Diksi Pilihan Kata Landasan Teori

dihadapinya. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak diinginkan. b. Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi Makna denotasi adalah makna kata yang tidak mendapat tambahan makna atau perasaan tambahan sedikit pun, atau bisa disebut pula makna denotatif ini adalah makna sebenarnya. “Menurut Kunjana Rahardi pemakaian makna denotasi tidak harus mempertimbangkan konteks situasi pemakaiannya, oleh karena itu makna denotasi disebut sebagai makna konseptual bukan makna kontekstual. ” 14 Jika makna denotatif merupakan makna sebenarnya atau makna konseptual dan belum mendapat penambahan makna, lain halnya dengan makna konotatif yang disebut dengan makna kontekstual. Makna konotatif sangat berbeda dengan makna denotatif, makna konotatif selalu bersifat asosiatif. Artinya, pemakaian bentuk sebuah kebahasaan harus dikaitkan dengan asosiasi-asosiasi tertentu yang dimungkinkan hadir dalam proses pemakaian tersebut dan kehadiran kebahasaan tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. 15 Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu memiliki nilai rasa baik positif maupun negatif, jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, akan tetapi dapat disebut juga berkonotasi netral. Makna denotatif sering disebut juga makna konseptual, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, selain itu makna denotatif juga sering disebut makna 14 Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, h. 63. 15 Kunjana Rahardi. h. 64 sebenarnya. 16 Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. 17 Jadi, makna denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu kata yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan nilai rasa tertentu. c. Pemakaian Kata Umum dan Kata Khusus Perbedaan ruang lingkup makna suatu kata terhadap suatu makna kata lain menyebabkan lahirnya istilah kata umum dan kata khusus. 18 Semakin luas ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan kata umum lebih memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk lebih mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan dengan kata umum. Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Bila sebuah kata yang mengacu pada suatu hal atau kelompok yang luas lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Kata yang mengacu pada pengarahan yang khusus dan kongkret bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata khusus. Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum. 16 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 65. 17 Arifin dan Tasai, op. cit., h. 28. 18 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif Diksi, Struktur, dan Logik, Bandung: PT Refika Aditama. 2007. h. 10 Kata umum dan kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan berdasarkan makananya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandunganya. 19 Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan kata hiponim. 20 Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata hiu atau mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari hiu atau pun mujair, akan tetapi ikan masih memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan gabus, ikan lele, dan ikan koki. Sebaliknya juga hiu atau pun mujair merupakan jenis dari golongan ikan, demikian juga dengan ikan lele, ikan koki, dan ikan gabus merupakan jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas bahwa kata yang acuannya lebih luas seperti ikan disebut dengan kata umum sedangkan kata yang acuannya lebih khusus atau lebih tertuju langsung pada objek seperti hiu disebut kata khusus. Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca. 21 d. Pemakaian Kata Populer dan IlmiahKajian Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari. 19 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 89. 20 Arifin dan Tasai, op. cit., h. 31. 21 Ibid., h. 90. Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian. 22 Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika objek sasarannya masyarakat terpelajar, penulis dapat menggunakan kata-kata kajian atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata-kata yang digunakan harus menghindari kata- kata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum. Umumnya kata-kata ilmiah atau kata yang khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada saat pertama digunakan dalam bahasa Indonesia umumnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan. Akan tetapi, jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak akan terasa lagi ciri bahasa asingnya. “Keraf mengatakan bahwa proses penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi morfologis maupun adaptasi fonologis. ” 23 Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat digambarkan secara sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut: Populer Kajian penduduk populasi besar makro isi volume bunyi fonem cara metode bagian unsur, komponen berarti signifikan 22 Keraf, op. cit., h. 105. 23 Ibid. h. 107.