Definisi al-Qur’an Nama al-Qur’an adalah nama yang paling populer dan menonjol.

menggunakan teori-teori yang belum digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORI

D. al-Qur’an Dan Hadits a. Definisi al-Qur’an dan Hadits

a. Definisi al-Qur’an Nama al-Qur’an adalah nama yang paling populer dan menonjol.

Allah memberikan keistimewaan kepada kitab yang diturunkan pada Rasulullah saw dengan nama al-Qur’an karena nama ini tidak diberikan kepada kitab-kitab samawi sebelumnya. Kata al-Qur’an terambil dari kata-kata qiraah dan nama ini dikhususkan untuk kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sehingga kata ini menjadi ‘alam proper name bagi al-Qur’an. Ar-Raghib dalam kitab al-Mufradat sebagaimana yang dikutip oleh Shalah Abdul Fatah al-Khalidi mengemukakan pendapat seorang ulama, Penamaan kitab ini dengan nama al-Qur’an adalah karena ia menghimpun seluruh dari kitab-kitab Allah, bahkan karena ia menghimpun seluruh ilmu. Hal itu, seperti yang diisyaratkan firman Allah Taala dalam sûrah Yusuf12: 111, “ … dan menjelaskan segala sesuatu...” . 8 Dari segi bahasa terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafal al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah dibaca al-Qur’an نأﺮ ا. Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah dibaca al- Qur’an نﺁﺮ ا as-Syafii al-Farra, dan al-Asyari termasuk di antara ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah. 9 Al-Syafii mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa; “lafal al-Qur’an yang terkenal itu bukan musytaq pecahan dari akar kata apapun dan bukan pula berhamzah tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca al-Qur’an. Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan demikian menurut al-Syafii, lafal 8 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Kunci Berinteraksi dengan Al-Quran, Jakarta: Robbani Press, 2002, h. 13-14. 9 Abuddin Nata, Al-Quran dan Hadits, Jakarta: PT RajaGrafindo Pesada 2000, h. 51. tersebut bukan berasal dari akar kata qara-a membaca, sebab kalau akar katanya qaraa , tentu tiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai al- Qur’an. Lafal tersebut memang nama khusus bagi al-Qur’an, sama dengan nama Taurat dan Injil. 10 Masih sejalan dengan pendapat di atas, sebagaimana yang telah dikutip oleh Subhi as-Shalih bahwa al-Asyari dan para pengikutnya mengatakan; “Lafal al-Qur’an adalah musytaq atau pecahan dari akar kata qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat qarnusy-syai bisysyai menggabungkan sesuatu dengan sesuatu. Kata qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaitan, karena surah-surah dan ayat-ayat al- Qur’an saling bergabung dan berkaitan”. 11 Tiga pendapat di atas pada prinsipnya berkesimpulan bahwa lafal al-Qur’an adalah al-Qur’an tanpa huruf hamzah di tengahnya. Hal ini berbeda dengan pemakaian kaidah pembentukan kata yang umum digunakan dalam bahasa Arab. Meskipun demikian, ketiga pendapat tersebut memperlihatkan fungsi dan kedudukan al-Qur’an sebagai kitabullah yang ayat-ayatnya saling berkaitan satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan yang serasi. Di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah ditengahnya adalah al-Zajjaj dan al-Lihyani serta jamaah lainnya. 12 Menurut al-Zajjaj, sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan; “Lafal al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata wazn fulan . Lafal tersebut bentukan musytaraq dari akar kata qarun yang berarti jamun . Selanjutnya ia mengemukakan contoh kalimat qurial mau fil haudi yang artinya: Air itu dikumpulkan dalam kolam. Dalam kalimat ini kata qarun bermakna jamun yang dalam bahasa Indonesia bermakna kumpul . Alasannya, al- Qur’an mengumpulkan atau menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu”. 13 10 Ibid., h. 52. 11 Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, h. 5. 12 Ibid., h. 5-6. 13 Nata , Al-Quran dan Hadits h. 53. Sebagaimana al-Zujjaj, al-Lihyani berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata ghufran dan merupakan pecahan dari akar kata qaraa yang bermakna tala membaca. Lafal al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni obyek dalam bentuk masdar. 14 Pada terakhir ini adalah pendapat yang lazim dipegang oleh masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. al-Qur’an adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maful, yaitu maqru, yang dibaca. 15 Menurut Shubhi Ash-Shalih, berpendapat ini lebih kuat dan lebih tepat, karena dalam bahasa Arab lafal al-Qur’an adalah bentuk masdar yang maknanya sinonim dengan qiraah, yakni bacaan. 16 Sebagai contoh, firman Allah swt: ﺁْﺮ و ْ ﺟ ﺎ ْ نإ • ﺁْﺮ ْ ﺎﻓ ﺎ ْأﺮ اذﺈﻓ Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya didadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. QS. al- Qiyamah, 75:17-18. Lafal qaraa yang bermakna tala membaca diambil orang- orang Arab dari bahasa Armenia dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata qaraa tersebut dapat pula berarti menghimpun dan mengumpulkan. Qiraah berarti mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bacaan. 17 Dengan mengikuti beberapa pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa secara lughawy al-Qur’an berarti saling berkaitan, berhubungan antara satu ayat dengan ayat lain, dan berarti pula bacaan. Semua pengertian ini memperlihatkan kedudukan al-Qur’an 14 Ibid., h. 53. 15 Ibid., h. 53. 16 Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, h. 6. 17 Nata, Al-Quran dan Hadits h. 54. sebagai kitabullah yang ayat-ayat dan surat-suratnya saling berhubungan, dan ia merupakan bacaan bagi kaum muslimin. Dari segi istilah para ahli memberikan definisi al-Qur’an sebagai berikut: Menurut Abdul Wahhab Khallaf; al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan oleh-Nya dengan perantaraan Malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah dengan lafadz bahasa Arab dan dengan makna yang benar, agar menjadi hujjah Rasulullah saw dalam pengakuannya sebagai Rasulullah. Juga sebagai undang-undang yang dijadikan pedoman ummat manusia dan sebagai amal ibadah bila dibacanya. Ia ditadwinkan di antara dua lembar mushaf yang dimulai dengan surat al-Fâtihah dan ditutup dengan surat an-Nâs yang telah sampai kepada kita secara teratur, baik dengan bentuk tulisan atau lisan, dari generasi ke generasi lain, dengan tetap terpelihara dari perubahan dan penggantian. 18 Menurut Manna al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya adalah ibadah. 19 Menurut Muhammad Usman Najati dalam bukunya yang berjudul al-Qur’an dan Psikologi mengatakan, al-Qur’an adalah agama dan petunjuk yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw untuk seluruh umat manusia. 20 Di antara ulama juga terjadi perbedaan dalam penelusuran asal- usul al-Qur’an, termasuk pemberian definisi al-Qur’an. Jika direnungkan secara lebih mendalam dan seksama, terdapat unsur al- Qur’an yang disepakati oleh pakar ilmu al-Qur’an. 21 1. al-Qur’an adalah wahyu atau kalamullah. Seluruh definisi yang diberikan oleh para ahli selalu diawali oleh penyebutan bahwa al-Qur’an adalah kalam atau wahyu Allah. 18 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, h. 22. 19 Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum al-Quran, Mansyurat al-Ashral-Hadits, h. 20. 20 Muhammad Usman Najati, al-Quran dan Psikologi, Jakarta: Aras Pustaka, 2003, ix. 21 Ahmad Izzan, Ulumul Quran, Bandung: Tafakkur, 2005, h. 29. 2. al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Berarti kalam atau wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi dan rasul lainnya tidak bisa dinamai al-Qur’an. 3. al-Qur’an disampaikan melalui Malaikat Jibril. Semua ayat al- Qur’an diwahyukan dengan perantara Malaikat Jibril. 4. al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lafal dan bahasa Arab. Ulama meyakini bahwa al-Qur’an diturunkan Allah bukan semata-mata dalam bentuk makna seperti halnya dengan Hadits Qudsi, melainkan juga sekaligus lafalnya. Karena lafal dan maknanya berasal dari Allah, terjemahan al-Qur’an dan tafsirnya yang dalam bahasa Arab sekalipun tidak dapat dikatakan sebagai al-Qur’an. Berdasarkan keempat unsur al-Qur’an di atas, dapat dikatakan bahwa al-Qur’an ialah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammmad saw dalam bentuk lafal Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, diawali oleh surat al- Fâtihah diakhiri oleh surat an-Nâs dan ditulis dalam mushaf. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Muhammad Ali ash- Shabuni yang telah disepakati oleh para ulama, khususnya ulama Ushul-Fiqh. al-Qur’an adalah kalam Allah yang memiliki mujizat, diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui perantara Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir tawatur, dan dianggap ibadah membacanya yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup oleh surat an-Nâs. al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan dari sisi Allah kepada Rasul-Nya Muhammad ibn Abd Allah, penutup para nabi, yang dinukilkan darinya dengan penukilan yang mutawatir nazham lafal maupun maknanya, dan merupakan Kitab Samawi yang terakhir penurunannya.

b. Definisi Hadits Definisi Hadits menurut bahasa mempunyai beberapa arti: