Sebagai Lembaga Pendidikan Fungsi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an
164 dapat mengemban cita-cita agama islam yang menjadi harapan mayoritas penduduk
Indonesia. Semua upaya pengembangan pesantren dan madrasah di Indonesia dapat
dipandang sebagai proses transformasi pendidikan Islam dalam upaya memenuhi tuntutan dan perkembangan zaman. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang
berakar pada sejarah panjang dan tumbuh dari bawah grassroot, pesantren dan madrasah memiliki arti yang
sangat penting di kalangan kaum muslimin di Indonesia, sehingga eksistensinya terus diperjuangkan melalui berbagai jalur.
Namun demikian, sebagaimana layaknya lembaga dalam suatu komunitas yang dinamis, lembaga pendidikan inipun tidak bias lepas dari perkembangan dan
perubahan masyarakat di berbagai bidang kehidupan, baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Sementara itu madrasah di satu pihak berupaya menjaga karakteristik keislaman dan di lain pihak dituntut untuk mampu mengembangkan relevansi dan
vitalitas kependidikan madrasah merupakan dua hal yang menjadi focus dari proses transformasi pendidikan di Indonesia.
Sejak lahirnya, praktek pendidikan Islam menitikberatkan pada aspek
keagamaan sikap, sementara aspek intelektual kurang mendapat perhatian yang serius dari para penanggungjawabnya. Keadaan seperti itu tentu saja menuntut
keterbukaan pendidikan pesantren untuk dapat mengakomodasikan metodologi
pengajaran yang dapat membawa
para santri untuk selalu mengembangkan wawasan dan pemikirannya secara bebas tanpa harus merasa terikat dari pandangan
kiainya. Dengan demikian, kurikulum pesantren harus dikaji dari relevansi kemasyarakatan dengan segala perubahannya. Kurikulum tradisional dengan mata
pelajaran kitab kuningnya perlu mengalami proses perubahan, sesuai kecenderungan masyarakat akan pendidikan.
Usaha pendidikan seperti di atas, memastiakn keharusan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan-perubahan terhadap beberapa aspek tertentu dari
lembaga pendidikan pesantren maupun madrasah, dengan tetap menjamin karakter
165 pesantren yang esensial, seperti reproduksi ulama maupun memelihara tradisi dan
nilai-nilai budaya Islam. Pembaharuan terhadap beberapa aspek pendidikan sangat penting dilakukan
di pesantren, karena dengan melakukan pembaharuan pendidikan, pesantren akan tetap bertahan hidup dalam masyarakat yang serba maju.
Upaya pembaharuan pendidikan pesantren sebagaimana telah diutarakan di atas, Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an telah mengadakan modernisasi pendidikan
pada aspek kelembagaan, organisasi, kurikulum dan aspek metodologi pengajaran. Pada aspek kelembagaan
pesantren telah mengubah pola kelembagaan yang
dahulunya pesantren cenderung kepemimpinannya dipegang seorang kiai, dalam hal ini KH. Ali Komaruddin, karena beliaulah pendiri sekaligus pengasuhnya. Kemudian
pada giliran selanjutnya kepemimpinan tunggal diubah menjadi kepemimpinan kolektif dalam suatu kepengurusan yayasan, sementara kiai lebih berkonsentrasi pada
pembinaan santri dan yang bertanggung jawab di dalam pesantren. Dengan demikian, dalam proses perjalanannya, pesantren ini telah melakukan
pembaharuan pada aspek organisasi kelembagaan. Implikasi dari modernisasi ini menjadikan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dapat terus eksis hingga sekarang
dalam perubahan yang sangat cepat. Dalam kaitannya dengan kontinuitas sebuah pesantren, Azyumardi Azra
mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan kuat pesantren untuk melakukan konsolidasi organisasi kelembagaan, karena dalam perkembangannya
dalam pesantren terjadi diversifikasi pendidikan yang diselenggarakannya, yaitu mencakup
madrasah dan sekolah umum, hingga kepemimpinan tunggal tidak lagi memadai lagi.
Selain pembaharuan pada aspek kelembagaan dan organisasi, Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an melakukan pula pembaharuan pada aspek kurikulum
dengan mengadakan perubahan jumlah jam dan mata pelajaran. Pada awal perkembangannya semua mata pelajaran bersumber dari kitab kuning berbahasa
Arab yang 100 mata pelajaran agama Islam. Akan tetapi pada perkembangan
166 selanjutnya Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an memasukkan mata pelajaran umum
ke dalam kurikulum dan membuka pendidikan umum yaitu SMP dan SMA. Pembaharuan pada aspek kurikulum ini berimplikasi pada pola kehidupan santri
yang pada awalnya mengutamakan aspek sikap prilaku saja, kemudian menjadi seimbang antara aspek sikap dan aspek intelektual serta pengembangan wawasan.
Pembaharuan aspek metodologi pengajaran juga dilakukan, yaitu dari pengajaran sistem halaqah saja kepada pengajaran sistem klasikal persekolahan.
Dalam pengajaran sistem halaqah perhatian kiai sebagai pengasuh biasanya kurang mempunyai titik singgung dengan aspek psikologis santri. Pada sistem ini tahapan
pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa santri kurang mendapatkan perhatian, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun sosial.
Berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran dengan sistem persekolahan. Pada sistem ini aspek filosofis, psikologis, maupun aspek sosiologis tampak diperhatikan.
Pelajaran yang diberikan dan metode mengajar yang digunakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual anak di setiap jenjang pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa perubahan tingkah laku dan perkembangan intelektual santri menuju kedewasaan yang komprehensif akan tercapai melalui pembaharuan
kurikulum dan metode mengajar yang digunakan. Penggunaan metode diskusi atau resitasi misalnya, di dalam proses belajar mengajar di pesantren ini berimplikasi pada
pengembangan wawasan para santri karena mereka dapat melatih diri untuk mengorganisir pikiran-pikirannya dalam mengeluarkan pendapat dan dapat menjaga
kestabilan emosinya dalam berdiskusi. Dari pembaharuan beberapa aspek pendidikan tersebut di atas, menjadikan
factor utama pesantren ini dapat bertahan dan berkembang. Implikasi pembaharuan tersebut menjadikan Pesantren Roudlotul Qur’an semakin mempunyai keterkaitan
erat yang tidak terpisahkan dengan masyarakat sekitarnya.
Masyarakat dan Pemerintah Kota Metro sangat mendukung keberlangsungan pesantren ini.
Umumnya mereka memberikan bantuan dana dengan menjadi donatur tetap donatur
167 rutin untuk pembangunan pesantren, atau banyak juga yang memberikan bantuan
tenaga maupun pikiran demi kemajuan pesantren. Sebaliknya, pesantren ini memberi jasa kepada masyarakat, tidak hanya
memberikan pelayanan pendidikan dan keagamaan, tetapi juga bimbingan sosial fatwa-fatwa, dan kehidupan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungannya. Bagi
Kota Metro mendapat keuntungan, terutama untuk pengiri,am kafilah Musabaqoh Tilawatil Qur’an MTQ maupun even-even perlombaan keagamaan lainnya.