH. Hasyim Asy’ari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. 46 Di samping itu KH. Ahmad Shodiq juga menuntut ilmu Al-Qur’an dengan Ky. Munawir Krapyak Yogyakarta. Sebelum berangkat ke Lampung, KH. Ahmad Shodiq juga pernah membantu mengajar di Pondok Pesantren Darussalam yang diasuh oleh guru beliau KH. Imam Faqih Asy’ari. Ketika menginjakkan kaki di Lampung, pada pertengahan Mei 1964, setelah sekitar setahun berada di Lampung beliau kembali lagi ke Jawa untuk nyantri guna menambah wawasan keilmuan. Barulah pada tanggal 15 November 1965 beliau mengajak serta orang tuanya untuk tinggal di Lampung. Pada masa awal mukimnya di Lampung beliau tidak langsung mendirikan pesantren. Langkah pertama yang dilakukannya adalah berusaha menyelami keberadaan masyarakat pada lapis bawah. Kerusakan moral yang terjadi di wilayah Brajadewa Way Jepara Lampung Timur pada saat itu menjadi pilihan utama untuk dibenahi oleh KH. Ahmad Shodiq. Metode adaptasi yang baik merupakan metode pilihan yang digunakan, sehingga tak jarang KH. Ahmad Shodiq terjun langsung ke tempat perjudian untuk berusaha mengajak ke jalan yang benar. 47 46 Pesantren Tebu Ireng didirikan pada tahun 1317 H 1901 M. terletak di Jombang Jawa Timur Lahir pada masa penjajahan rupanya mendapat tantangan yang kuat dari Belanda. Sehingga dalam pelaksanaan pendidikannya selalu mendapat tekanan, baik teror fisik maupun mental, bahkan pada suatu ketika terjadi pertumpahan darah antara pasukan Belanda dan para santri Tebu Ireng. Dari pesantren inilah lahir pesantren-pesantren turunannya yang cukup mewarnai khazanah kepesantrenan di Indonesia. Abdul Rosyad Shiddiq, KH. Hasyim Asy’ari, Jakarta: Cita Putra Bangsa, 2007, h. 12 47 Team Redaksi Memori 2007, Risalah Kenangan, h. 40 47 Situasi geo-politik Indonesia yang pada masa itu sedang bergolak akibat manuver-manuver yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dengan segala ormas-ormas yang ada di bawahnya menuntut KH. Ahmad Shodiq untuk berperan aktif dalam menangkal serangan-serangan yang dilakukan PKI kala itu. 48 Pada saat itu beliau sempat didaulat menjadi anggota Pertahanan Sipil Hansip yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan di lapis paling bawah. 49 Barulah pada pertengahan Januari 1966 KH. Ahmad Shodiq menanggalkan baju hansipnya untuk berkonsentrasi pada pembinaan agama melalui jalur pendidikan. Sebagaimana lazimnya pondok pesantren salafiyah yang lahir dari masyarakat tradisional, langkah pertama yang dilakukan oleh KH. Ahmad Shodiq adalah membangun sebuah mushola untuk kegiatan sholat wajib berjamaah. Musholla ini beliau dirikan pada tanggal 18 Juni 1966 yang pada saat itu jumlah santri beliau baru berjumlah 7 orang. Sebagaimana halnya dengan KH. Muhammad Adnan RRJ, pengaruh kuat yang menjadikan Pondok Pesantren Darussalamah menjadi berkembang cepat adalah karena KH. Ahmad Shodiq juga menjadi guru mursyid tareqat yang cukup berpengaruh. Kombinasi antara guru mursyid di satu sisi dan guru fiqh di lain pihak menjadikan KH. Ahmad Shodiq sebagai tokoh yang menjadi panutan. Sehingga untuk pengembangan pondok pesantren beliau tidak harus mengadakan promosi- misal membuat brosur, atau yang lainnya- akan tetapi cukup dengan pengaruhnya yang kuat dan mengakar pada anggota jamaah tareqat. Tradisi rutin yang cukup berpotensi mengembangkan dan melestarikan pengaruhnya antara lain adanya 48 Informasi tentang Partai Komunis Indonesia PKI dan ormas-ormasnya khusus di wilayah Lampung sulit ditemukan, mengingat pada saat itu bias dipastikan di wilayah Lampung belum ada surat kabar lokal yang mampu merekam kejadian pada saat itu. Oleh sebab itu dalam hal ini cerita dari mulut ke mulut oral history menjadi bahan rujukan penulis. Ustadz Darori Ahmad Putra KH. Ahmad Shodiq, Wawancara, tanggal 23 Juni 2008 49 Team Redaksi Memori 2007, Risalah Kenangan, h. 39 