Analisis Penggunaan Diksi Pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagai Sumber Belajar Untuk Tingkat Smp

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Siti Kartini NIM 108013000043

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

i

t

I t

PADA BERITA UTAMA TANGSEL POS

SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK TINGKAT SMP

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh

Siti Kartini

NrM 108013000043

Yang mengesahkan,

Dosen Pembimbing

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

'

JAKARTA

143412013

ia Rhtra. M.A. NIP 19840409 201101 1 015


(3)

Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 30 September 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena

itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

(S.

Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ciputat, 30 September 2013

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal ,

/

tt's

r.{l?...1

1

I

n)'v

Sekretaris Panitia (Sekretaris

Jurusan/Prodi)

'

l,LO

Dra. Hindun, M.

Pd.

i(...)

NIP. 197012r5 2009122 00r

Ketua Panitia (Ketua JurusarVProdi)

Dra. Mahmudah Fitriyah. ZA, M. Pd. NrP. r9640212199703 2 001

Penguji I

Dra. Hindun, M. Pd.

NIP. 197012r5 200912 2 001

Penguji II

Dra. Mahmudah Fitriyah. ZA, M. Pd. NrP. 19640212 199703 2 001

t t

1r-lt3

t../l1.-..r

( \ / zo\<

1.(1t...)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

llJ^Jn^/*7L/

Nurlena

6a'i

M. A. t'tr. tt.


(4)

Nama

NIM

Jurusan/Program Studi AngkatanTahun

Alamat

Nama NIP

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul"Analisrs Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar untuk Tingkat SMP" adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan:

: Siti Kartini : 108013000043

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia :200812009

:

Kp.

Santri, Desa

I(emiri

RT/RW

0011002,

Kecamatan

I(emiri.

Kabupaten Tangerang Banten.

: Dona Aji Karunia Putra, M.A.

:NIP 19840409 201101

I

015

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

I akarta, 23 Septemb er 20 13 Yang menyatakan,


(5)

i

NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait dengan penggunaan diksi pada berita utama Tangsel Pos dan selanjutnya akan dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik simak catat. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan penggunaan diksi dengan sepuluh persyaratan ketepatan diksi dan akan diperoleh hasil akhir dengan menggunakan teknik persentase.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka diperoleh 145 data dari enam kolom berita utama yang digunakan. Dari sepuluh jenis persyaratan ketepatan diksi yang dianalisis maka diperoleh hasil ketidaktepatan penggunaan diksi, sebagai berikut: penggunaan kata umum khusus 1, 4%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 3,4%, penggunaan kata yang hampir bersinonim 2,8%, pengunaan kata yang mirip ejaannya 2,1%, penggunaan kata idiom 1,4% kelangsungan pilihan kata 3,4%, dan penggunaan akhiran asing tidak ditemukan kesalahan, sedangkan penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan kata indria dan perubahan makna kata tidak ditemukan dalam kolom teks berita Tangsel Pos. Dari hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan peneliti secara mendalam, dari penggunaan bahasa yang digunakan cukup ringan dan kesalahan yang ditemukan sebagaian besar sudah tepat digunakan. Maka diperoleh kesimpulan bahwa Koran Tangsel Pos dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa dalam bidang studi Bahasa Indonesia.


(6)

Syarif Hidayatullah State Islamic Universi ty J akafia, 20 I 3

This study aimed to obtain the data and describe the findings related to the use of diction in the headlines Tangsel Post and

will

serve as a source of student learning. The method used is qualitative method. The method used is the data collection techniques refer to the note. The research was done by describing the use of diction in particular the use of diction accuracy with ten diction accuracy requirements and

the

end result would

be

obtained

by

using percentages. Based on the study conducted by researchers, the obtained data from 145 six column headline used. Of the ten types of requirements are analyzed diction accuracy of the obtained results imprecision use diction, as follows: use common words special

l,4yo,

the use of the word connotative and denotative 3.4 %o,the use of the word is almost synonymous 2.8 Yo, the use of the word similar spelling

2.I

yo, I.4 % use of the word idiom continuity 3.4 % word choice, and use of foreign suffix not found error, while the use of the word creation itself, the use of word senses and change the meaning of the word is not found in the text of news columns Tangsel Pos.

From the results obtained based on in-depth observations of researchers, from the use of the language used is quite mild and most of the errors found are appropriately used.

It

could

be

concluded that the newspaper Post South Tangerang can be used as a source of student learning in the field of Indonesian studies.


(7)

iii

sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari kegelapan menuju keselamatan.

Penyusunan skripsi penulis buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi yang berjudul

“Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber

Belajar.”

Selama peulisan ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karea itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu meluangkan waktunya serta kajur terbaik di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Dona Aji Karunia Putra, M.A. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu penulis dengan sabar dalam meyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama 4 tahun.

5. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Sukarta dan Ibu Jaleha sebagai orang tua yang telah sabar mendidik dan selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dua adik perempuan tercinta, Siti


(8)

iv

anak lebih fokus lagi, serta penulis ucapkan rasa sayang yang teramat dalam kepada Muhammad Arfa Ibrahim selaku anak penulis yang telah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani perjalanan akademik selama 4 tahun. Sahabat-sahabatku D’Jaxiz Ehya, Peje, Tya, Dea, Nyunyun, Zulfa, Rofi, icem, tulang, serta Nurma Ulfa yang selalu bersama saat bimbingan.

8. Eyha, Peje dan ulfa yang berjuang bersama melewati suka duka untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

9. Teman-teman kosan Arina, Nayla, Teh Diyah, Teh Bibah, Kak Evi, Kak Ety, dan Kak Emah yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan

deadline agar segera menyelesaikan skripsi

Terima kasih penulis ucapkan bagi nama-nama yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Ungkapan kata memang takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian. Semoga Allah selalu melimpahkan berkah dan membalas kebaikan yang berlipat ganda yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.

Jazakumullah khairal jaza’ Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 September 2013


(9)

v Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Karya Sendiri

Abstrak ... ... i

Abstract ... ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diksi ... 7

2. Artikel dan Berita ... 19

3. Bahasa Jurnalistik ... 22

4. Sumber Belajar... ... 26

5. Penelitian yang Relevan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 31

B.Sumber Data ... 32


(10)

vi BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A.Profil Tangsel Pos ... 33 B. Analisis Penggunaan Diksi ... 38 C. Persentase Hasil Analisis Data ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

1.Simpulan ... 71 2.Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN LEMBAR UJI REFERENSI BIODATA PENULIS


(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki arti penting yaitu sebagai alat komunikasi. Kemampuan penyampaian informasi secara tepat dengan bahasa yang baik perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan dipahami dengan baik sebagaimana yang diharapkan.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasi yang banyak dimanfaatkan dan digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, memungkinkan penutur dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan, karena dalam bahasa tulis penutur tidak langsung berhadapan dengan petutur, sedangkan dalam bahasa lisan, penutur lebih mudah menyampaikan informasi karena berhadapan langsung dengan petutur.

Seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan menyampaikan pendapat atau informasi melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Sebagai alat utama yang digunakan dalam komunikasi dan informasi, bahasa tulis maupun lisan telah banyak dijumpai dalam media elektronik maupun media cetak, baik berupa hiburan maupun informasi. Dalam perkembangannya, media massa merupakan salah satu akses terpenting bagi terciptanya sebuah informasi. Media massa sudah semakin bervariasi dan mudah didapatkan sehingga masyarakat semakin dimanjakan dengan keberagaman media yang memberikan informasi-informasi terkini yang sedang terjadi. Masyarakat bisa mendapatkan dan menyampaikan informasi dari berbagai belahan dunia melalui media massa.

Media massa terbagi dalam beberapa macam bagian, antara lain media cetak hingga media elektronik. Media cetak sebagai media efektif dalam menyajikan informasi dan berita kepada masyarakat luas. Salah satu media cetak yang menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis adalah surat kabar.


(12)

Surat kabar memiliki ciri bahasa sendiri, yakni singkat, jelas, padat, objektif, dan bahasa yang digunakan tidak boleh menyimpang dari ragam resmi.1

Kebebasan pers bukan berarti penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dengan sebebas-bebasnya tanpa memperdulikan kaidah-kaidah berbahasa, meskipun dalam media massa telah memiliki ragam bahasa jurnalistik sendiri. “Media massa yang memiliki peran penting dalam penyampaian informasi harus memiliki kepedulian dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia, karena media merupakan alat yang paling banyak mendekati masyarakat dalam perkembangan bahasa yang akan membantu tercapainya pembakuan bahasa dengan luas.”2

Media massa menjadi pilihan tepat untuk menemukan informasi dan kabar pada suatu waktu. Surat kabar atau yang lebih dikenal dengan koran beredar setiap hari dan dikonsumsi masyarakat dari berbagai golongan/tingkatan. Oleh karena itu, persoalan bahasa sangat penting dalam bidang jurnalistik, karena bahasa merupakan sarana penyampaian informasi. Berdasarkan kenyataannya, bahwa tidak sedikit media massa yang berperan sebagai sarana hiburan dan informasi, yang cenderung mengutamakan segi bisnis hingga mengabaikan peran media massa sebagai pembinaan bahasa Indonesia dan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam kaidah penulisannya. Oleh karena itu, perlu pengkajian ulang terhadap peran media massa khususnya media cetak dalam pengembangan bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak mudah digunakan, karena dalam penggunaannya harus melihat beberapa aspek dalam masyarakat. Dengan demikian, seorang editor khususnya yang mendalami dunia jurnalistik harus memiliki kemampuan berbahasa yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yakni telah mengetahui kaidah penggunaan bahasa Indonesia. Di samping itu, harus pula memiliki perbendaharaan kosa kata yang luas agar dapat memilah bahasa yang paling tepat digunakan dalam tingkatan masyarakat. Akan tetapi, tidak sedikit penggunaan bahasa yang tidak tepat dijumpai dalam penyajian informasi pada media massa, karena

1

J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h. 10.

2

Abdul Chaer dan Farid Hadi, Sosiolinguistik (perkenalan awal) Edisi Revisi, (Jakarta: PT


(13)

kurangnya kesadaran untuk penggunaan bahasa yang sesuai dengan aturannya hingga kesalahan-kesalahan dalam penggunaannya sering dijumpai dalam media massa khususnya surat kabar. Hal seperti ini terjadi karena pelaku media yang hanya melihat fungsi media dari segi utamanya saja, yaitu sebagai alat penyampaian informasi saja sehingga ejaan yang salah, bentuk penulisan yang tidak tepat, pemilihan kata (diksi) yang tidak tepat, penggunaan kalimat yang berbelit-belit, dan kesalahan-kesalahan lain yang masih sering ditemukan dalam penggunaan bahasa di media cetak.

Di bawah ini merupakan contoh kalimat dari paragraf yang terdapat

pada surat kabar: “Pemimpin Redaksi Pos Kota, Joko Lestari, mengatakan pertunjukan wayang kulit ini merupakan bagian dari perayaan HUT ke-485 Jakarta dan akan berlangsung setiap sabtu malam hingga 6 Juli mendatang.”3

Pada kalimat di atas terdapat penyampaian informasi yang terdengar rancu. Kerancuan tersebut terlihat pada keterangan jadwal berlangsungnya perayaan. Kalimat tersebut seharusnya berbunyi seperti ini: Pemimpin Redaksi Pos Kota, Joko Lestari, mengatakan pertunjukan wayang kulit ini merupakan bagian dari perayaan HUT Jakarta yang ke-485 dan akan berlangsung setiap Sabtu malam mulai tanggal 11 Juni hingga 6 Juli 2012. Dengan demikian tidak akan membingungkan masyarakat dan informasi yang ingin disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh masyarakat.

Kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi itu merupakan indikasi dari kurangnya pemahaman terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu dan mau tidak mau harus dapat diikuti dengan baik oleh masyarakat. Surat kabar sebagai media informasi bagi masyarakat sudah tentu harus memberi contoh bahasa Indonesia yang baik dan benar. Editor dapat menampilkan format penulisan berita yang tepat penulisannya dengan mengedit atau memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam penulisan. Dengan demikian, akan diperoleh pula pemahaman tentang bahasa yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia.

Selain sebagai sarana informasi umum, surat kabar tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi saja melainkan juga dapat digunakan

3


(14)

sebagai media pembelajaran bagi siswa dalam mempelajari ragam tulis bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, dalam penulisannya perlu diperhatikan pemilihan kata (diksi) dan penempatan kata yang dipergunakan. Dengan demikian surat kabar bisa digunakan sebagai sumber belajar dengan baik.

Berawal dari ketertarikan penulis pada penulisan berita yang mengandung banyak sekali kesalahan-kesalahan berbahasa ini, penulis berusaha menganalisis dan mendeskripsikan kesalahan yang banyak terjadi dalam kolom berita utama. Dalam hal ini penulis mengambil sampel dari Harian Tangsel Pos pada berita utama edisi 3 sampai 8 Desember 2012. Alasan penulis menjadikan Koran Tangsel Pos sebagai bahan penelitian karena salah satu Koran daerah yang belum banyak digunakan untuk bahan penelitian, sedangkan Koran ternama seperti Kompas, Republika, Tempo dan Koran ternama lain sudah banyak digunakan dalam penelitian . Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana peran bahasa yang digunakan dalam koran Tangsel Pos tersebut dan karakter bahasa apa yang digunakan dalam penulisan teks berita dalam koran tersebut.

Pada penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang terjadi, terutama pada bentuk penggunaan diksi dan ketepatannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis menguraikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Terdapat penggunaan diksi yang kurang tepat.

2. Terdapat kalimat yang berbelit-belit sehingga pesan yang disampaikan sulit dipahami pembaca.

3. Terdapat kosa kata yang masih menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.


(15)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi masalah hanya pada penggunaan ketepatan diksi. Dari ketepatan diksi terdiri dari sepuluh persyaratan ketepatan diksi, yakni penggunaan kata denotatif konotatif, penggunaan kata umum khusus, penggunaan kata yang hampir bersinonim, kata yang mirip ejaannya, kata-kata ciptaan sendiri, kata-kata dengan akhiran asing, perubahan makna kata-kata yang sudah dikenal, kelangsungan pilihan makna, dan penggunaan kata indria. Adapundata yang diambil pada penelitian ini dibatasi pada Koran Tangsel Pos yang terbit pada tanggal 3 sampai 8 Desember 2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana penggunaan diksi dalam berita utama koran Tangsel Pos? 2. Apakah Tangsel pos dapat digunakaan sebagai sumber belajar pada tingkat

SMP?

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan diksi dalam berita utama koran Tangsel Pos. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketepatan penggunaan diksi dalam penulisan berita utama Tangsel Pos.

G.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat akademis yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan dapat memberi sumbangan analisis bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Manfaat praktis diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pengajaran dan pembelajaran untuk menambah sumber pengetahuan mengenai pemahaman diksi. Adapun manfaat yang terurai dalam penelitian ini sebagai berikut:


(16)

1. Manfaat teoretis

a. Sebagai bahan referensi untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang kesalahan berbahasa, khususnya dalam bahasa tulis.

b. Menambah pengetahuan bahasa khususnya penggunaan kata dalam surat kabar.

c. Menambah kekayaan penelitian khususnya dalam penelitian bahasa di bidang pemilihan kata dalam surat kabar.

2. Manfaat praktis a. Guru

Sebagai masukan untuk sumber belajar guru dalam pemakaian gaya bahasa untuk pembelajaran bahasa Indonesia dalam penggunaan diksi. Khususnya dalam penempataan diksi pada surat kabar.

b. Siswa

Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemakaian gaya bahasa Indonesia dalam surat kabar, sehingga siswa dengan mudah mampu menangkap isi pesan yang disampaikan dalam surat kabar.


(17)

7 A. Landasan Teori

1. Diksi (Pilihan Kata)

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu dalam komunikasi (seperti yang diharapkan).1 “Ida Bagus Putrayasa mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat.”2 Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat, penggunaan diksi yang tepat sangat mempengaruhi makna dalam kalimat tersebut.

“Sebagai saluran pemuat pesan atau makna, kata yang akan digunakan harus sesuai dan tepat, harus berpikir mengenai keserasian kata dalam penggunaannya, nuansa makna yang dikandungnya, serta efeknya bagi pembaca agar pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dapat tersampaikan seefektif mungkin.”3 Jadi diksi merupakan hal yang tepat untuk mengungkap sebuah gagasan, ide, atau pun pesan yang ingin disampaikan agar tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pemilihan kata yang tepat akan menunjang keselarasan kata dalam kalimat yang dikandungnya.

