Berita Artikel dan Berita
setiap pembaca, akan tetapi harus tetap memenhi kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar.
Menurut Dewabrata, “penampilan ragam jurnalistik yang baik biasa
ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari awal hingga akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat,
tidak menggunakan susunan kata-kata yang kaku dan formal, dan mengandung makna kata yang mudah dicerna.
”
51
Bahasa Jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya, karena tidak setiap
orang memiliki waktu cukup untuk memahami isi tulisan yang ditulis seorang jurnalis.
“Bahasa jurnalistik harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah, karena bahasa jurnalistik merupakan bahasa
komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan sebagai pengantar pemberitaan yang digunakan media cetak dan
elektronik. ”
52
Oleh karena itu, bahasa jurnalistik memiliki kekuatan yang dahsyat dalam membentuk perilaku pembacanya dan setidaknya dapat
membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang diyakininya.
53
Dengan demikian, bahasa jurnalistik dalam pemberitaan jangan hanya memfokuskan diri pada upaya menarik perhatian khalayak
pada masalah tertentu saja, akan tetapi memikirkan pemahaman khalayak juga.
Bahasa jurnalistik sebaiknya tidak bertele-tele dan mengandung berita yang dapat dipercaya serta dalam penulisannya harus cermat
menggunakan kata-kata yang akan dipakai, agar tidak mengandung pengulangan kata dan tidak membosankan. Mondry mengungkapkan
bahwa “penulisan kalimat berita, kata yang terdapat dalam satu kalimat
51
Suhaimin dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaka Penerbitan UIN Jakarta, 2009, h. 5.
52
Ibid. h. 6.
53
Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, h. 89.
hendaknya tidak lebih dari 20 unsur kata, karena kalimat yang panjangnya lebih dari itu akan mempersulit pemahaman pembaca.
”
54
Berikut ini merupakan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers: 1.
Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan EYD.
2. Membatasi diri dari singkatan akronim.
3. Tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefic.
4. Menulis kalimat tidak lebih dari 20 kata.
5. Tidak menggunakan ungkapan klise atau stereotype.
6. Menghilangkan dan tidak menggunakan kata mubazir.
7. Mendisiplinkan kalimat agar tidak tercampur dalam satu kalimat
bentuk pasifberawalan di- dan aktifberawalan men-. 8.
Menghindari kata dan istilah asing. 9.
Menaati kaidah tata bahasa baku. 10.
Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang komunikatif dan spesifik.
55
Selain pedoman di atas, Juan L. Marcado mengemukakan enam unsur yang harus dipenuhi ketika menulis di media cetak agar pembaca
mudah menangkap dan memahami pesan diberitakan, yaitu: 1.
Menulis untuk mengungkapkan, bukan untuk mempengaruhi. 2.
Memakai bentuk aktif, agar uraian efektif. 3.
Memakai kata kerja, agar penyampaian menjadi dinamis. 4.
Memakai bahasa khusus dan konkret. 5.
Memakai kata sifat seperlunya, untuk menghindari isi penulisan yang abstrak dan tidak jelas.
6. Menulis sebagaimana “Anda berbicara”, untuk menumbuhkan
penerimaan yang diminati dalam percakapan.
56
54
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik,Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, h. 108.
55
Mondry. h. 113.