48 peringatan haul Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Sang Guru Mursyid 50 yang begitu diagungkan. Pelaksanaannya biasanya dilakukan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal di setiap tahun. Sukses dan tidaknya acara ini, bila dilihat dari sisi jumlah jamaah yang datang juga dipengaruhi oleh siapa muballigh yang memberikan tausiah pada acara tersebut. Seperti yang dilaksanakan pada tahun 2008 ini, bertepatan dengan tanggal 19 April sementara muballigh yang diundang adalah KH. Abdurrahman Wahid Gus Dur Mantan Ketua Tanfidyah Pusat Nahdlatul Ulama. Sepanjang pengetahuan penulis ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Darussalamah pelaksanaan haul ini seolah-olah merupakan acara yang begitu penting. Tidak hanya untuk santri, namun juga untuk jamaah tareqat, sebagai ajang silaturahmi antara jamaah yang dalam hal ini sebagai murid tareqat dan kyai sebagai guru mursyid tareqat. 51 Dalam acara haul ini pula diadakan ritual-ritual tareqat, misal istighosah, tahlil, dan sebagai acara puncak adalah pengajian akbar. Melalui haul ini jalinan silaturahmi antara kyai-jamaah, kyai-alumni pesantren berlangsung. Terlebih lagi apabila alumni juga menjadi jamaah tareqat pimpinan kyainya, maka hubungan antara kyai-santri akan tetap terjaga. Pada acara haul ini biasanya akan diadakan pula berbagai acara yang bertujuan untuk menampilkan kreatifitas santri di samping itu juga untuk ajang show up bagi para pengunjung yang datang ke 50 Nama lengkapnya adalah Abu Shalih Sayyidi ‘Abdul Qadir ibn Musa ibn ‘Abdullah ibn Yahya az-Zahid ibn Muhammad ibn Dawud ibn Musa ibn al-Jun ibn ‘Abdullah al-Mahdhi ibn al- Hasan al-Mutsanna ibn al-Hasan ibn Ali bin Abi Thalib. Terkenal dengan nama Jailani sebenarnya adalah ‘Abdul Qâdir al-Jîlanî yang lahir pada tahun 470 H, dan wafat pada tahun 561 H dan dimakamkan di Baghdad Irak. Jîlan adalah sebuah nama daerah di Baghdad, dan menjadi suatu kelaziman menyantumkan nama daerah asal di belakang nama. Banyak orang yang secara khusus mengarang kitab tentang perjalanan hidupnya biografi manaqib. Dan manaqib inilah yang umumnya dibaca pada perayaan haul dan acara-acara tertentu. Al-Ghuniyyah li tâlibi tariq al-Haq, ‘Abdul Qâdir al-Jîlanî, Nunu Burhanuddin pen Jakarta: Sahara Publiser, 2004, h. 5 51 Perayaan haul ini seolah menjadi hal yang penting bagi jamaah tariqah, karena itu sudah menjadi agenda tahunan menghadiri haul tersebut setahun sekali. Ki. Dahlan Rasyid anggota jamaah tariqah, Wawancara, tanggal 17 Juni 2008 49 pesantren mengingat rangkaian acaranya biasanya lebih dari dua hari. 52 Sesuatu yang menarik lagi biasanya pada acara tersebut terdapat pasar malam di area pondok pesantren yang makin menambah ramai suasana. 53

B. Pondok Pesantren di Lampung

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang diakui masih tetap eksis dalam memperjuangkan pendidikan Islam. Dari berbagai tipologi pesantren yang ada ternyata jumlah pesantren yang bercorak tradisional masih mendominasi. Untuk kasus Lampung berkembangnya pesantren-pesantren menuju arah kemajuan tidak dapat dilepaskan dari bentuk asalnya yang tradisional. Perubahan biasanya dilakukan oleh pihak pondok pesantren menurut animo masyarakat muslim yang ada. Maka lahirnya tipologi pondok pesantren yang bercorak tradisional dan modern secara bersamaan dalam satu lembaga pendidikan pesantren menjadi sebuah wacana baru pondok pesantren. 