Keraf mengemukakan bahwa pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.4 Istilah itu

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2007), h. 24. 2

Ida B agus Putrayasa, Kalimat Efektif, (Diksi, struktur, dan logika, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2007), h. 7. 3

Sabarti Akhadiah, dkk. Menuli , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 34.

4


(18)

bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.5 Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi berhubungan dengan ungkapan-ungkapan yang individual dan memiliki nilai artistik tinggi.

“Menurut Keraf berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan ketepatan kata dan kesesuaian kata dalam posisi tertentu dalam sebuah kalimat, serta tepat tidaknya penggunakan pilihan kata yang digunakan dalam berbagai tingkatan masyarakat.”6 Oleh karena itu, sebuah kesalahan besar jika diksi atau persoalan pemilihan kata dianggap persoalan sederhana, yang tidak perlu dipelajari dan dibicarakan dengan alasan karena kesalahan tersebut merupakan kejadian wajar yang terjadi pada manusia sewaktu-waktu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan seseorang yang mengalami kesulitan menyampaikan maksudnya karena kurangnya perbendaharaan kata. Namun, tidak sedikit pula kita menemukan orang yang menggunakan pemborosan kata dan variasi bahasa bahkan mengobral kosa kata yang dimilikinya. Akan tetapi, di balik kalimat yang tersirat itu tidak memiliki arti. Agar tidak terbawa dalam dua golongan orang tersebut, masyarakat harus menyadari pentingnya arti penggunaan dan pemilihan kata untuk menyampaikan informasi.

Kata yang tepat akan membantu seseorang untuk mengungkapkan sebuah maksud, baik secara lisan maupun tulisan. “Zaenal mengetakan pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus yang berisi kosa kata yang dapat memberikan ketepatan dalam pemakaian kata-kata dan dalam hal ini makna kata yang tepatlah

5

Ibid., h. 23.

6


(19)

yang diperlukan.”7 Oleh karena itu, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu merupakan satu unsur yang penting, baik dalam dunia kepenulisan maupun untuk digunakan dalam tuturan sehari-hari.

“Madyo Susilo mengungkapkan kemampuan pemilihan kata (diksi) dalam dunia jurnalistik sangatlah penting dan utama dalam pencapaian tulisan yang efektif, karena diksi ragam tulis berbeda dengan diksi ragam lisan santai, demikian juga diksi ragam ilmiah berbeda dengan ragam sastra, jurnalistik, ataupun dengan ragam pribadi.”8 Oleh karenanya seorang jurnalis harus pandai dalam memilih kata untuk memberi tekanan makna dalam pesan yang ingin disampaikannya. Sebagai proses kreatif, keterampilan menulis hanya mungkin dicapai melalui proses berlatih yang tersus menerus dan tidak sekali jadi.9 Seorang jurnalis harus sering berlatih dalam pemakaian diksi, karena kepiawaian pemilihan kata bukan hanya penguasaan kosa kata dan perbendaharaan yang sangat banyak dan variatif, melainkan juga karena terbiasa menulis.

Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan kata, melainkan juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima dan tidak merusak suasana yang ada. “Keraf mengatakan bahwa masyarakat yang diikat oleh berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok dan serasi dengan norma dan sesuai dengan situasi masyarakat yang dihadapi.”10 Sebuah kata yang tepat sekalipun dalam penyampaian pesan tertentu, belum tentu dapat diterima maksudnya oleh para pendengar atau pembaca. Oleh karena penggunaan dan pemakaian diksi tidak hanya mementingkan persoalan ketepatan melainkan juga kesesuaian.

7

Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo,

2010), h. 28. 8

Madyo Ekosusilo dan Bambang Triyanto. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Semarang:

Dahara Prize, 1995), h. 52. 9

As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalisti, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 29.

10


(20)

Dengan uraian singkat di atas, Keraf membagi tiga kesimpulan utama mengenai diksi:

Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana mengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.11

2. Jenis Diksi

a. Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon

Kata yang bersinonim berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. “Haris Sumadiria mengatakan meskipun demikian, seperti diingatkan oleh seorang pakar bahasa bahwa kata-kata bersinonim ada yang dapat menggantikan dan ada pula yang tidak dapat menggantikan.”12 Zaenal dan Amran Tasai pun mengemukakan bahwa sinonim kata tidaklah mutlak, tetapi hanya ada kesamaan atau kemiripan kata. Dalam pemakaiannya bentuk kata sinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi akan terwujud.13

Jadi, pemakaian bahasa dapat memilih bentuk kata yang paling tepat untuk dipergunakan, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang

11

Gorys Keraf. h. 24 12

As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 30.

13

Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika


(21)

dihadapinya. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak diinginkan.

b. Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi adalah makna kata yang tidak mendapat tambahan makna atau perasaan tambahan sedikit pun, atau bisa disebut pula makna denotatif ini adalah makna sebenarnya. “Menurut Kunjana Rahardi pemakaian makna denotasi tidak harus mempertimbangkan konteks situasi pemakaiannya, oleh karena itu makna denotasi disebut sebagai makna konseptual bukan makna kontekstual.”14

Jika makna denotatif merupakan makna sebenarnya atau makna konseptual dan belum mendapat penambahan makna, lain halnya dengan makna konotatif yang disebut dengan makna kontekstual. Makna konotatif sangat berbeda dengan makna denotatif, makna konotatif selalu bersifat asosiatif. Artinya, pemakaian bentuk sebuah kebahasaan harus dikaitkan dengan asosiasi-asosiasi tertentu yang dimungkinkan hadir dalam proses pemakaian tersebut dan kehadiran kebahasaan tidak dapat dilepaskan dari konteksnya.15

Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu memiliki nilai rasa baik positif maupun negatif, jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, akan tetapi dapat disebut juga berkonotasi netral. Makna denotatif sering disebut juga makna konseptual, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, selain itu makna denotatif juga sering disebut makna

14

Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2009), h. 63. 15


(22)

sebenarnya.16 Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.17

Jadi, makna denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu kata yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan nilai rasa tertentu.

c. Pemakaian Kata Umum dan Kata Khusus

Perbedaan ruang lingkup makna suatu kata terhadap suatu makna kata lain menyebabkan lahirnya istilah kata umum dan kata khusus.18 Semakin luas ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan kata umum lebih memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk lebih mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan dengan kata umum.

Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Bila sebuah kata yang mengacu pada suatu hal atau kelompok yang luas lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Kata yang mengacu pada pengarahan yang khusus dan kongkret bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata khusus.

Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum.

16

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 65.

17

Arifin dan Tasai, op. cit., h. 28.

18

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif Diksi, Struktur, dan Logik, (Bandung: PT Refika


(23)

Kata umum dan kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan berdasarkan makananya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandunganya. 19

Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan kata hiponim.20 Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata hiu atau mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari hiu atau pun mujair, akan tetapi ikan masih memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan gabus, ikan lele, dan ikan koki. Sebaliknya juga hiu atau pun mujair merupakan jenis dari golongan ikan, demikian juga dengan ikan lele, ikan koki, dan ikan gabus merupakan jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas bahwa kata yang acuannya lebih luas seperti ikan disebut dengan kata umum sedangkan kata yang acuannya lebih khusus atau lebih tertuju langsung pada objek seperti hiu disebut kata khusus.

Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca.21 d. Pemakaian Kata Populer dan Ilmiah/Kajian

Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari.

19

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 89.

20

Arifin dan Tasai, op. cit., h. 31.

21


(24)

Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian. 22

Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika objek sasarannya masyarakat terpelajar, penulis dapat menggunakan kata-kata kajian atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata yang digunakan harus menghindari kata-kata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum.

Umumnya kata-kata ilmiah atau kata yang khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada saat pertama digunakan dalam bahasa Indonesia umumnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan. Akan tetapi, jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak akan terasa lagi ciri bahasa asingnya.

“Keraf mengatakan bahwa proses penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi morfologis maupun adaptasi fonologis.”23

Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat digambarkan secara sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut:

Populer Kajian

penduduk populasi

besar makro

isi volume

bunyi fonem

cara metode

bagian unsur, komponen

berarti signifikan

22

Keraf, op. cit., h. 105.

