Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Masa Awal

127 Islamiyyah TMI yang berupaya memadukan pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA yang menginduk ke Dinas Pendidikan Nasional dengan pola pendidikan Tarbiyatul Mu’allimin Wal Mu’allimat al-Islamiyyah TMI yang ada di Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan Madura Jawa Timur. Sehingga sekolah dengan pola seperti ini berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan tidak di bawah naungan Departemen Agama. Dan untuk SMP telah dikeluarkan Surat Keputusan dari Dinas Pendidikan Kota Metro tentang perizinan penyelenggaraan pendidikan dengan nomor: 42067001d.32005. dengan Nomor Statistik Sekolah : 202126103024 dan Nomor Induk Sekolah : 200240. 32 Sedang untuk SMA telah dibuka pada tahun ajaran 2005 2006 dengan tujuan bahwa tamatan SMP harus meneruskan ke SMA mengingat pola pendidikan TMI memang berjenjang sampai enam tahun. 33 Inilah yang membedakan dengan SMP SMA lain khususnya di wilayah Kota Metro dan sekitarnya. Ada perbedaan nama tentang Pondok Persantren yang menggunakan sistem Mu’allimin di Indonesia. Ada yang menggunakan istilah Kulliyat al-Mu’allimîn al-Islâmiyyah 34 yang biasa disingkat KMI seperti Pondok Modern Darussalam Gontor, dan beberapa cabangnya serta pondok-pondok yang didirikan para alumninya, ada pula yang menggunakan istilah Tarbiyat al-Mu’allimîn al- 32 Muhammad Qomaruddin Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Wawancara, tanggal 16 Mei 2007 33 Laila Rismadiati Dewan Guru SMP TMI Roudlotul Qur’an, Wawancara, tanggal 3 Mei 2007 34 Kulliyat al-Mu’allimîn al-Islâmiyyah KMI adalah salah satu lembaga yang menangani pendidikan tingkat menengah di Pondok Modern Darussalam Gontor. Lembaga ini didirikan tanggal 19 Desember 1936. KMI merupakan lembaga Pendidikan Guru Islam yang mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental, dan penanaman ilmu pengetahuan Islam.Dalam sejarah perjalanannya, KMI telah lima kali mengalami pergantian direktur, secara berurutan sebagai berikut: K.H. Imam Zarkasyi 1936-1985, K.H. Imam Badri 1985-1999, K.H. Atim Husnan 1999-2002, dan K.H. Syamsul Hadi Abdan 2002-2006. K.H. Ali Sarkowi, Lc 2007. http:gontor.ac.id 128 Islâmiyyah TMI seperti Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan, Madura, 35 Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Jawa Timur dan lain-lain. Akan tetapi pada intinya kedua istilah ini secara umum memiliki karakteristik yang sama, yakni sistem mu’alimin yang dimungkinkan cikal-bakalnya sudah lama diterapkan di Padang Panjang Sumatera Barat. 36 Ada hal-hal yang menarik dari sistem mu’alimin ini. Pertama, semua materi pelajaran disajikan dalam sebuah kelas formal, dan sistem pengajarannya lebih modern dalam arti bukan sistem tradisional yang terkesan pasif karena hanya guru yang aktif. Kedua, perhatian yang lebih kepada fondasi keilmuan ,materi pelajaran yang disajikan, meskipun terkesan mendasar seperti kitab-kitab maraji’ referensi yang rendah seperti Nahwu Wadlîh 37 dan yang lainnya, tapi justru itulah 35 Pondok Pesantren Al-Amin yang secara kurikulum juga mengacu pada kurikulum yang ada di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo. Pesantren yang secara resmi didirikan pada Jum at, 10 Syawal 1371 H. bertepatan dengan 3 Desember 1971 M. merupakan wujud dari obsesi KH. Djauhari yang ingin mendirikan pondok pesantren ala Gontor di daerah Madura. Akan tetapi satu hal yang membedakannya dengan Pondok pesantren Gontor adalah di samping mengembangkan kurikulum ala TMI. Pondok Pesantren Al-Amin mempunyai spesifikasi pada pengembangan Tahfîz al-Qur’an . Departemen Agama RI. Direktori Pesantren, h. 373-376. Lembaga TMI di satu sisi dan Tahfîz al-Qur’an di sisi lain inilah yang menjadikan dasar bagi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an untuk mengadopsi kurikulum yang ada di Pondok Pesantren Al-Amin. 36 Sumatera Thawalib mulai didirikan pada sekitar tahun 1910an dari pangajian yang diadakan di surau-surau, di antara surau-surau tersebut adalah surau Jambatan Basi Padang Panjang milik Syekh H. Abdullah Ahmad Syekh Abdul Karim Amarullah atau Haji Rasul, Surau Parabek milik Syekh Ibrahim Musa, Surau Padang Japang Payakumbuah milik Syekh Abbas, Maninjau Batusangkar manjadikan sistem surau halaqah menjadi sistem sekolah yang dinamakan Sumatera Thawalib. Perguruan tersebut melaksanakan program yang sama meskipun tidak dalam semua aspek. Thawalib Parabek setelah mangalami pasang surut di tahun 1990an kini mulai bangkit dengan memperbaiki kurikulum, kualitas tenaga pengajar, kesejahteraan guru, fasilitas pendidikan dan asrama, jumlah murid pada saat itu mancapai 650. dari jumlah tersebut sebagian santri ada yang berasal dari Aceh, Riau Jambi dll. Keadaan ini berjalan hingga tahun 1960 1970an. Pada saat terjadi gempa bumi Gampo bangunan yang hancur sebanyak 9 lokal dan selanjutnya di bangun kembali menjadi bangunan bertingkat tiga. Pada suatu ketika pernah mengalami kesulitan mencari guru bahasa Arab, sampai-sampai dipasang iklan di koran Sumbar namun pelamar yang masuk tidak ada yang memenuhi standar, akhirnya didatangkanlah guru bahasa Arab dari Jawa. Disarikan dari makalah berbahasa Minangkabau. WWW. RantauNet, tanggal 6 Mei 2008 37 Ali Jarim dan Mustofa Amin, Nahwu Wadlîh Jakarta: Alaydrus, t.th Dr. Mahmud Ismail al-‘Arabiyyah li an-Nâsyi in Beirut: Dar al-Fikr, t.th merupakan kitab-kitab yang lazim disampaikan dalam mata pelajaran Nahwu, hal ini berbeda dengan kitab-kitab yang disampaikan di pesantren-pesantren salafiyah yang biasanya mengajarkan kitab Nahwu seperti Jurumiyyah, al- 129 yang harus diperkuat. Karena semakin kuat pondasi semakin kokoh bangunan di atasnya. Ditopang dengan sistem pengajaran yang aktif-aplikatif. Diibaratkan belajar dengan sistem ini para pengajar berusaha memberikan kunci dan kewajiban para anak didik selanjutnya adalah membuka khazanah-khazanah pengetahuan yang ada dengan kunci yang telah ia peroleh tersebut. Lemari apapun kalau sudah dipegang kuncinya dapat dibuka. Ketiga, al-’Ul ǔ m al-Tanzîliyyah ilmu-ilmu berbasis agama disajikan secara komprehensif menyeluruh, berbeda dengan Madrasah Tsanawiyah maupun Aliyah yang ada. Keempat, sebenarnya kalau dilihat dari arti secara bahasanya, TMI berarti Pendidikan Guru Islam seakan tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Guru Agama PGA tempo dulu. Hal ini dimaksudkan bahwa sistem ini berupaya mencetak kader-kader yang memiliki jiwa pendidik meskipun tidak harus berprofesi sebagai guru agama di sekolah. 38 Di lain pihak pemilihan Tarbiyat al-Mu’allimîn al-Islâmiyyah TMI dan bukannya Kulliyatul Mu’allimîn al-Islâmiyyah KMI, menurut Ustadz Saiful Hadi, LC, adalah terinspirasi dengan sistem mu’allimîn yang ada di Pondok Pesantren Al-Amin, Prenduan Madura Jawa Timur yang mempunyai sedikit perbedaan dengan Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, yaitu perangkat pendidikan TMI disesuaikan dengan kondisi sosial keagamaan masyarakat yang masih kental dengan tradisionalitasnya sehingga lebih membumi. Jadi tradisi-tradisi seperti tahlilan, pembacaan al-Berzanji, dan pengajian kitab kuning dengan sistem sorogan 39 semuanya ada di Pondok Pesantren tersebut. Di ‘Umrity, Al-Fiyah karangan ibn Malik. Perbedaan ini didasarkan bahwa untuk kitab nahwu yang diajarkan di pesantren modern titik tekannya pada kemampuan berbahasa Arab secara aktif dalam percakapan sehari-hari, sedangkan di pesantren-pesantren salaf pengajaran bahasa Arab lebih ditekankan untuk memahami struktur gramatika Arab yang dipergunakan untuk memahami kitab- kitab klasik kitab kuning. 