54 52 Acara di hari pertama biasanya berkaitan dengan amalan-amalan dan dzikir tariqah. Misalnya istighâtsah, pembacaan manâqib, pada acara-acara ini umumnya hanya dihadiri oleh orang yang telah masuk menjadi anggota tariqah. Dan pada hari kedua pengajian akbar yang dihadiri oleh masyarakat Islam yang tidak mesti menjadi jamaah tariqah. Sukron Makmun Seksi Humas Pengajian Akbar Haul Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Pondok Pesantren Darussalamah, Wawancara, tanggal, 29 Maret 2008 53 Terdapat sekitar 50 kios yang disediakan pihak panitia untuk dijadikan kios-kios pasar malam. Berbagai barang dagangan ditawarkan di setiap kios. Pakaian ala santri muslim dan pernik-pernik asesoris Islam biasanya yang paling banyak dijual. Selebihnya menjual kitab-kitab, makanan, dan souvenir bahkan pada pasar malam tahun ini ada yang menjual obat-obatan herbal. Secara global perputaran uang yang ada pada pasar malam tersebut mencapai 15 juta rupiah. Ali Imron Penjual Teh Hitam Black Tea, Wawancara, tanggal 2 Juni 2008 54 Dari jumlah pesantren yang mencapai 14.656 pondok pesantren sampai saat ini, secara garis besar memiliki tiga macam corak tipologi. Pertama, pondok pesantren yang memiliki corak tardisional salafiyah mencapai 9.105 pesantren. Kedua, pondok pesantren yang memiliki corak modern mencapai 1.172 pondok pesantren. Ketiga, pondok pesantren yang merupakan perpaduan antara corak tradisional dan modern mencapai 4.379 pondok pesantren. Baca, Direktori Pesantren, Jakarta: Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Departemen Agama RI, 2007, h. iii. Dari data ini jelas menunjukkan bahwa pondok pesantren yang telah lama eksis dan masih menjadi pilihan masyarakat adalah yang bercorak tradisional. Modernitas di kalangan pesantren yang dilakukan oleh berbagai kalangan tidak serta-merta mendapat tanggapan yang antusias dari kalangan muslimin. Bahkan dalam kasus tertentu terdapat resistensi terhadap modernisasi pesantren. Di wilayah Lampung dari beberapa pesantren yang penulis kunjungi, Pondok Pesantren 50 Fenomena ini biasanya terjadi manakala tampuk pimpinan pondok pesantren telah beralih dari generasi awal dalam hal ini para pendiri pertama kepada generasi selanjutnya misal anak keturunan kyai yang telah menimba ilmu pengetahuan di pesantren lain dan menganggap bahwa modernisasi perlu dilakukan dengan tidak meninggalkan warisan tradisi para kyai pendahulunya. Sebut saja pondok pesantren Darul A’mal yang berada di Kota Metro, setelah kepemimpinan pondok pesantren berpindah ke generasi kedua, pesantren ini telah membuka Madrasah Tsanawiyah Formal, Madrasah Aliyah Formal dan Sekolah Menengah Kejuruan. Dan diyakini bahwa fenomena ini terjadi karena gagasan yang timbul dari pengelola pesantren yang baru. Karena pada generasi awal pesantren kultur salafiyah masih an figur kyai manjadi dominan. Mengingat KH. Khusnan Mustofa Ghufron almarhum merupakan salah satu kyai salaf yang ada di Lampung. 55

1. Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa

Berdiri pada tahun 1961, Tri Bhakti Attaqwa merupakan pondok pesantren yang berhasil mempertahankan eksistensinya. Kekuatan terbesar yang mampu membuat pesantren tetap eksis adalah figur KH. Muhammad Adnan, RRJ yang mengasuh pondok tersebut. Dengan dinamika pesantren yang pada saat awal juga masih sederhana, maka kultur salafiyah dalam Pondok Pesantren Tri Bhakti Darussalamah yang berada di Brajadewa Way Jepara Lampung Timur merupakan salah satu pesantren besar yang resistance terhadap modernisasi, berbagai alasan dikemukakan misalnya untuk kalangan lapis bawah masyarakat muslim Lampung masih memilih pondok pesantren salafiyah, karena alumni yang banyak berkiprah di masyarakat adalah alumni pesantren salaf, muatan kurikulum pondok pesantren modern biasanya kurang mengerucut pada bidang keagamaan murni-dalam hal ini kajian fiqh yang menjadi muatan utama pondok pesantren salaf. Muhammad Tohir, Wawancara Pribadi, 25 Februari 2008. 55 Ky. Umar Ansori Pengasuh generasi kedua pondok Pesantren Darul A’mal Metro, Wawancara, tanggal 27 Februari 2008 51 Attaqwa masih kental sampai pada pertengahan tahun 1980-an. 56 Cara berpikir dan bertindak KH. Muhammad Adnan, RRJ menjadi inspirasi para santri. KH. Muhammad Adnan, RRJ yang tekun dan rajin bekerja membuat para santri terinspirasi untuk lebih berbuat banyak ketika tinggal di asrama pesantren. Misalnya banyak dari para santri yang memulai belajar ketrampilan untuk menghasilkan uang dari sejak di pesantren. Sawah garapan milik pesantren yang cukup luas juga menjadi lahan pembelajaran tersendiri para santri di samping belajar di madrasah. Ilmu yang luas dan lahan ekonomi yang baik membuat nama besar KH. Muhammad Adnan, RRJ cukup baik. Hal ini pula yang memungkinkan pesantren enggan menerima bantuan dana dari pemerintah. Di samping pada saat itu resistensi terhadap berbagai kebijakan pemerintah cukup kuat, terutama para kyai yang tidak mau bergabung dengan salah satu partai politik, terlebih GOLKAR. 57 Resistensi yang kuat juga diberikan oleh pesantren-pesantren lain di wilayah Lampung. Ada keengganan madrasah-madrasah di pesantren untuk memasukkan pelajaran-pelajaran umum atau mengubahnya menjadi formal. 58 Menambahkan pelajaran umum dalam pandangan kyai saat itu hanya akan 56 Muhammad Muballighin Adnan, S.HI, Kepala Lembaga Pendidikan Tri Bhakti Attaqwa, Wawancara, tanggal 18 Juni 2008 57 Pada masa orde baru penolakan terhadap GOLKAR berujung pada keengganan untuk spontan menerima uluran tangan dari pemerintah. Sehingga pada saat itu, kyai seorang ulama yang tidak mau bergabung tidak mau menerima pemberian fasilitas yang diberikan GOLKAR akan dianggap lebih mempunyai wira’i dan pamornya akan tetap baik. Ada beberapa contoh figur yang dianggap tetap mempertahankan pendiriannya dan tidak mau bergabung ke GOLKAR antara lain: Ky. Abrori alm salah satu Mantan Ketua Maarif Lampung, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh KH. Imam Subawaih alm yang dengan terbuka masuk ke dalam kancah politik menjadi salah satu Anggota Legislatif dari GOLKAR. Ky. Muhammad Masyhuri RRJ adik kandung KH. Muhammad Adnan RRJ, Wawancara, tanggal 13 Mei 2008 58 Fenomena ini terjadi di beberapa pesantren yang kyainya enggan bergabung dengan GOLKAR. Pondok Pesantren Darussalamah Lampung Timur, Pondok Pesantren Miftahul Falah Raman Utara Lampung Timur, Pondok Pesantren Darussa’adah, Pondok Pesantren Baitul Mustaqim Punggur Lampung Tengah, Pondok Pesantren Al-Furqon Totokaton Lampung Tengah merupakan pesantren-pesantren yang enggan memasukkan kurikulum umum dalam pendidikannya pada saat itu. Pondok Pesantren Miftahul Jannah Sekampung Lampung Timur. KH. Ainun Suha Pengasuh Pesantren Miftahul Jannah, Wawancara, tanggal 25 Mei 2008 52 menambah beban belajar santri hingga berdampak pada kurangnya alokasi waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu agama utamanya nahwu dan fiqh- yang menjadi kajian utama pesantren salaf. Pendirian tersebut diperparah lagi dengan parameter berhasil dan tidaknya sebuah pesantren dapat diukur dengan frekuensinya dalam melaksanakan hataman kitab-kitab nahwu, mulai dari kitab Jurumiyah, al-‘Imriti, dan Alfiyah Ibn Malik yang dihafalkan. 59 Oleh sebab itu apabila alokasi waktu untuk menghafalkan berkurang, maka hal ini menjadi kendala tersendiri untuk lebih mempelajari ilmu-ilmu agama. Dan tak jarang jenjang pendidikan di pesantren salaf mengacu pada kitab-kitab nahwu, sehingga istilah kelas Jurumiyah, kelas ‘Imriti menjadi istilah yang umum di pesantren salaf. Begitu juga apa yang dilakukan oleh KH. Muhammad Adnan, RRJ keengganan beliau untuk bergabung dengan GOLKAR dilampiaskan dengan secara pro-aktif mendukung dan menjadi simpatisan Partai Persatuan Pembangunan PPP yang merupakan partai hasil fusi dari berbagai partai Islam sebelumnya. 