23


(25)

tahap stadium

arang karbon

hasil produk.24

Dengan membedakan kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, setiap pengarang atau penulis yang ingin menulis sebuah topik tertentu harus menetapkan dengan benar siapakah yang akan menjadi sasaran tulisannya itu. Bila sasarannya itu sebuah kelompok yang terikat oleh suatu bidang ilmu, ia dapat mempergunakan kata-kata ilmiah/kajian, tetapi bila sasarannya masyarakat biasa maka kata-kata yang dipergunakan adalah kata-kata populer. Jika penulis atau pengarang tidak mempergunakan hal ini maka komunikasi akan terganggu dan tidak tepat sasaran.

e. Kata Konkret dan Abstrak

Menurut Ida Bagus Putrayasa “beberapa literatur kebahasaan telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, ataupun dicium.”25 Dengan kata lain, kata konkret tersebut dapat diindra oleh alat indra manusia. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dibandingkan dengan kata-kata abstrak dan kata konkret lebih efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi sebab dapat merangsang pancaindra. Haris Sumadiria mengatakan bahwa

“kata abstrak lebih merujuk pada suatu sifat, konsep atau suatu gagasan yang lebih rumit dan kata abstrak lebih sukar dipahami maksud dan maknanya.”26

Dikatakan pula bahwa kata abstrak adalah kata yang memiliki acuan kepada konsep, sedangkan kata konkret lebih mengacu kepada

24

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif, Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2007), h. 15-16. 25

Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2009), h. 67. 26


(26)

objek yang diamati.27 Oleh karrena itu, kata abstrak biasanya lebih sulit untuk dipahami dari pada kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak.

Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit dan mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral dalam sebuah karangan, karangan itu akan menjadi samar dan tidak cermat.28 Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskripsikan adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret. Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak. f. Pemakaian Kata dan Istilah Asing

Berawal dari pungutan-pungutan bahasa asing maka orang-orang banyak yang mempergunakan kata-kata atau istilah asing pada masa kini sehingga penggunaan bahasa asing menjamur digunakan oleh banyak orang. Berasal dari pungutan-pungutan tersebut maka mendiang Purwadarminto menandai pungutan seperti itu dengan huruf E (-Eropa) di dalam kamusnya sehingga ia dibebaskan untuk meneliti lebih lanjut sumber pungutan itu agar tidak terjadi kekeliruan.29

Penggunaan kata dalam lingkup masyarakat umum sedapat mungkin menghindari kata atau istilah asing agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau lawan bicara. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menggunakan beberapa

27

Putrayasa, op. cit., h. 14.

28

Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo,

2010), h. 32. 29

Samsuri, Analisis Bahasa, mempelajari Bahasa Secara Ilmiah. (Jakarta: Penerbit Erlangga,


(27)

pertimbangan untuk menerima atau menolak unsur pungutan.30 Pertimbangan-pertimbangan tersebut ialah:

1) Perasaan cermat tidaknya bahasa sendiri dalam perbedaan nuansa makna: biologi, biologis.

2) Perlu tidaknya kata yang bersinonim: asimilasi, pembauran.

3) Ada tidaknya pengakuan gengsi bahasa asing: kalibrasi, evaluasi, dan 4) Tinggi rendahnya kemahiran dan kemampuan bahasa sendiri: dalam

mana, di mana, dan kepada siapa.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, Ninik M. Kuntarto membagi unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia ke dalam dua golongan besar:

Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock,

I’exploitation e I’homme par I’homme, unsur-unsur ini

dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang penulisannya dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga masih bisa dibandingkan dengan bentuk asalnya. 31

3.Persyaratan Ketepatan Diksi

Menurut Keraf, ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh penulis dan pembicara.32 Oleh sebab itu, persoalan

30

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif Diksi, Struktur, dan Logika. (Jakarta: PT. Refika

Aditama, 2007), h. 14. 31

Ninik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2010), h. 68. 32


(28)

ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang.

Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya pun tidak akan tepat dan akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah tafsir, yang akan menjadikan ketidakefektifan sebuah kalimat.33 Dalam pemilihan kata harus memperhatikannya dengan cermat agar mendapat kefahaman di antara keduanya.

Berikut merupakan persyaratan ketepatan diksi yang dikemukakan oleh Keraf untuk diperhatikan setiap orang agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, yaitu:

a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. c. Membedakan kata-kata yang tepat dengan ejaannya.

d. Hindari kata-kata ciptaan sendiri. e. Waspada terhadap istilah asing.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.

g. Membedakan kata umum dan kata khusus.

h. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus.

i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

j.Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.34

33

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat efektif, Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama,

2007), h.116. 34


(29)

4. Artikel dan Berita a. Artikel

Dalam lingkup jurnalistik, para pakar komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifuddin artikel adalah tulisan tentang berbagai soal, mulai politik, sosial, ekonom budaya, teknologi, olahraga, dan lain-lain. Misalnya tulisan mengenai kewanitaan, pemuda, sejarah, film, dan sebagainya. Pakar komunikasi lain yakni Asep Syamsul M. Romli menyatakan artikel sebagai sebuah karangan faktual (nonfiksi), tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat di surat kabar, majalah, maupun buletin, dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah, ataupun untuk menghibur.35

Tulisan semacam ini tidak terkait oleh gaya bahasa ataupun format penulisannya. Untuk mendapatkan minat pembaca, penulis harus pandai menggunakan gaya tulisannya, agar tidak terkesan membosankan. Penulisan artikel di media massa tidak harus dilakukan oleh wartawan sendiri, orang luar pun dapat menyumbang artikelnya, bahkan pada prakteknya penulisan artikel pada surat kabar kebanyakan dari penulis luar.

Pada umumnya masing-masing penerbit surat kabar memiliki standar dan persyaratan tersendiri, yang dipakai ukuran untuk menerima tulisan atau artikel dari pembacanya. Materi tulisan yang sering diminati oleh redaktur surat kabar atau majalah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tulisan harus orisinil, belum pernah dimuat di media lain. b. Bersifat aktual dan faktual.

c. Mengandung unsur ilmiah populer, bukan ilmiah teknis. d. Mengandung gagasan yang jelas.

e. Tidak mengandung unsur SARA.

35

Totok Djuroto dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. (Bandung: Pt


(30)

f. Tidak mengandung hal-hal yang dikategorikan penghinaan terhadap aparat negara.

g. Secara eksplisit maupun implisit tidak mengandung ideologi yang dilarang pemerintah atau yang bertentangan dengan pancasila.

h. Tidak merugikan orang lain (menghina atau memokokan). i. Tidak melanggar kesusilaan.

j. Tidak termasuk kategori promosi yang komersil. Bukan merupakan Trial By The Press.36

b. Berita

Sebuah berita setidaknya mengandung dua hal, yakni peristiwa dan jalan ceritanya, maka sebuah cerita tanpa peristiwa atau sebuah peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.37 Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet.38 Dapat diartikan bahwa, berita adalah Fakta dan peristiwa yang ditulis dengan menggunakan jalan cerita dan merupakan informasi penting yang terjadi pada lingkup masyarakat yang dikemas dalam media massa.

Jika dilihat dari cakupan isinya berita dapat dilihat dari segi ekonomi, politik, hiburan, kebudayaan, olahraga, hukum, dan sebagainya. Dilihat dari bentuk penyajiannya, berita dapat menjadi tiga, yakni berita langsung (spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature.39

Dengan kata lain, berita tidak merujuk pada media dalam arti sempit seperti pers atau media massa saja, melainkan juga telah masuk dalam arti

36

Ibid. 44-45. 37

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 56.

38

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2005), hal. 65. 39


(31)

luas pada media elektronik seperti radio, televisi, dan internet, karena berita telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia. Menurut Sam Abede Pareno pemaparan sebuah berita sedikitnya memiliki sebuah indikator-indikator, yakni laporan, informasi, baru, benar, tidak memihak, fakta, arti penting, dan menarik perhatian umum.40

Berita dapat diklasifikasikan menjadi berita berat dan berita ringan, selain itu berita juga dapat dibedakan menurut lokasinya menjadi berita terbuka dan berita tertutup.41 Sesuai dengan namanya, berita berat berisi tentang peristiwa yang mengguncang seperti peristiwa kebakaran, gempa bumi, maupun kerusuhan. Berita ringan merupakan informasi mengenai ketertarikan khalayak seperti peristiwa pernikahan, tontonan, maupun berita mengenai hiburan.

Berita tertutup merupakan sebuah peristiwa yang tidak diperlihatkan pada khalayak umum, seperti sidang kabinet, seminar, ataupun persidangan yang bersifat di dalam ruangan tertutup. Berita terbuka merupakan peristiwa yang terjadi dalam ruang terbuka dan dapat disaksikan oleh khalayak umum seperti peristiwa kebakaran, bencana maupun kerusuhan. Berita tertutup juga termasuk dalam berita ringan karena tidak mengguncangkan, sedangkan berita terbuka termasuk dalam berita berat karena peristiwa yang terjadi mengguncangkan khalayak umum.42

Dari beberapa definisi di atas, terdapat delapan konsep mengenai berita, yakni: berita sebagai laporan tercepat, berita sebagai rekaman, berita sebagai fakta objektif, berita sebagai interpretasi, berita sebagai sensasi,

40

Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, (Surabaya: Papyrus,

2003), h. 6. 41

Sumadiria. op. cit., h. 65.

42


(32)

berita sebagai minat insani, berita sebagai ramalan, dan berita sebagai gambar.43

c. Teknik Penulisan Berita

a. Pola penulisan piramida terbalik

Dalam teknik melaporkan, setiap jurnalis (wartawan atau reporter) tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis, dibacakan, atau yang ditayangkannya. Berita adalah tentang fakta secara apa adanya, bukan bagaimana seharusnya. “Sebagai fakta objektif, berita harus bebas dari intervensi siapa pun dan dari pihak mana pun termasuk dari kalangan jurnalis.”44

Teori jurnalis mengajarkan, bahwa fakta dan peristiwa yang terjadi di dunia begitu banyak sedangkan waktu untuk melaporkan begitu sempit, maka harus dilakukan cara paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan dan menulis fakta-fakta tersebut. “Cara yang demikian itulah yang dinamakan pola piramida terbalik (inverted viramid).”45

Berita disajikan dengan menggunakan piramida terbalik karena berpijak pada tiga asumsi, yakni:

1. Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk menemukan dan mengetahui berita yang sangat penting. 2. Memudahkan reporter atau editor memotong berita yang dianggap

kurang penting karena dihadapi oleh kendala teknis.

3. Memudahkan para jurnalis menyusun berita melalui rumus baku dan untuk menghindari kemungkinan adanya berita yang penting terlewati.46

b. Rumus 5W1H

43

Suhaemin dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009). h. 28. 44

Sumadiria. h. 117. 45

Ibid. 46


(33)

Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis jurnalistik. Unsur berita dapat dijadikan sarana untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita. Rumus 5W1H ini dijadikan acuan untuk menggali objek penulisan lebih mendalam, lebih rinci, dan lengkap.47 Enam unsur dasar 5W1H ini yakni: 1. What (Apa yang terjadi)?

2. Who (Siapa yang terlibat)? 3. When (Kapan peristiwa terjadi)? 4. Where (Di mana peristiwa terjadi)? 5. How (Bagaimana peristiwa terjadi)? 6. Why (Mengapa peristiwa bisa terjadi)?48

Wartawan yang berpengalaman dapat membuat berita dengan baik dan benar, karena seorang wartawan yang berpengalaman dapat merasakan arti dari berita itu sendiri.

d. Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers (wartawan Indonesia) dalam penulisan berita di media massa, bahasa jurnalistik ini biasa disebut sebagai bahasa pers.49 Dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan jelas, wartawan telah menyajikan informasi yang menarik bagi pembaca. Hal ini dipertegas oleh Martin Moentadhim, bahwa ragam bahasa yang dipergunakan oleh wartawan memiliki sifat yang khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik.50 Dengan demikian, wartawan dalam menulis berita harus menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh

47

Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru,(Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 62.

48

Sumadiria.loc. cit.

49

Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005).

h. 86-87. 50

Martin Moentadhim. Jurnalistik Tujuh Menit, jalan pintas menjadi wartawan dan penulis


(34)

setiap pembaca, akan tetapi harus tetap memenhi kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar.

Menurut Dewabrata, “penampilan ragam jurnalistik yang baik biasa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari awal hingga akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat, tidak menggunakan susunan kata-kata yang kaku dan formal, dan mengandung makna kata yang mudah dicerna.”51 Bahasa Jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya, karena tidak setiap orang memiliki waktu cukup untuk memahami isi tulisan yang ditulis seorang jurnalis.

“Bahasa jurnalistik harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah, karena bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan sebagai pengantar pemberitaan yang digunakan media cetak dan elektronik.”52 Oleh karena itu, bahasa jurnalistik memiliki kekuatan yang dahsyat dalam membentuk perilaku pembacanya dan setidaknya dapat membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang diyakininya.53 Dengan demikian, bahasa jurnalistik dalam pemberitaan jangan hanya memfokuskan diri pada upaya menarik perhatian khalayak pada masalah tertentu saja, akan tetapi memikirkan pemahaman khalayak juga.

Bahasa jurnalistik sebaiknya tidak bertele-tele dan mengandung berita yang dapat dipercaya serta dalam penulisannya harus cermat menggunakan kata-kata yang akan dipakai, agar tidak mengandung pengulangan kata dan tidak membosankan. Mondry mengungkapkan bahwa “penulisan kalimat berita, kata yang terdapat dalam satu kalimat

51

Suhaimin dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. (Jakarta: Lembaka Penerbitan UIN

Jakarta, 2009), h. 5. 52

Ibid. h. 6. 53


(35)

hendaknya tidak lebih dari 20 unsur kata, karena kalimat yang panjangnya lebih dari itu akan mempersulit pemahaman pembaca.”54

Berikut ini merupakan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers: 1. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan pedoman Ejaan

Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). 2. Membatasi diri dari singkatan (akronim).

3. Tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefic. 4. Menulis kalimat tidak lebih dari 20 kata.

5. Tidak menggunakan ungkapan klise atau stereotype. 6. Menghilangkan dan tidak menggunakan kata mubazir.

7. Mendisiplinkan kalimat agar tidak tercampur dalam satu kalimat bentuk pasif(berawalan di-) dan aktif(berawalan men-).

8. Menghindari kata dan istilah asing. 9. Menaati kaidah tata bahasa baku.

10.Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang komunikatif dan spesifik.55

Selain pedoman di atas, Juan L. Marcado mengemukakan enam unsur yang harus dipenuhi ketika menulis di media cetak agar pembaca mudah menangkap dan memahami pesan diberitakan, yaitu:

1. Menulis untuk mengungkapkan, bukan untuk mempengaruhi. 2. Memakai bentuk aktif, agar uraian efektif.

3. Memakai kata kerja, agar penyampaian menjadi dinamis. 4. Memakai bahasa khusus dan konkret.

5. Memakai kata sifat seperlunya, untuk menghindari isi penulisan yang abstrak dan tidak jelas.

6. Menulis sebagaimana “Anda berbicara”, untuk menumbuhkan penerimaan yang diminati dalam percakapan.56

54

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 108.

55


(36)

e. Sumber Belajar

Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.57 Dengan demikian, bentuknya bentuk sumber belajar tidak terbatasapakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang didapat dari siswa ataupun guru.

Sumber belajar merupakan suatu unsur belajar penting yang mendapat perhatian lebih oleh guru. Sumber belajar terdapat di lingkungan sekitar kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi proses dan hasil belajar.58 Dengan demikian, sumber belajar dapat diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik.

Dengan sumber belajar yang bervariasi, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, penentuan sumber belajar harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini adalah hasil-hasil yang diharapkan, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, maupun pengalaman lainnya. Sumber belajar yang digunakan oleh guru hendaknya sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam silabus.

Koran merupakan salah satu media bacaan umum yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam beberapa aspek, salah satunya aspek penggunaan bahasa dalam pemakaian diksi yang tepat. Dengan demikian surat kabar atau koran dapat digunakan sebagai sumber rujukan

56

Suhaemi dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2009), h. 18 57

Abdul Mujid,Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 170.

58


(37)

siswa untuk meninjau kemampuan dan pengetahuan siswa dalam keterampilan menulis.

f. Jenis dan Manfaat Sumber Belajar

Menentukan jenis pembelajaran harus sesuai dengan program pembelajaran agar hasil belajar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:

a.Pesan (Message)

Pesan dapat digunakan sebagai sumber belajar memiliki dua jenis yakni pesan formal dan nonformal. Pesan formal dapat berupa pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pesan yang disampaikan oleh pemerintahan atau pesan yang disampaikan oleh guru dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan ini disampaikan secara lisan dan disampaikan dalam bentuk dokumen seperti kurikulum, peraturan pemerintahan, perundangan, silabus, satuan pembelajaran, dan lain sebagainya. Jenis pesan non formal dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat luas sebagai bahan pembelajaran seperti cerita rakyat, legenda, kitab-kitab kuno, ceramah tokoh masyarakat, dan cerita sejarah lainnya.

b.Orang (People)

Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar. Baik yang telah memiliki kemampuan khusus untuk menjadi pendidik seperti guru, kepala sekolah, dan teknisi sumber belajar, maupun seseorang yang tidak memiliki kekhususan dalam lembaga pendidikan seperti dokter, politisi, dan yang memiliki tenaga profesi lain yang tidak terbatas.


(38)

c.Bahan (Matterials)

Bahan dapat digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, bahan ini seperti buku paket, modul, program komputer, buku teks, dan lain sebagainya.

d.Alat (Device)

Alat yang disebut disini bisa juga disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran sendiri banyak jenisnya yakni media gerak, media grafis, media visual, media audio, media gambar, dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk sumber belajar. e.Teknik (Technique)

Teknik yang dimaksud adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran.

f. Latar (Setting)

Latar atau lingkungan yang berada di lingkungan sekolah maupun yang di luar sekolah, baik yang telah dirancang khusus maupun yang tidak diranncang khusus untuk pembelajaran.59

Wina Sanjaya mengatakan bahwa ”implementasi pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran saat ini telah tercantum dalam kurikulum, yakni proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai macam sumber belajar.”60

g.Penelitian yang Relevan

Setelah dilakukan peninjauan, banyak karya tulis yang membahas diksi, seperti skripsi karya Maidatussalamiyah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN

59

Ibid., h. 229-230.

60


(39)

12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/20012.”61 Maidatussalamiyah melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi yang terdapat dalam karangan siswa berdasarkan pada kesalahan diksi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan kata ciptaan sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata tidak baku yang dapat mempengaruhi pembaca.

Selain itu, skripsi karya Novitasari Rahayu mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan skripsi yang berjudul

“Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib.”62 Novitasari melakukan Penelitian pada tahun 2009, dalam penelitian tersebut, Novitasari ingin mengetahui ketepatan penerjemah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Hasil yang didapat oleh peneliti pada skripsi Novitasari adalah diksi yang digunakan oleh penerjemah belum umum digunakan oleh masyarakat umum, sebagian diksi yang dipergunakan dalam terjemahannya masih mengikuti bahasa sumbernya.

Selanjutnya, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Elida Octapiani Choir yang meneliti diksi pada skripsinya

berjudul “Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA Al

-Hasra Sawangan Depok.”63

Elida melakukan penelitian pada tahun 2011, Elida melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan diksi pada paragraf narasi. Hasil yang diperoleh Elida pada skripsinya adalah masih banyak siswa yang belum tepat dalam

61

Maidatussalamiyah. Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/20012. (Jakarta: 2012).

62

Novitasari Rahayu. Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib. (Jakarta: 2009).

63

Elida Octapiani Choir. Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA Al-Hasra Sawangan Depok.(Jakarta: 2011).


(40)

menggunakan diksi untuk menulis paragraf narasi, Elida menggunakan hasil persentase untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penerapan diksi.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis lebih memfokuskan penelitian ini dan menekankan penggunaan diksi pada media massa untuk melihat gaya bahasa yang digunakan dan ingin mengetahui apakah masih terdapat kesalahan dalam penggunaan diksi serta menjadikan penelitian ini sebagai sumber belajar.


(41)

31 A.Desain Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.1

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus untuk diperlukan secara umum). “Hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”2 Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif lebih mendalam dibandingkan dengan penelitian kuantitaif, karena dalam penelitian kualitatif peneliti harus benar-benar memiliki pengetahuan yang luas tetang objek yang akan ia teliti untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih umum. Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai kunci penelitian dan hasil dari penelitian kualitatif bersifat dinamis karena sewaktu-waktu ada peneliti lain yang menemukan hasil kesimpulan yang berbeda.

Sugiono mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.3 Jadi menurut Sugiono dalam metode ini sifatnya tidak tetap dan akan berubah sewaktu-waktu.

1

Emzir, Metode Penelitian Kualitatif, analisis data,(Jakarta: 2011), h. 2.

2

Riduwan, Belajar Mudah Penelitia, (Bandung: Alfabeta,2011), h. 51.

3


(42)

Moleong berpendapat bahwa metode analisis diterapkan pada penelitian alamiah karena: 1) metode ini mampu menemukan realitas yang majemuk seperti yang ditunjukkan oleh data; 2) hubungan antara peneliti dan responden menjadi terang, tegas, dan dapat dipertanggungjawabkan; 3) hubungan-hubungan dapat dipertajam karena adanya pengaruh bersama; 4) nila-nilai dapat diperhitungkan sebagai bagian dari struktur analitik.4

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini penulis menganalisis isi teks berita yang terdapat dalam surat kabar Tangsel Pos. Bentuk penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi dalam teks berita utama Koran Tangsel Pos sebagai sumber belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara objektif berdasarkan fakta nyata yang ditemukan kemudian memaparkan secara deskriptif, dengan cara menganalisis kesalahan isi.

B.Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis adalah teks berita dalam koran Tangsel Pos. Penulis menggunakan teks berita dalam koran karena ingin meneliti penggunaan diksi yang terdapat dalam penulisan berita pada koran tersebut.

C.Korpus Data

Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks berita yang terdapat dalam Koran Tangsel Pos. Peneliti menggunakan teks berita Koran Tangsel Pos karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya bagian kepenulisan dapat menggunakan teks berita dalam koran untuk dijadikan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan Koran Tangsel Pos untuk melihat penggunaan diksi dalam penulisan berita apakah diksi yang digunakan sudah tepat atau masih terdapat banyak

4


(43)

kesalahan. Peneliti hanya menggunakan delapan teks berita utama Koran Tangsel Pos yang akan dianalisi dalam penelitian ini.

D.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik simak catat, karena yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks berita yang terdapat pada Koran Tangsel Pos. dengan menggunakan teknik simak catat, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data, mempelajari data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara menyimak dan mencatat hasil analisis yang kemudian akan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.

E.Langkah Analisis Data

Setelah mengumpulkan data berupa teks berita, selanjutnya adalah analisis data. Data penelitian dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti mengklasifikasi bentuk-bentuk bagian ketepatan diksi pada teks berita utama yang terdapat pada koran Tangsel Pos .

2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk kesalahan penggunaan diksi pada teks berita utama yang terdapat pada koran Tangsel Pos.

3. Mengidentifikasi data penelitian yang berupa teks berita yang terdapat pada Koran Tangsel Pos dengan cara mendeskripsikan bentuk kesalahan penggunaan diksi tepatnya pada ketepatan penggunan diksi, kemudian data tersebut diberi kode yang kemudian menggunakan table data.

4. Data kemudian dianalisis dan dideskripsikan. Hasil dari analisis data tersebut akan tergambar bentuk kesalahan diksi yang termasuk dalam ketepatan diksi.


(44)

F. Teknik Analisis Data

Data pada penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh bisa dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen, dan bahan-bahan lain, sehingga data dapat mudah dipahami dan hasil dari temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data kualitatif bersifat induktif. Sugiono mengungkapkan bahwa “data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis, jika data yang telah dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi kemudian hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi sebuah teori baru.”5

Menurut Subroto, “menganalisis berarti mengurai atau memilah unsur-unsur yang membentuk satuan lingual atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam komponen-komponennya.”6 Jadi, dalam analisis data menurut beberapa pendapat di atas bahwa analisis data dilakukan untuk mengembangkan dugaan dan teori berdasarkan data yang diperoleh untuk selanjutnya memisahkan data dan disatukan sesuai dengan jenisnya yang kemudian memperoleh sebuah kesimpulan yang dapat diterima maupun ditolak.

Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap dengan teknik catat. Teknik simak bebas libat cakap adalah dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informannya, sedangkan peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.7 Teknik catat adalah mencatat bentuk-bentuk dari penggunaan bahasa secara tertulis.

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis semantis. Dikatakan analisis semantis karena dalam penelitian ini

5

Sugiono, op. cit., h. 335.

6

Muhammad, op. cit., h. 171.

7


(45)

peneliti selain menganalisis pemilihan kata, penelitian ini berkaitan pula dengan perubahan makna kata yang digunakan.

Oleh karena itu, penulis menggunakan teknik ini untuk meneliti penggunaan bahasa secara tertulis yakni kesalahan dalam penggunaan diksi yang terdapat pada Koran Tangsel Pos. Penulis hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa terhadap informan yang menulis teks berita dalam Koran Tangsel Pos dengan mencatat kesalahan penggunaan diksi dalam teks berita tersebut dan menyalinnya ke dalam tabel data.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan: 1. Pengklasifikasian

2. Pengkodean 3. Penabulasian 4. Interpretasi data 5. Persentase data

Dengan rumus: X1 x 100% X2

Keterangan: X1: Jumlah kesalahan


(46)

36 A. Profil Tangsel Pos

Tangsel Pos lahir 1 Desember 2008, tidak lama setelah lahirnya Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada 26 November 2008 dari Kabupaten Tangerang. Surat kabar harian ini didirikan oleh H. Margiono, pelaku bisnis media massa yang berhasil membesarkan Rakyat Merdeka sebagai koran politik nomor satu (The Policitacal News Leader) di Indonesia di bawah naungan Jawa Pos Group.

Kelahiran Tangsel Pos didasari oleh semangat untuk memajukan kota baru berpenduduk sekitar 1,3 juta jiwa. Melalui Tangsel Pos diharapkan kota dengan motto Cerdas, Modern, Religius itu terus berkembang menjadi kota teladan di berbagai bidang bagi kota-kota lain sesuai dengan cita-cita awal masyarakat Tangsel saat membentuk kota ini. Tangsel Pos hadir dalam upaya memberikan informasi yang lengkap, akurat, dan memberikan warna berbeda kepada masyarakat Tangsel.

VISI DAN MISI Visi Tangsel Pos

1. Menjadi koran nomor 1 dan terbesar di Kota Tangerang Selatan Misi Tangsel Pos

1. Koran referensi terdepan masyarakat Kota Tangerang Selatan

2. Memupuk rasa tanggungjawab dan memiliki Tangsel Pos di hati warga Tangsel

3. Sebagai wadah komunitas warga sekaligus koran panduan mereka


(47)

Sidang Redaksi :Hari Prastowo, Atho Al Rahman, Khomsurizal Pemimpin Redaksi :Khomsurizal

Redaktur Pelaksana :M. Istijar Nusantara Koordinator Liputan :Iwan Triana Riawan

Redaktur :Ari Suhendra, Yan Dwita Hermansyah, Samsudin, Budi Sabarudin, Dendi Awaludin

Reporter :Bambang Reginanto, Eko Budi Prasetyo, Fitra Rangkuti, Irma Permata Sari, M Sholeh, Yuliawati Fotografer: Irawan, Budi

Sekretaris Redaksi :Deavy Febriani

Pracetak :Supriyadi (Koordinator), Rizki, Agung Darmawan, Siti Hardiyanti, Tomi Burhanudin, Andri Yansah

IT :Ari Kuswondo

Keuangan :Melani Inkaso

Pemasaran/Iklan :St Choirunnisa, Ratih Yopita Manager Iklan :Firdaus AR

Iklan :Andi Budiman, Cahyo

Manager Event :Rudi Kurniawan Kordinator Pemasaran :Ferdy Salim

Pengembangan & Usaha :Bintang Terang (Manager), Andre Sumanegara Biro Banten :Adam Adhary, Yuliawati

Tim Advokat :Suharyono & Associates

Penerbit :PT Serpong Media Utama Alamat Redaksi: Griya Pena, Ville C/32 Nomor 12, Golden Road, ITC BSD, Jalan Raya Serpong, Kota Tangerang Selatan

Telepon: Redaksi: 021-5383852 Berlangganan dan Iklan: 021-5383852 Fax: 021-5383852


(48)

Email :tangselpos@gmail.com1 B. ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI

1. Diksi dalam Teks Berita

Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah teks berita yang terdapat pada koran Tangsel Pos edisi 3 sampai 8 Desember 2011. Peneliti akan menganalisis penggunaan ketepatan diksi pada teks berita tersebut. Dari hasil analisis akan diperoleh gambaran mengenai penggunaan diksi pada teks bertia yang terdapat di koran Tangsel Pos. berikut analisisnya.

2. Analisis Ketepatan Diksi a. Umum Khusus

Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna umum khhusus.

1.1.1 Penilaian itu setidaknya dibuktikan masih dibiarkannya proses pembangunan Klenteng Yan Sen Bio di Kampung Sewan Kebun Kelurahan Mekarsari kecamatan Neglasari.

Penggunaan kata Klenteng Yan Sen Bio pada kalimat 1.1.1 sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa Klenteng Yan Sen Bio mengacu pada objek yang khusus, yaitu nama tempat beribadah umat Hindu, sehingga pembaca mudah mengerti yang dimaksud oleh penulis.

2.2.1 Terlepas apakah bangunan itu untuk rumah ibadah, bisnis, maupun rumah tinggal, yang pasti semua harus mengacu pada aturan.

Kata bangunan pada kalimat di atas merupakan sebuah kata yang umum. Sebagai kata yang umum bangunan dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus seperti yang telah dijabarkan pada kalimat tersebut yakni dapat berupa

1


(49)

bangunan ibadah, bangunan bisnis, bangunan tempat tinggal, dan sebagainya. Penggunaan kata bangunan pada kalimat 1.2.2 sudah tepat karena penulis sebelumnya telah menjelaskan bahwa bangunan yang dimaksud untuk tempat peribadatan, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca.

3.3.1 Lebih jauh Politisi Partai Golkar itu mengatakan, aturan itu dibuat untuk ditegakkan dan ditaati demi kepentingan masyarakat luas, bukan untuk dilanggar dan diabaikan.

Frase Politisi Partai Golkar pada kalimat di atas merupakan penggunaan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi, karena Golkar merupakan salah satu nama partai politik di Indonesia. Kata Politisi Partai Golkar pada kalimat 3.3.1 sudah tepat karena penulis telah memberikan penjelasan secara khusus kepada pembaca sehingga tidak menimbulkan salah paham antara penulis dan pembaca.

4.4.1 Untuk kepentingan rumah ibadah seperti Klenteng, sebelum mengakukan ijin tentunya harus ada rekomendasi dari kementrian Agama dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama).

Kata rumah ibadah pada kalimat di atas tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembacanya, meskipun yang digunakan kata umum. Akan tetapi penulis telah menjelaskan bahwa rumah ibadah yang dimaksud merupakan rumah ibadah untuk umat Hindu. Oleh karena itu kata rumah ibadah yang digunakan pada kalimat 4.4.1 sudah tepat.

23.1.2 “Kita menemukan baju digunakan Aini sebelum dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, ungkap Shinto.”

Kata baju yang terdapat pada kalimat di atas merupakan penggunaan kata umum yang dapat menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Sebagai kata yang umum, baju dapat mencakup sejumlah kata yang lebih khusus seperti baju


(1)

116.2.6 Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tangerang, Jamaludin

mengajak masyarakat „kota seribu industri‟ ini untuk tidak menyia-nyiakan hak pilihnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) yang diikuti empat pasang calon ini.

117.3.6 Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen.

118.4.6 Bahkan saat ini pihaknya telah mendistribusikan kertas suara kepada seluruh PPK untuk kembali distribusikan ke TPS masing-masing.

119.5.6 Bambang juga mengajak kepada semua pihak, tidak hanya aparat keamanan, namun juga masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan saat pesta demokrasi tersebut berlangsung.

Denotasi konotasi 120.6.6 Si ayam jago wareng, besok akan berpesta.

121.7.6 Gong puncak pelaksanaan pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Tangerang ditabuh.

122.8.6 Lebih dari 2 juta warga wilayah berjulukan „kota seribu industri‟ ini bakal memilih empat calon pemimpinnya.

123.9.6 Dipastikan, gambar Ayam Jago Wareng yangsedang memasukkan surat suara ke kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). 124.10.6 “Kecamatan dan Kelurahan adalah ujuk tombak kita di lapangan,” tegas Hasan

Mustopi anggota KPU Kabupaten Tangerang.

125.11.6 Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen.

126.12.6 Ia berpendapat, jika tingkat partisipasi masyarakat dalam pencoblosan nanti hanya 6o persen, maka dipastikan akan terjadi dua putaran.

127.13.6 Pihaknya bahkan telah menyiapkan lebih dari 2.200 personil yang terdiri dari jajaran Polresta Tangerang yang dibantu oleh Polda Metro Jaya.

Sinonim 128.14.6 Lebih dari 2 juta warga wilayah berjulukan „kota seribu industri‟ ini bakal memilih empat calon pemimpinnya.


(2)

kotak suara ini bakal bertebaran disetiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). 130.16.6 Sehingga nanti siapapun hasil dari Pemilukada Kabupaten Tangerang itu

mendapat legitimasi yang kuat dari masyarakat Kabupaten Tangerang,” ujar Jamludin, Kemarin.

131.17.6 Terkait dengan persiapan logistik, Pengarah Pokja Pemungutan dan Perhitungan Suara Akhmad Jamaludin menjelaskan baik petugas maupun logistik untuk penyelenggaraan Pemilukada telah siap 100 persen.

132.18.6 Bahkan saat ini pihaknya telah mendistribusikan kertas suara kepada seluruh PPK untuk kembali distribusikan ke TPS masing-masing.

133.19.6 “Untuk hari pencoblosan nanti semua telah 100 persen siap, dan saya harap saat pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan lancar,

134.20.6 Untuk mengatatasi kecurangan yang terjadi selama pemilihan, KPU akan terus melakukan verifikasi data pemilih serta penguatan struktural di kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan.

135.21.6 Walaupun nantinya penghitungan tetap dengan cara manual.

136.22.6 Pengamat politik dari Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ), Ade Yunus mengatatakan pada pesta demokrasi ini masyarakat harus jeli memilih calon pemimpinnya.

137.23.6 Bicara tentang prediksi calon terkuat jelang pencoblosan nanti, Ade mengatakan sampai saat ini calon yang terkuat yaitu pasangan Zaki-Hermansyah dan Aden-Suryana.

138.24.6 Pihaknya bahkan telah menyiapkan lebih dari 2.200 personil yang terdiri dari jajaran Polresta Tangerang yang dibantu oleh Polda Metro Jaya

139.25.6 Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukung agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi.

140.25.6 Bambang juga mengajak kepada semua pihak, tidak hanya aparat keamanan, namun juga masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan saat pesta demokrasi tersebut berlangsung.

Membedakan kata yang mirip ejaan

141.26.6 Di TPS, masyarakat bakal menentukan masa depanmereka dengan memilih salah satu calon.


(3)

Akhiran asing 142.27.6 Untuk mengatatasi kecurangan yang terjadi selama pemilihan, KPU akan terus melakukan verifikasi data pemilih serta penguatan struktural di kecamatan dan kelurahan untuk pengawasan.

Kata depan yang idiomatis

143.28.6 “Untuk hari pencoblosan nanti semua telah 100 persen siap, dan saya harap saat

pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan lancar.”

144.29.6 Kalau tingkat partisipannya sampai di atas 70 persen, diprediksi Zaki-Hermansyah yang akan menang

kelangsungan pilihan kata

145.30.6 Kapolres meminta siapapun nanti yang terpilih, calon yang lainnya berikut tim pendukungnya agar dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai bagian dari proses demokrasi.


(4)

\"::--,

\i\1

Jurusan judul SkriPsi

LE}IBAR UJI REFERENSI

: Siti Kartini

:108013000043

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

: Analisis Penggunaan Diksi pada Berita lJtama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar

Dosen Pembimbing : Dona Aji Karunia Putra' M'A'

10 Praktik Jurnalistik' Bogor: Ghalia

Indonesia. 2008.

@ffin.

Bandung:PTRemaja

Judul Buku Akhadiah, Sabarti

200r.

dk'K

Mr""E"

luUurtu: Universitas Terbuka'

Ariirn,

ffi

cermat Berbahasa Indonesia' Jakarta: Akademika Presindo. 2010'

Chaer, Abdul dan Farid

llu[.

Sotntnsuistik (perkenalan awal)

Edisi Revisl. Jakarta: PT Asdi MahasatYa' 2004.

Bahasa Indonesia' Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

@tun

Nasional. Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka' 2007 '

Emzir. Metode Penelitian Kualitatif analisis data. Jakarta:2011'

al<arta" PT Gramedia

Utama.2010.

K""t"f6;

NiniL

M ai*at

doto*

nerbahasa

Teliti

dalam

Berpikir. Jakarta: MitraWaca"lYtdtu' m 1 0'


(5)

Rr-rsdakan a.2009.

11. \Iuhammad. Metode \ledia. 2011.

Penelitian Bahasq. Jogyakarta: Ar- Ptuzz

w

13.

Pareno, Sam Abede. Manajemen Berita antara ldealisme dan

Realita. Surabaya: Papyrus. 2003.

nt-14.

Putrayasa, Ida Bagus.Kalimat Efektif (Diksi, struktur, dan logika).

i Bandung: PT Refika Aditama. 2007.

#(

i

i5. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2011

0"y

16. Sumadiria, As Sumadiria.

Rekatama Media. 2006.

B ahas a,Iurnalistik. Bandung: Simbiosa

W

t7. Samsuri. Analisis Bahasa, mempelajari Bahasa secara ltmiah.

J akarta: Penerbit Erlangga. 1 9 8 5.

bT

18. Suhaimin

dan

Rulli

Nasrullah. Bahasa Jurnalistik.J;kartu

Lembaka Penerbitan UIN Jakarta. 2009.

D:k

19. Sumadiria, AS Ilaris. Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan

F e atur e. B andung : Simbio sa Itekatama Media. 200 5 .

W

20. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem pembelajarin.

Jakarta: I(encana. 2008.

&^

21. Sngiono. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta. 2009.

tu,

22. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam

tndonesia-200s.

e*-22 www.Tangsel-Pos.com

bL

23 Warta Kota. 3 Desember 2012.

a;-24 Setiati,

Eni.

Ragam Jurnalistik

Baru

dalam pimberitaan.

Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005.

e*

25 Moentadhim, Martin. Jurnalistik Tujuh Menit,

jalan

pintas

menjadi wartawan dan penulis lepas. Yogyakarta: penerbit Andi,

2008.

w

J akarta, 23 September 2013

Dosen Pembimbing,

NIP 19840409 201101 1

M.A.


(6)

BIODATA PENULIS

Siti Kartini (108013000043), mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lahir di Tangerang 25 Mei 1990. Sekarang tinggal bersama suami dan satu orang anak laki-laki.

Sejarah pendidikan formal Penulis, berawal dari SDN Kemiri III tahun 1996-2002, kemudian melanjutkan di MTs Darul Abror tahun 2002-2005. Setelah itu, penulis kembali melanjutkan sekolah di tempat yang sama sampai tahun 2008.

Anak dari Bapak Sukarta dan Ibu Jaleha ini, kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menyelesaikan skripsi pada bula September 2013 dengan

judul “Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar untuk Tingkat SMP” sebagai persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S1).

Adapun ibu beranak satu ini menempuh pendidikan nonformal, yaitu pernah mengikuti lembaga kursus Bahasa Inggris di Latanza dan menjadi anggota Pramuka Racana Nyi Mas Gandasari UIN Jakarta. Tak lupa pengalaman menjadi anggota POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah) Lingkar Sastra Tarbiyah (LST), menambah warna warni selama menjadi mahasiswi di kampus tercinta dan akan menjadi bekal yang berharga untuk diamalkan kepada murid-murid kelak.