38 KH. Ali Komaruddin, SQ. Al-Hafiz Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, Wawancara, Tanggal 27 Mei 2006 39 Tradisi semacam ini merupakan hal yang lazim dilakukan di pesantren-pesantren salafiyah, bahkan dalam tradisi yang berkembang di masyarakat Islam Lampung acara tahlilan pada malam Jum at, malam pertama hingga ketujuh sesudah seseorang meninggal, dan pada malam-malam ke 40, 100, 1000 dari meninggalnya seseorang merupakan tradisi yang sangat kuat. 130 samping Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan juga mempunyai program Tahfîz al-Qur’an yang merupakan cikal bakal dari Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an. Hal lain yang menarik adalah sistem mu’allimin di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dikombinasikan dengan kurikulum Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA. Maka praktis kurikulum yang ada adalah kombinasi antara kurikulum Departeman Pendidikan Nasional dan kurikulum Mu’allimîn. 40 Sehingga bukan mu’allimin an sich. Bila dianalisa tingkat responsitas yayasan terhadap modernitasnya, maka pada level yayasan ini sebenarnya bila dilihat masing-masing personal cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari komposisi personal dan bidang-bidang yang menjadi tanggung jawabnya cukup tepat. Akan tetapi bila dilihat pada kenyataannya masih terdapat beberapa aspek yang belum berjalan sesuai dengan harapan. Pada umumnya anggota yayasan merupakan orang-orang yang mempunyai tingkat kesibukan yang tinggi pada karier masing-masing, hal ini berdampak pada tanggung jawab yang dibebankan dari Yayasan Roudlotul Qur’an merupakan pekerjaan sampingan yang hanya sebagai lahan perjuangan. Dengan demikian kinerja anggota yayasan banyak berkisar pada tataran idealis, andaikan saja ada yang berada di tataran praksis biasanya hanya melibatkan beberapa personal saja. 41 Bentuk dari minimnya dalam merespon modernitas adalah ketika menentukan mengangkat Kepala Sekolah baik untuk SMP maupun SMA tidak Di lain pihak pembacaan Al-Barzanji di malam walimatul ‘urs, walimatul khitan, syukuran kelahiran merupakan tradisi yang masih berlangsung. Sehingga dalam satu dusun yang rata-rata terdiri atas 40 Kepala Keluarga terdapat kelompok tahlilan, Berzanji baik yang dilakukan oleh ibu-ibu maupun bapak-bapak. Pada kenyataan inilah biasanya kyai pesantren juga bertindak sebagai pemimpin jamaah tahlilan di lingkungan pesantren. Kyai Rosyadi Pemimpin Jamaah Yasin Tahlil dusun II Mulyojati Metro Barat, Wawancara, tanggal 22 Maret 2008 40 Ketika Departemen Pendidikan Nasional memberlakukan kurikulum berbasis kompetensi KBK, maka kurikulum ini juga diberlakukan di SMP TMI Roudlotul Qur’an dan juga pada saat kurikulum berubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Ahmad Komaruddin Waka Kurikulum SMP TMI Roudlotul Qur’an, Wawancara¸ tanggal 9 Mei 2008 41 Dalam hal ini gerak langkah yayasan baru berada pada level Dewan Harian, yakni Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Hi. Miswadi Wakil Yayasan Roudlotul Qur’an, Wawancara, tanggal 12 Agustus 2007