Persyaratan Ketepatan Diksi Landasan Teori

luas pada media elektronik seperti radio, televisi, dan internet, karena berita telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia. Menurut Sam Abede Pareno pemaparan sebuah berita sedikitnya memiliki sebuah indikator-indikator, yakni laporan, informasi, baru, benar, tidak memihak, fakta, arti penting, dan menarik perhatian umum. 40 Berita dapat diklasifikasikan menjadi berita berat dan berita ringan, selain itu berita juga dapat dibedakan menurut lokasinya menjadi berita terbuka dan berita tertutup. 41 Sesuai dengan namanya, berita berat berisi tentang peristiwa yang mengguncang seperti peristiwa kebakaran, gempa bumi, maupun kerusuhan. Berita ringan merupakan informasi mengenai ketertarikan khalayak seperti peristiwa pernikahan, tontonan, maupun berita mengenai hiburan. Berita tertutup merupakan sebuah peristiwa yang tidak diperlihatkan pada khalayak umum, seperti sidang kabinet, seminar, ataupun persidangan yang bersifat di dalam ruangan tertutup. Berita terbuka merupakan peristiwa yang terjadi dalam ruang terbuka dan dapat disaksikan oleh khalayak umum seperti peristiwa kebakaran, bencana maupun kerusuhan. Berita tertutup juga termasuk dalam berita ringan karena tidak mengguncangkan, sedangkan berita terbuka termasuk dalam berita berat karena peristiwa yang terjadi mengguncangkan khalayak umum. 42 Dari beberapa definisi di atas, terdapat delapan konsep mengenai berita, yakni: berita sebagai laporan tercepat, berita sebagai rekaman, berita sebagai fakta objektif, berita sebagai interpretasi, berita sebagai sensasi, 40 Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, Surabaya: Papyrus, 2003, h. 6. 41 Sumadiria. op. cit., h. 65. 42 Ibid., h. 66. berita sebagai minat insani, berita sebagai ramalan, dan berita sebagai gambar. 43

c. Teknik Penulisan Berita

a. Pola penulisan piramida terbalik Dalam teknik melaporkan, setiap jurnalis wartawan atau reporter tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis, dibacakan, atau yang ditayangkannya. Berita adalah tentang fakta secara apa adanya, bukan bagaimana seharusnya. “Sebagai fakta objektif, berita harus bebas dari intervensi siapa pun dan dari pihak mana pun termasuk dari kalangan jurnalis. ” 44 Teori jurnalis mengajarkan, bahwa fakta dan peristiwa yang terjadi di dunia begitu banyak sedangkan waktu untuk melaporkan begitu sempit, maka harus dilakukan cara paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan dan menulis fakta-fakta tersebut. “Cara yang demikian itulah yang dinamakan pola piramida terbalik inverted viramid. ” 45 Berita disajikan dengan menggunakan piramida terbalik karena berpijak pada tiga asumsi, yakni: 1. Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk menemukan dan mengetahui berita yang sangat penting. 2. Memudahkan reporter atau editor memotong berita yang dianggap kurang penting karena dihadapi oleh kendala teknis. 3. Memudahkan para jurnalis menyusun berita melalui rumus baku dan untuk menghindari kemungkinan adanya berita yang penting terlewati. 46 b. Rumus 5W1H 43 Suhaemin dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. h. 28. 44 Sumadiria. h. 117. 45 Ibid. 46 Ibid. h. 118. Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis jurnalistik. Unsur berita dapat dijadikan sarana untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita. Rumus 5W1H ini dijadikan acuan untuk menggali objek penulisan lebih mendalam, lebih rinci, dan lengkap. 47 Enam unsur dasar 5W1H ini yakni: 1. What Apa yang terjadi? 2. Who Siapa yang terlibat? 3. When Kapan peristiwa terjadi? 4. Where Di mana peristiwa terjadi? 5. How Bagaimana peristiwa terjadi? 6. Why Mengapa peristiwa bisa terjadi? 48 Wartawan yang berpengalaman dapat membuat berita dengan baik dan benar, karena seorang wartawan yang berpengalaman dapat merasakan arti dari berita itu sendiri.

d. Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers wartawan Indonesia dalam penulisan berita di media massa, bahasa jurnalistik ini biasa disebut sebagai bahasa pers. 49 Dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan jelas, wartawan telah menyajikan informasi yang menarik bagi pembaca. Hal ini dipertegas oleh Martin Moentadhim, bahwa ragam bahasa yang dipergunakan oleh wartawan memiliki sifat yang khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik. 50 Dengan demikian, wartawan dalam menulis berita harus menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh 47 Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru,Jakarta: Kalam Indonesia, 2005, h. 62. 48 Sumadiria.loc. cit. 49 Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. h. 86-87. 50 Martin Moentadhim. Jurnalistik Tujuh Menit, jalan pintas menjadi wartawan dan penulis lepas. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006, h. 28.