pertanyaan untuk menggali potensi siswa yang mengarah pada konsep yang diinginkan.
Pada survey pendahuluan dilakukan pretest mengenai bangun datar dan rata-rata yang diperoleh adalah 54,47. Nilai ini masih kurang dari
nilai KKM yang ditetapkan sekolah. 2. Pelaksanaan Penelitian Pada Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan siklus I ini adalah menyiapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan teori
Van Hielle, menyiapkan lembar kerja siswa, membuat kisi-kisi soal, menyiapkan soal untuk tes di akhir siklus, lembar observasi, lembar
wawancara dan alat dokumentasi. Rencana pembelajaran dibuat dan didiskusikan bersama dengan guru kolaborator agar rencana
pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Materi pada siklus I diantaranya persegi, persegi panjang dan jajar genjang. Soal tes akhir siklus dibuat untuk mengetahui
pemahaman konsep siswa. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Pengamatan melalui
lembar observasi dilakukan oleh observer, yaitu kolaborator. Lembar wawancara dipersiapkan untuk mewawancarai siswa yang digunakan
untuk mengetahui
pendapat siswa
mengenai pembelajaran
menggunakan teori Van Hielle. Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran
dengan teori Van Hiele dapat meningkatkan pemahaman konsep geometri siswa. Target yang ingin di capai pada siklus I adalah siswa
tertarik pada penyajian materi yang diberikan sehingga timbul semangat dalam belajar matematika khususnya materi geometri.
b. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tahap pelaksanaan siklus I terdiri dari empat kali pertemuan dengan
pokok bahasan
persegi dan
persegi panjang,
mendefinisikan, memahami sifat-sifatnya, mencari keliling dan luasnya dan pelaksanaan tes akhir siklus I.
Pertemuan ke-1, Tahap I
: Inkuiri Informasi
Pada tahap ini guru melakukan dialog dengan siswa guna mengumpulkan informasi-informasi tentang konsep persegi dan
persegi panjang. pada tahap ini siswa menggunakan bahasanya sendiri untuk mengungkapkan konsep-konsep tersebut.
Tahap II : Orientasi Terarah Orientasi Terbimbing
Pada tahap ini siswa mengamati bangun-bangun datar yang dimaksud baik yang telah disiapkan guru ataupun benda yang ada
di sekelilingnya. Pada tahap ini juga siswa masih menggunakan bahasanya sendiri untuk mengungkapkan ciri dan sifat dari bangun
yang diamati.
Tahap III : Uraian Penjelasan
Pada tahap ini guru menunjukkan bangun-bangun yang dimaksud tanpa menjelaskan mengapa merupakan bangun
contoh dan non contoh. Pada tahap ini juga siswa membangun atau mengkonstruks
sendiri gagasannya atau pengetahuan barunya sesuai dengan pengetahuan awal mereka dengan mengerjakan LKS yang
diberikan. Dalam hal ini, guru hanya membimbing seperlunya.
Tahap IV : Orientasi Bebas
Pada tahap ini siswa menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dengan mengerjakan latihan soal pada LKS yang
diberikan.
Tahap V : Integrasi
Guru menguatkan kembali konsep yang telah diperoleh siswa dengan membahas hasil kerja siswa disertai dengan umpan
balik. Siswa memeriksa dan meringkas apa yang telah mereka
pelajari. Selama kegiatan belajar berlangsung masih terdapat siswa
yang tidak memperhatikan ketika guru sedang memberi penjelasan di depan kelas, beberapa siswa ada yang melamun dan mengobrol.
Gambar 1 Kegiatan siswa pada saat mencatat materi pelajaran
Selain itu, ada juga siswa yang menidurkan kepalanya di meja seperti bermalas-malasan ketika sedang mengerjakan LKS
yang telah diberikan guru. Hal ini sepertinya dikarenakan siswa belum memiliki motivasi untuk mengerjakan latihan dan belum
terbiasa dengan metode belajar yang digunakan guru dalam menyajikan materi.
Pertemuan ke-2,
Pada dasarnya proses pembelajaran pada pertemuan ke-2 ini sama dengan pertemuan sebelumnya hanya materi yang
diajarkan adalah mencari keliling persegi panjang. Pada saat pembelajaran berlangsung, hanya beberapa siswa saja yang
bertanya pada guru tentang materi atau LKS yang belum mereka pahami. Siswa yang maju ke depan juga hanya didominasi oleh
beberapa orang saja.