60 Namun karena kegiatan partai yang biasanya hanya lima tahun sekali, hanya pada saat hendak Pemilu, maka peran KH. Muhammad Adnan, RRJ di dalam kancah politik praktis tidak begitu menonjol dan dikalahkan dengan keaktifan beliau di organisasi tareqat dan Nahdlatul Ulama’. Hal yang sama juga dilakukan oleh KH. Muhammad Adnan, RRJ terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru saat itu, yaitu beliau menolak untuk memasukkan pelajaran-pelajaran umum 59 Bentuk dari upaya pelestarian metode hafalan ini berlanjut hingga diadakannya even- even perlombaan hafalan kitab nahwu di tingkat intra pesantren atau bahkan dengan beberapa pesantren yang diadakan setahun sekali secara bergiliran di beberapa pesantren. Dan pada saat lomba ini tidak semua pesantren mengikuti mengingat di pesantren-pesantren yang sudah memasukkan pendidikan formal metode hafalan ini sudah mulai ditinggalkan. Muhammad Muslih Panitia Lomba Hafalan Nahwu Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Barat tahun 2007, Wawancara, tanggal 7 Maret 2008 60 Kebijakan Orde Baru mengenai perpolitikan di Indonesia diatur dengan memperkecil jumlah partai politik dengan menggabungkan berbagai partai. Untuk partai-partai Islam seperti PERTI, NU, PERSIS, PSII dilebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan. Partai-partai nasionalis dan kristen bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia PDI. Donald Wilhelm, Indonesia Bangkit, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1981, h. 185 53 ke dalam madrasah di pesantren yang diasuhnya. Bahkan untuk melestarikan kultur salafiyah, KH. Muhammad Adnan, RRJ mengarang berbagai kitab nazam berbahasa Jawa dan telah dipakai sebagai kitab pelajaran wajib di berbagai pesantren di sekitarnya. Dalam ilmu Nahwu beliau mengarang Jurumiyah Jawan, dan bidang Tauhid beliau mengarang Tauhid Jawan. 61 Sistem salafiyah murni ini berlangsung hingga dua dasawarsa dari sejak pesantren didirikan dan pada pertengahan dasawarsa selanjutnya, yakni di tahun ajaran 1985-1986 62 Pondok Pesantren mengambil kebijakan untuk mengikutkan santrinya mengikuti Ujian Akhir dengan menggabungkan diri ke sekolah-sekolah formal di luar pesantren. Hal ini dilakukan agar tamatan pesantren nantinya memiliki ijazah resmi yang bisa dipergunakan untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Keadaan ini berlangsung hingga pada saat selanjutnya Pondok Pesantren Tri Bhakti Attaqwa secara resmi membuka sekolah formal dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. 63 Perubahan tersebut di atas terjadi bukan karena terjadi dengan tanpa alasan. Perubahan tersebut banyak dilandasi semangat kemajuan dari beberapa komponan yang ada dalam tubuh Pondok Pesantren Tri Bhakti Attaqwa. Rutinitas KH. Muhammad Adnan RRJ. di luar pesantren yang cukup padat sehingga program pembelajaran di pesantren lebih banyak dilakukan oleh para kyai dan ustadz 61 Dalam penelitian penulis ke berbagai pondok pesantren selain Tri Bhakti Attaqwa, setidaknya terdapat sekitar 15 pondok pesantren yang menggunakan kitab Nahwu Jawan karangan KH. Muhammad Adnan, RRJ. Dan ini tidak hanya pondok pesantren yang kyai pendirinya alumni pesantren Tri Bhakti Attaqwa. Seperti Pesantren Nurul Qodiri yang berada di Bandar Sakti Way Pengubuan Lampung Tengah kendati bukan alumni Tri Bhakti Attaqwa namun menggunakan kitab tersebut, ternyata ketika Sang Kyai pengasuh nyantri di Pesantren Darussaa’dah kitab tersebut diajarkan di sana. Sehingga diteruskan hingga beliau mendirikan pondok pesantren. KH. Imam Suhadi Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qodiri, Wawancara, tanggal 3 Maret 2008 62 Pada saat itu santri mengikuti Ujian Nasional dengan bergabung ke sekolah umum yang statusnya sudah diakui, sehingga pada saat itu santri untuk sementara tinggal di rumah kos- kosan yang dekat dengan sekolah tersebut. Muhammad Zamroni Aly santri Tri Bhakti Attaqwa tahun 1987-1997 yang saat ini menjabat sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah Tri Bhakti Attaqwa, Wawancara, tanggal 18 Juni 2008 63 Muhammad Muballighin Adnan, S.HI, Kepala Lembaga Pendidikan Tri Bhakti Attaqwa Wawancara, tanggal 5 Maret 2008