Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis jurnalistik. Unsur berita
dapat dijadikan sarana untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita. Rumus 5W1H ini dijadikan acuan untuk menggali objek penulisan lebih
mendalam, lebih rinci, dan lengkap.
47
Enam unsur dasar 5W1H ini yakni: 1.
What Apa yang terjadi? 2.
Who Siapa yang terlibat? 3.
When Kapan peristiwa terjadi? 4.
Where Di mana peristiwa terjadi? 5.
How Bagaimana peristiwa terjadi? 6.
Why Mengapa peristiwa bisa terjadi?
48
Wartawan yang berpengalaman dapat membuat berita dengan baik dan benar, karena seorang wartawan yang berpengalaman dapat merasakan
arti dari berita itu sendiri.
d. Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers wartawan Indonesia dalam penulisan berita di
media massa, bahasa jurnalistik ini biasa disebut sebagai bahasa pers.
49
Dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan jelas, wartawan telah menyajikan informasi yang menarik bagi pembaca. Hal ini dipertegas oleh
Martin Moentadhim, bahwa ragam bahasa yang dipergunakan oleh wartawan memiliki sifat yang khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar,
jelas, dan menarik.
50
Dengan demikian, wartawan dalam menulis berita harus menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh
47
Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru,Jakarta: Kalam Indonesia, 2005, h. 62.
48
Sumadiria.loc. cit.
49
Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. h. 86-87.
50
Martin Moentadhim. Jurnalistik Tujuh Menit, jalan pintas menjadi wartawan dan penulis lepas. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006, h. 28.
setiap pembaca, akan tetapi harus tetap memenhi kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar.
Menurut Dewabrata, “penampilan ragam jurnalistik yang baik biasa
ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari awal hingga akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat,
tidak menggunakan susunan kata-kata yang kaku dan formal, dan mengandung makna kata yang mudah dicerna.
”
51
Bahasa Jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya, karena tidak setiap
orang memiliki waktu cukup untuk memahami isi tulisan yang ditulis seorang jurnalis.
“Bahasa jurnalistik harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah, karena bahasa jurnalistik merupakan bahasa
komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan sebagai pengantar pemberitaan yang digunakan media cetak dan
elektronik. ”
52
Oleh karena itu, bahasa jurnalistik memiliki kekuatan yang dahsyat dalam membentuk perilaku pembacanya dan setidaknya dapat
membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang diyakininya.
53
Dengan demikian, bahasa jurnalistik dalam pemberitaan jangan hanya memfokuskan diri pada upaya menarik perhatian khalayak
pada masalah tertentu saja, akan tetapi memikirkan pemahaman khalayak juga.
Bahasa jurnalistik sebaiknya tidak bertele-tele dan mengandung berita yang dapat dipercaya serta dalam penulisannya harus cermat
menggunakan kata-kata yang akan dipakai, agar tidak mengandung pengulangan kata dan tidak membosankan. Mondry mengungkapkan
bahwa “penulisan kalimat berita, kata yang terdapat dalam satu kalimat
51
Suhaimin dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaka Penerbitan UIN Jakarta, 2009, h. 5.
52
Ibid. h. 6.
53
Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, h. 89.