Pertemuan ke-3
Pada pertemuan ini materi yang dibahas adalah luas persegi dan persegi panjang. Dan pemecahan masalah yang
berkenaan dengan bangun tersebut. Pada pertemuan kali ini rasa
ingin tahu siswa semakin bertambah. Ini di lihat dari banyaknya pendapat yang diajukan seperti “ Bu Kalo luas persegi kan sisi
kali sisi ya bu Dan kalo persegi panjang luasnya panjang kali lebar, bener kan Bu Keaktifan mulai terjadi saat LKS diberikan.
Ini dilihat dari banyaknya siswa yang bertanya. Dan banyak juga siswa yang tidak percaya diri dengan hasil pekerjaannya ini terlihat
masih banyak kata “Bu kalo gini bener ga bu” Pertemuan ke-4
Pada tahap ini guru mengadakan tes akhir siklus. Tes akhir siklus diadakan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep
geometri siswa.
c. Tahap Observasi dan Analisis
Pada kegiatan siklus I, suasana kelas pada saat penyajian materi cukup ribut karena kebanyakan siswa masih bingung ketika
diberikan LKS oleh guru. Selain itu, beberapa siswa masih kurang bersemangat pada saat proses belajar matematika berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observer diperoleh hasil bahwa siswa sepertinya belum terbiasa dengan
metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru namun sepertinya siswa sudah mulai aktif untuk bertanya ataupun menjawab
pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa menjadi lebih mudah dalam mencatat materi karena hanya melengkapi dan mengerjakan soal-
soal yang ada pada LKS. Pada akhir siklus I diadakan tes akhir untuk mengetahui
tingkat pemahaman konsep yang telah didapat pada saat pembelajaran. Data dari tes akhir siklus dapat dilihat pada
lampiran 9 Hal 123 Berdasarkan lampiran 9 Hal 123 dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematika siswa masih kurang. Ini terlihat dari dimensi interpretasi yang skor maksimalnya pada siklus I
adalah 16 tetapi masih banyak siswa yang masih kurang. Hamper 68 siswa mendapat skor 7
– 10. Kriteria ini masih tergolong kurang. Hanya sekitar 32 siswa yang mendapat skor diatas 10.
Untuk dimensi ini rata-rata persentasenya adalah 60,20. Pada dimensi ekstrapolasi siklus I nilainya hampir sama dengan dimensi
interpretasi. Pada kegiatan ini siswa masih kesulitan untuk memecahkan soal yang agak rumit, terbukti dari skor yang didapat
siswa masih cukup rendah. Kisarannya mulai dari 7 – 10 cukup
mendomonasi dari jumlah siswa. Dan yang memperoleh skor di atas 12 hanya beberapa orang saja. Pada dimensi ini rata-rata
persentasenya hanya 59,38. Berbeda dengan dimensi translasi, pada dimensi ini cukup bagus, dari skor maksimal 8, hanya 1 orang
saja yang memperoleh skor 4. Selebihnya memperoleh skor 5 – 8.
Dimensi ini pada siklus I memperoleh rata-rata nilai 77,30. Dari skor yang ada diperoleh nilai rata-rata pada siklus I adalah 63,33.
Dari data di atas terlihat nilai rata-rata pemahaman konsep siswa masih kurang dari KKM yang ditetapkan. Ini menunjukkan
indikator keberhasilan penelitian belum tercapai.
Selain pemahaman konsep yang dianalisis, peneliti juga melaksanakan pengamatan mengenai aktivitas siswa. Pengamatan
berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan dilakukan oleh kolaborator yang mencatat seluruh aktivitas siswa
dan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 10
Hal 124. Berdasarkan tabel pada lampiran 10 Hal 124 aktivitas
siswa berdasarkan tahapan Van Hielle. Terlihat pada siklus I ini siswa berani mengemukakan pendapatnya yang dalam hal ini
konsep mengenai persegi dan persegi panjang yaitu sebesar 32,46 atau sekitar 10 atau 15 orang saja yang mau diajak berdialog.
Selebihnya hanya diam dan mengobrol dengan teman sebangku dan kadang ada juga yang “nyeletuk”.
Kegiatan lain
yang diamati
adalah siswa
bisa mengemukakan ciri sifat dari bangun yang di maksud. Aktivitas
ini sangat besar kisaran persentasenya mencapai 89,47. Hal ini terjadi dikarenakan siswa pernah mendapatkan materi ini pada
sekolah dasar. Kegiatan siswa mengajukan pertanyaan kepada guru sebesar
31,58. Hasil ini cukup baik apabila di bandingkan dengan kegiatan penelitian pendahuluan yang terlihat hanya 4 siswa yang
mengajukan pertanyaan kepada guru. Sedangkan pada pelaksanaan siklus I, sudah terlihat 6 sampai 15 siswa yang mengajukan
pertanyaan dan petanyaan yang diajukan masih dikategorikan pertanyaan tingkat rendah.
Kegiatan memperhatikan penjelasan guru sebesar 86,84. Persentase ini cukup bagus dan diperoleh informasi bahwa adanya
peningkatan jika di bandingkan dengan penelitian pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan, pada saat guru menjelaskan masih
banyak siswa yang menidurkan kepalanya di atas meja, melamun
dan bahkan bercanda dengan teman sebangkunya. Dengan adanya persentase yang cukup besar ini menunjukkan bahwa siswa sudah
siap untuk belajar. Namun pada kegiatan siklus I belum semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh
sehingga harus ada perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus ini aktivitas yang juga diamati dan cukup bagus
persentasenya adalah mengerjakan tugas yang diberikan guru. . aktivitas ini memperoleh persentase sebesar 92,11. Kegiatan lain
yang diamati adalah siswa mau mengerjakan soal-soal yang sulit. Dalam kegiatan ini persentasenya sebesar 27,19. Pada siklus ini
siswa berusaha mengerjakan soal yang diberikan walaupun masih bertanya kepada guru atau teman. Tetapi cukup banyak pula yang
tidak mau berusaha untuk mengerjakan soal yang di berikan.
Gambar 2 Kegiatan siswa pada saat mengerjakan soal di papan tulis
Kegiatan siswa mengerjakan soal di papan tulis mendapat persentase sebesar 13,16. Pada siklus I ini masih banyak siswa
yang merasa malu dan takut salah. Hanya 4 sampai 5 orang saja yang berani untuk maju.
Rata-rata persentase dari 7 aktivitas yang diamati melalui lembar observasi selama siklus I sebesar 55,12. Hal ini
menunjukkan indikator keberhasilan penelitian belum tercapai, dimana rata-rata persentase aktivitas siswa yang diamati melalui
lembar observasi pada siklus harus lebih dari atau sama dengan 65.
Berikut hasil analisis wawancara dengan subjek penelitian: o
SP1 merasa teori belajar Van Hiele lebih menyenangkan karena membuatnya tidak bosan dan mengantuk. Selain itu, ia
juga merasa lebih faham dengan adanya LKS yang diberikan guru.
o SP2 merasa teori belajar Van Hiele membuatnya lebih
mengerti tentang bangun datar walaupun menurutnya agak sedikit rumit.
o SP3 merasa teori belajar Van Hiele membuatnya lebih
semangat ketika sedang belajar geometri. o
SP4 merasa teori belajar Van Hiele membuatnya tidak jenuh ketika pembelajaran matematika berlangsung dan membuatnya
lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. o
SP5 merasa teori belajar Van Hiele membuatnya tidak mengantuk ketika belajar matematika.
o SP6 merasa teori belajar Van Hiele membuatnya bersemangat
pada saat belajar matematika di sekolah. Hasil observasi terhadap guru yang mengajar cukup baik hanya
saja guru harus lebih meningkatkan pengelolaan kelas dan mengarahkan siswa agar lebih aktif.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus I, yaitu guru belum sepenuhnya melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang
dibuat bersama kolaborator. Pada tahap I tahap inkuiriinformasi,
guru masih dominan dalam menggunakan metode ekspositori dibanding teknik bertanya sehingga hanya terjadi proses pembelajaran
satu arah. Sebelum masuk pada siklus II, guru dan peneliti berdiskusi
untuk mempersiapkan siklus II. Untuk siklus II guru hanya menggunakan teknik bertanya untuk memberikan kesempatan siswa
menginterpretasikan konsep yang akan dipelajarinya dengan kalimatnya sendiri sehingga daya intelektual siswa dapat berkembang
secara wajar. Selain itu, pada siklus II nanti guru akan melaksanakan proses pembelajaran yang disertai penguatan supaya motivasi siswa
lebih meningkat. Berdasarkan analisis siklus I masih terdapat kekurangan pada keaktifan siswa khususnya keaktifan siswa dalam hal
mengerjakan soal di depan kelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Dan pada soal akhir siklus untuk mengukur pemahaman
konsep siswa masih kurang mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan persegi dan persegi panjang.
Dari siklus I terlihat masih banyak kekurangan pada aspek pemahaman konsep khususnya dimensi interpretasi dan ekstrapolasi,
untuk itu guru bersama kolaborator berusaha memperbaiki dimensi tersebut dengan lebih banyak lagi memberi penjelasan dan contoh-
contoh yang lebih bervariasi serta lebih membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Secara garis besar dapat dilihat seperti tabel
berikut:
Tabel 1 Aspek
Perlu Diperbaiki Perlu Dipertahankan
Pemahaman Konsep
Dimensi interpretasi
dan ekstrapolasi
Solusi : Perlu latihan
secara kontinu
dan contoh soal yang lebih
variatif Dimensi Translasi
Aktivitas Siswa berdasarkan
teori Van Hielle
Free orientation yang meliputi
mengerjakan soal yang sulit dan maju
mengerjakan soal di papan tulis
Solusi: Perlu adanya
reward dan tambahan nilai bagi yang mau
mengerjakan soal yang sulit.
Free Orientation yaitu mengerjakan tugas yang
di berikan
3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II a. Tahap Perencanaan
Siklus II direncanakan terdiri dari 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas materi tentang sifat-sifat dari belah ketupat dan
layang-layang. Pertemuan kedua membahas materi tentang mencari keliling dari bangun belah ketupat dan layang-layang. Pertemuan
ketiga membahas materi tentang luas dari bangun belah ketupat dan layang-layang. Pertemuan keempat guru mengadakan tes akhir siklus.
Berdasarkan temuan dari penelitian siklus I siswa masih membutuhkan bantuan siswa lain pada saat mengerjakan soal dan masih banyak siswa
belum menunjukkan keaktifan pada saat pembelajaran.
Persiapan lain yang dilakukan oleh peneliti adalah berdiskusi dan memberi penjelasan pada guru mengenai kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan pada siklus II. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi, catatan lapangan, LKS dan tes akhir siklus.
Target pada siklus II ini adalah siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dan pemahaman konsep geometri yang
baik pula dan 80 yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 60.
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan siklus II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Kegiatan belajar matematika masih menggunakan teori Van Hiele.
Pertemuan ke-1 Tahap I
: Inkuiri Informasi
Pada langkah ini guru mempelajari pengetahuan awal siswa tentang konsep bangun belah ketupat dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan konsep-konsep tersebut dengan kalimatnya sendiri. Jadi, konsep-konsep ini
diperkenalkan melalui dialog antar guru dan siswa.
Tahap II : Orientasi Terarah Orientasi Terbimbing
Siswa mengamati bangun-bangun datar baik yang telah disiapkan guru maupun benda-benda yang ada disekelilingnya.
Siswa mengklasifikasi bangun-bangun yang merupakan contoh dan non contoh.
Siswa menggambar pada kertas berpetak
Tahap III : Uraian Penjelasan
Guru menunjukkan bangun-bangun yang dimaksud tanpa menjelaskan mengapa merupakan bangun contoh dan non
contoh.
Siswa membangun atau mengkonstruk sendiri gagasannya atau pengetahuan barunya sesuai dengan pengetahuan awal mereka
dengan mengerjakan LKS yang diberikan. Dalam hal ini, guru hanya membimbing seperlunya.
Tahap IV : Orientasi Bebas
Siswa menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dengan mengerjakan latihan soal pada lembar kerja siswa LKS yang
diberikan.
Tahap V : Integrasi
Guru menguatkan kembali konsep yang telah diperoleh siswa dengan membahas hasil kerja siswa disertai dengan umpan
balik. Siswa memeriksa dan meringkas apa yang telah mereka
pelajari . Selama kegiatan belajar matematika berlangsung, guru
selalu berusaha memberikan penguatan kepada siswa. Guru tidak sungkan untuk memberikan pujian pada siswa sehingga siswa
merasa bangga terhadap hasil kerjanya. Hal ini tentu saja dapat memotivasi siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan pengamatan pada siklus II, siswa sudah mulai aktif bertanya pada guru apabila ada hal-hal yang kurang
dimengerti. Selain itu, siswa juga sering terlihat berdiskusi dengan teman di sebelahnya mengenai materi yang sedang dipelajari.
Pertemuan ke-2
Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran matematika pada pertemuan ini sama dengan pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya yang mengunakan tahapan belajar Van Hiele dalam menyajikan materi geometri pada siswa. Materi yang akan
dipelajari adalah sifat layang-layang, mencari keliling layang- layang. Pada pertemuan ini, siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang