Pengaruh metode pemberian tugas dalam pengajaran al-qur'an dan hadis terhadap nilai evalusi akhir peserta didik : study kasus di mtsn 3 pondok pinang jakarta selatan

(1)

35

DIDIK

(Study Kasus di MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan)

Oleh:

Ary Antony Putra

NIM: 103011026758

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2007 M/1428 H

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS DALAM PENGAJARAN

AL-QUR’AN DAN HADITS TERHADAP NILAI EVALUASI AKHIR PESERTA

DIDIK


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Oleh:

Ary Antony Putra

NIM: 103011026758

Di bawah Bimbingan

Dr. H. Abdul. Majid Khon, M,Ag.

Abdul

Ghofur,

S.Ag.

NIP: 131 682 377

NIP: 150 282 506

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2007 M/1428 H

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(3)

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 September 2007

Penulis

LEMBARAN PENGESAHAN

Skirpsi berjudul: “Implikasi Metode Resitasi dalam Pegajaran al-Qur’an dan Hadits terhadap Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, September 2007 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.


(4)

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A

NIP. 150 236 009 ………. ………. Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag ………. ………. NIP. 150 299 477

Penguji I

Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A ………. ……… NIP. 150 236 009

Penguji II

Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag ………. ………. NIP. 150 299 477

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 150 231 356

ABSTRAK

Ary Antony Putra

Pengaruh Metode Pemberian Tugas dalam Pengajaran Al-Qur’an dan Hadits

terhadap Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik

Dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan, dalam hal ini madrasah,

guru adalah salah satu faktor terpenting untuk terlaksananya pendidikan yang

berkualitas selain hal-hal lainnya seperti kurikulum, kepemimpinan yang kondusif

sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain sebagainya.

Berbicara masalah guru, ia dalah sosok yang memiliki andil yang sangat besar

terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam

membantu pekembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara

optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat

meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain

dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua

mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap

guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.


(5)

Dengan demikian, guru diharapkan memiliki kemampuan dan

keprofesionalisme yang tinggi sebagai seorang pengajar, pendidik, dan pembina. Ia

dituntut dapat menguasai seluruh aspek yang ada di dalamnya termasuk dalam hal

metode pengajaran.

Salah satu keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh

kemampuan guru. Kemampuan guru yang paling utama berkaitan dengan kemampuan

dan pengetahuan, serta tugas yang dibebankan kepadanya. Dengan memiliki

kemampuan dan pengetahuan yang memadai, terutama yang berkaitan dengan

metode, seorang guru akan lebih mudah melakukan proses pembelajaran dengan para

siswanya.

Oleh karena itu, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan

karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan pengajaran. Bila ditinjau lebih

teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang

mempengaruhinya. antara lain: tujuan, karekteristik siswa, situasi dan kondisi,

kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Metode pemberian tugas adalah metode pengajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Muhibbin

Syah mengatakan metode pemberian tugas adalah siswa mengutip atau mengambil

sendiri bagian-bagian pelajaran tersebut dari buku-buku tertentu, kemudian belajar

sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

jauh skripsi yang berjudul:

“Pengaruh Metode Pemberian Tugas dalam

Pengajaran al-Qur’an dan Hadits terhadap Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik.”

KATA PENGANTAR

ﺣﺮ ا

ﺣﺮ ا

ﷲا

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat,

karunia dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul:

“Implikasi Metode Resitasi

dalam Pengajaran al-Qur’an dan Hadits terhadap Nilai Evaluasi Akhir Peserta

Didik.”

Shalawat

serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad

SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir masa.

Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada

Fakltas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan pikiran

telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi


(6)

terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidiakn Agama Islam, penulis banyak mendapat

bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

3.

Bapak Drs. Abd. Fatah Wibisono, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4.

Bapak Drs. Syafiuddin, MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

5.

Bapak Dr. Abdul Majid Khan, MA., dan Abdul Ghofur S.Ag., Dosen

Pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis tanpa

bosan untuk menghasilkan skripsi yang baik, juga memberikan ruang

kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai proporsi, kategori dan

interpretasi pada skripsi ini.

6.

Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengambangkan

pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.

7.

Bapak Drs. H. Muhammad Rachmat Syah, Kepala Sekolah MTsN 3 Pondok

Pinang Jakarta Selatan serta para guru yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8.

Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang

membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi selesainya skripsi ini.

9.

Terkhusus buat kedua orang tuaku yang tercinta yang telah membesarkan,

mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya

memberikan bantuan secara moral, materil, semangat dan do’a buat penulis.

10.

Buat bang Anwar Shaleh yang selalu sabar dan tabah serta tak pernah

mengeluh dalam membantu dan selalu memberikan dorongan buat penulis.

11.

Buat teman-teman kosan (Masruri Hadi, Purwanto, Haris, Fuad, Erza, Ahmad,

Irsyad, Riki, Dauli, Arji, Heri, Abdi dan Budi) yang senasib sepenanggungan,

berbagi suka dan duka.


(7)

12.

Buat adek-adeku Riki Indrapraja dan Sonya Wulandari yang selalu

memberikan support dan perhatian kepada penulis.

13.

Teristimewa buat teman-teman sekelasku yang senasib dan seperjuangan.

Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga

Allah swt membalas kebaikan yang mereka berikan dan apabila penulis ada

kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari

sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan

kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka

cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaatuntuk kita

semua amin.

Jakarta, 6 September, 2007


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI... 7

A. al-Qur'an dan Hadits... 7

1. Definisi al-Qur'an dan Hadits ... 7

2. Isi pokok al –Qur’an ... 13

3. Kedudukan dan Fungsi Hadits ... 14

B. Metode Pengajaran ... 16

1. Definisi Metode Pengajaran ... 16

2. Macam-macam Metode Pengajaran ... 17

3. Metode Pemberian Tugas (Resitasi) ... 19

C. Evaluasi ... 22

1. Pengertian Evaluasi ... 22

2. Fungsi Evaluasi ... 23

3. Teknik Evaluasi ... 25

4. Tujuan Evaluasi... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B.

Metode Penelitian ... 30

C.

Variabel Penelitian ... 30

D.

Populasi dan Sampel ... 32

E.

Teknik Pengumpulan Data... 32

F.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN... 36


(9)

1. Sejarah ... 36

2. Struktur Organisasi ... 36

3. Visi dan Misi... 37

4. Sarana dan Prasarana ... 38

B. Pengolahan dan Analisa Data... 38

1. Pengolahan Data ... 38

2. Analisa Data ... 67

C. Interpretasi Data ... 72

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Kisi-kisi instrumen variable metode resitasi dalam

pengajaran al-Qur’an dan Hadits... 31

2. Tabel 2 Kisi-kisi instrument variabel nilai evaluasi akhir peserta didik 31 3. Tabel 3 Indeks korelasi product moment ... 34

4. Tabel 4 Jumlah bangunan dan fasilitas belajar ... 38

5. Tabel 5 Senang menyelesaikan tugas individu di dalam kelas... 39

6. Tabel 6 Guru memberikan tugas belajar di dalam kelas ... 39

7. Tabel 7 Selalu menyelesaikan tugas yang diberikan guru di dalam kelas ... 40

8. Tabel 8 Guru memberikan tugas menyalin ayat/hadits di dalam kelas 41

9. Tabel 9 Guru memberikan hadiah bagi siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik di dalam kelas... 41

10. Tabel 10 Guru pernah memberikan tugas di luar kelas ... 42

11. Tabel 11 Senang belajar di luar kelas ... 43

12. Tabel 12Belajar di laboratorium ... 43

13. Tabel 13 Menyukai tugas lapangan... 44

14. Tabel 14 Selalu tepat waktu dalam menyelesaikan tugas individu di dalam kelas ... 44

15. Tabel 15 Tugas menghafal yang diberikan guru di dalam kelas adalah tugas individu ... 45

16. Tabel 16 Tugas menerjemahkan yang diberikan guru di dalam kelas adalah tugas individu ... 46

17. Tabel 17 Tugas menyalin yang diberikan guru di dalam kelas adalah tugas individu... 46

18. Tabel 18 Tugas individu yang diberikan guru di luar kelas memberatkan siswa ... 47

19. Tabel 19 Tugas-tugas individu di luar kelas sangat menyenangkan 48

20. Tabel 20 Selain tugas individu guru memberikan tugas kelompok di dalam kelas ... 48

21. Tabel 21 Tugas di luar kelas yang diberikan guru dilakukan secara kelompok ... 49

22. Tabel 22 Tugas di laboratorium yang diberikan guru dilakukan secara kelompok... 50


(11)

23. Tabel 23 Tugas di lapangan yang diberikan guru dilakukan secara

kelompok ... 50

24. Tabel 24 Tugas kelompok di dalam kelas yang diberikan guru sangat disukai ... 51

25. Tabel 25 Tabel data implikasi metode resitasi dalam pengajaran al-Qur’an dan Hadits ... 52

26. Tabel 26 Diciptakan dari apakah setan itu ... 53

27. Tabel 27 Orang yang tidak akan terkena godaan setan ... 54

28. Tabel 28 Kata ْ berarti ... 54

29. Tabel 29 Maksud langkah-langkah setan ... 55

30. Tabel 30 Isi surat an-Nûr ayat 21 ... 55

31. Tabel 31 Sikapmu ketika salah seorang temanmu tertimpa musibah 56

32. Tabel 32 ﷲا ْ ﻓْ ﻬ اﻮْ أ ... ْﺬ ا ... 56

33. Tabel 33 Sikap seseorang yang selalu mengungkit-ungkit pemberian 57 34. Tabel 34 Disamakan dengan apakah seseorang yang bersedekah tetapi selalu menyebutnya atau menyakiti perasaan sipenerima berdasarkan sûrah al-Baqarah ayat 264... 57

35. Tabel 35 Ditentukan oleh apakah diterima atau tidaknya perbuatan baik manusia di sisi Allah... 58

36. Tabel 36 Harus karena siapakah kita mencintai dan membenci seseorang. ... 58

37. Tabel 37 Dapat terjerumus ke dalam manakah orang yang mencintai sesuatu karena hawa nafsunya ... 59

38. Tabel 38 Selamat dari apakah kita bila benci dari kekufuran ... 59

39. Tabel 39 Akan memperoleh apakah orang yang mencintai dan membenci karena Allah swt... 60

40. Tabel 40 Terdapat bacaan apakah pada lafalﺎً ْﻜﺣ... 60

41. Tabel 41 Sebaiknya di baca apakah mad jâ'iz munfasil ... 61

42. Tabel 42 نﺎﻄ ﺸ اباﻮﻄ اﻮ واﻮ ا ﺬ اﺎﻬ اﺎ Bacaan apakah yang tepat pada ayat yang digaris bawah ... 62

43. Tabel 43نﺎ اةو ﺣﺪﺟو آ ث Bacaan apakah yang tepat pada hadits yang digaris bawah... 62

44. Tabel 44 ﻬ ﻰ و ﻬ ﻮ ﷲا Bacaan apakah yang tepat pada ayat yang digaris bawah... 63

45. Tabel 45 ﺔ ﺣةﻮ اﷲالﻮ رﻰﻓ نﺎآﺪ Bacaan apakah yang tepat pada hadits yang digaris bawah... 63


(12)

46. Tabel 46 Tabel data jawaban siswa ... 65 47. Tabel 47 Tabel data evaluasi akhir peserta didik ... 66 48. Tabel 48 Tabel data skor metode resitasi (Skor Variabel X) ... 68 49. Tabel 49 Tabel data skor nilai evaluasi akhir peserta didik (Skor

Variabel Y)... 69 50. Tabel 50 Tabel Perhitungan Variabel X dan Y... 70

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kondisi pendidikan agama Islam di Indonesia menghadapi berbagai persoalan dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang kompleks, yaitu: berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam. Upaya perbaikannya belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Usaha pembaharuan dan peningkatan pendidikan Islam sering dilakukan sepotong-sepotong atau tidak bersifat komprehensif dan menyeluruh serta sebagian besar sistem dan lembaga pendidikan Islam secara mendasar selalu dihambat oleh berbagai


(13)

masalah, mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli, sehingga "pendidikan Islam dewasa ini, terlihat orientasinya yang semakin berkurang jelas".1

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi:

"Pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".2

Dengan tercantumnya kata beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama diharapkan berperan langsung dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional, karena tanpa melalui pendidikan agama, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak mungkin dapat diwujudkan, karena itu pendidikan agama termasuk pendidikan agama Islam mempunyai peran dan kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan nasional, yaitu sebagai sub sistem dari sistem pendidikan nasional.

Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari keberhasilan pencapaian kurikulum di sekolah. Begitu juga di sekolah, kurikulum tidak dapat dicapai secara maksimal apabila kurikulum di kelas (TIK, Kompetensi Dasar untuk istilah saat ini) tidak dapat digapai secara maksimal. Inilah yang kemudian disebut sebagai mata rantai yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil maksimal. Di samping itu, masalah lainnya yang sering didapati adalah kurangnya perhatian guru agama

terhadap variasi penggunaan metode pengajaran dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik. Padahal salah satu hal yang terpenting dalam

1

Hujair Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Prees, Oktober, 2003), h. 9.

2

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 6-7.


(14)

pengajaran adalah bagaimana seorang guru bisa memberikan pengajaran yang menyenangkan melalui metode pengajaran yang variatif dan tidak monoton sehingga peserta didik menyenangi pengajaran dan pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Dengan demikian maka tujuan pembelajaran akan tercapai tidak hanya pada aspek kognitif saja akan tetapi juga pada aspek-aspek lainnya; yaitu aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang yang dikelola oleh Departemen Agama, Madrasah Tsanawiyah merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang berciri khas agama Islam. Madrasah Tsanawiyah yang merupakan bagian dari rentetan pendidikan dasar mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan anak didik di masa yang akan datang.

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa madrasah-madrasah yang ada masih relatif tertinggal dibandingkan pendidikan umum yang sederajat. Sebagai contoh, sampai saat ini madrasah masih mengalami banyak permasalahan. Seperti lemahnya mamajemen pengelolaan, kurangnya sumber daya manusia pendukungnnya, sarana prasarana yang tidak memenuhi standar dan lain sebagainya. Dengan demikian mutu lembaga pendidkan ini relatif belum memuaskan bila diukur dengan rata-rata hasil pendidikan lain, terutama lembaga pendidikan umum yang setingkat.

Dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan, dalam hal ini madrasah, guru adalah salah satu faktor terpenting untuk terlaksananya pendidikan yang berkualitas selain hal-hal lainnya seperti kurikulum, kepemimpinan yang kondusif sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain sebagainya.

Berbicara masalah guru, ia adalah sosok yang memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu pekembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.


(15)

Dengan demikian, guru diharapkan memiliki kemampuan dan keprofesionalan yang tinggi sebagai seorang pengajar, pendidik, dan pembina. Ia dituntut dapat menguasai seluruh aspek yang ada di dalamnya termasuk dalam hal metode pengajaran.

Metode pengajaran adalah sistem penggunaan teknik-teknik di dalam interaksi dan komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Metode mengajar mempunyai dua aspek: aspek ideal dan aspek teknis.3

1. Aspek ideal, secara ideal harus diingat bahwa program belajar mengajar adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang menjadi pedoman utama adalah agar tercapai perkembangan peserta didik yang optimal dan ini harus tertanam dalam sikap dasar guru agama, yang diwujudkan dalam pendekatan guru terhadap peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Aspek teknis, terdapat bermacam-macam teknis yang dapat digunakan dalam interaksi dan komunikasi itu, antara lain: bermain, tanya jawab, ceramah, diskusi, peragaan, experimen, kerja kelompok, sosiodrama, karyawisata dan modul. Seyogyanya guru dapat mengenal berbagai teknik, agar dapat menerapkan secara tepat, sesuai dengan keadaan.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Basyrudin Usman tentang pengertian metode pengajaran, yaitu: suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode

mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.4

Salah satu keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru. Kemampuan guru yang paling utama berkaitan dengan

3

Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), h. 97.

4

Basyruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, Juni, 2002), h. 31.


(16)

kemampuan dan pengetahuan, serta tugas yang dibebankan kepadanya.5

Dengan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai, terutama yang berkaitan dengan metode, seorang guru akan lebih mudah melakukan proses pembelajaran dengan para siswanya.

Oleh karena itu, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan

karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan pengajaran. Bila ditinjau lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.6

Metode pemberian tugas adalah metode pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Muhibbin Syah mengatakan metode pemberian tugas adalah siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran tersebut dari buku-buku tertentu, kemudian belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap

sebagaimana mestinya.7

Dari pemaparan tersebut terlihat jelas bahwa tidak hanya guru yang aktif akan tetapi siswa juga menjadi bagian terpenting bagi suksesnya proses pembelajaran, yang pada akhirnya siswa akan merasakan langsung pengaruh baik dari proses pembelajaran sehingga ia akan merasa senang dan nyaman untuk kemudian terus aktif dalam proses pembelajaran pada masa-masa yang akan datang.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh skripsi yang berjudul: “Implikasi Metode Resitasi dalam Pengajaran al-Qur’an dan Hadits terhadap Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik.” B. Identifikasi Masalah

Latar belakang di atas, mengisyaratkan kepada seorang guru bahwa ia harus mampu menyajikan materi yang akan diajarkan kepada peserta didiknya, menguasai materi yang diajarkan, penguasaan kelas dan lain sebagainya. Di samping itu, ia juga dituntut untuk menguasai metode pengajaran dan dapat menyesuaikannya dengan materi tersebut serta sesuai dengan karakteristik

5

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung: Remaja Rosdakarya, Juni, 2004), h. 4.

6

Basyruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 32. 7


(17)

siswa. Oleh karena itu, penelitian ini hendak mengungkapkan implikasi metode resitasi dalam pengajaran al-Qur'an dan Hadits terhadap nilai evaluasi akhir peserta didik dengan mengambil studi kasus di MTs Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan, peneliti memfokuskan penelitian pada implikasi metode resitasi

(pemberian tugas) hapalan dan PR (Pekerjaan Rumah) dalam pengajaran al-Qur'an dan Hadits kelas II terhadap nilai evaluasi akhir peserta didik MTsN Pondok Pinang.

2. Perumusan Masalah

Penelitian ini dapat dirumuskan:

a. Bagaimanakah implikasi metode resitasi dalam pengajaran al-Qur'an dan Hadits?p

b. Bagaimanakah nilai evaluasi akhir peserta didik?

c. Bagaimanakah implikasi metode resitasi dalam pengajaran al-Qur'an dan Hadits terhadap nilai evaluasi akhir peseta didik?

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Implikasi metode resitasi dalam pengajaran al-Qur'an dan Hadits. b. Nilai evaluasi akhir peserta didik.

c. Implikasi metode resitasi dalam pengajaran al-Qur'an dan Hadits terhadap nilai evaluasi peseta didik.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Melengkapi dan atau memperluas khasanah teori yang sudah diperoleh melalui penelitian lain sebelumnya.

b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang Metode dan Nilai Evaluasi Peserta Didik

c. Memberikan peluang kepada siapa saja untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hal yang sama dengan


(18)

menggunakan teori-teori yang belum digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORI D. al-Qur’an Dan Hadits

a. Definisi al-Qur’an dan Hadits a. Definisi al-Qur’an

Nama al-Qur’an adalah nama yang paling populer dan menonjol. Allah memberikan keistimewaan kepada kitab yang diturunkan pada Rasulullah saw dengan nama al-Qur’an karena nama ini tidak diberikan kepada kitab-kitab samawi sebelumnya. Kata al-Qur’an terambil dari kata-kata qira'ah dan nama ini dikhususkan untuk kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sehingga kata ini menjadi ‘alam (proper name) bagi al-Qur’an.

Ar-Raghib dalam kitab al-Mufradat sebagaimana yang dikutip oleh Shalah Abdul Fatah al-Khalidi mengemukakan pendapat seorang ulama, "Penamaan kitab ini dengan nama al-Qur’an adalah karena ia menghimpun seluruh dari kitab-kitab Allah, bahkan karena ia menghimpun seluruh ilmu. Hal itu, seperti yang diisyaratkan firman Allah Ta'ala dalam sûrah Yusuf/12: 111, “… dan menjelaskan segala sesuatu...”.8

Dari segi bahasa terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafal al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah (dibaca al-Qur’an نأﺮ ا). Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah (dibaca al-Qur’an نﺁﺮ ا) as-Syafi'i al-Farra, dan al-Asy'ari termasuk di antara ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah.9

Al-Syafi'i mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa;

“lafal al-Qur’an yang terkenal itu bukan musytaq (pecahan dari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca al-Qur’an). Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan demikian menurut al-Syafi'i, lafal

8

Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Kunci Berinteraksi dengan Al-Qur'an, (Jakarta: Robbani Press, 2002), h. 13-14.

9


(19)

tersebut bukan berasal dari akar kata qara-a (membaca), sebab kalau akar katanya qara'a, tentu tiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai al-Qur’an. Lafal tersebut memang nama khusus bagi al-Qur’an, sama dengan nama Taurat dan Injil.10

Masih sejalan dengan pendapat di atas, sebagaimana yang telah dikutip oleh Subhi as-Shalih bahwa al-Asy'ari dan para pengikutnya mengatakan;

“Lafal al-Qur’an adalah musytaq atau pecahan dari akar kata qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat qarnusy-syai' bisysyai' (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Kata qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaitan, karena surah-surah dan ayat-ayat al-Qur’an saling bergabung dan berkaitan”.11

Tiga pendapat di atas pada prinsipnya berkesimpulan bahwa lafal al-Qur’an adalah al-Qur’an (tanpa huruf hamzah di tengahnya). Hal ini berbeda dengan pemakaian kaidah pembentukan kata yang umum digunakan dalam bahasa Arab. Meskipun demikian, ketiga pendapat tersebut memperlihatkan fungsi dan kedudukan al-Qur’an sebagai kitabullah yang ayat-ayatnya saling berkaitan satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan yang serasi.

Di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah ditengahnya adalah al-Zajjaj dan al-Lihyani serta jama'ah lainnya.12

Menurut al-Zajjaj, sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan;

“Lafal al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata (wazn) fu'lan. Lafal tersebut bentukan (musytaraq) dari akar kata qar'un yang berarti jam'un. Selanjutnya ia mengemukakan contoh kalimat quri'al ma'u fil haudi yang artinya: Air itu dikumpulkan dalam kolam. Dalam kalimat ini kata qar'un bermakna jam'un yang dalam bahasa Indonesia bermakna kumpul. Alasannya, al-Qur’an mengumpulkan atau menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu”.13

10

Ibid., h. 52. 11

Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004),h. 5.

12

Ibid., h. 5-6. 13


(20)

Sebagaimana al-Zujjaj, al-Lihyani berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata ghufran dan merupakan pecahan dari akar kata qara'a yang bermakna tala ( /membaca). Lafal al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni obyek dalam bentuk masdar.14

Pada terakhir ini adalah pendapat yang lazim dipegang oleh masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. al-Qur’an adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maf'ul, yaitu maqru', yang dibaca.15 Menurut Shubhi Ash-Shalih, berpendapat ini

lebih kuat dan lebih tepat, karena dalam bahasa Arab lafal al-Qur’an adalah bentuk masdar yang maknanya sinonim dengan qira'ah, yakni bacaan.16 Sebagai contoh, firman Allah swt:

ﺁْﺮ و

ْ ﺟ

ﺎ ْ

نإ

ﺁْﺮ

ْ ﺎﻓ

ﺎ ْأﺮ

اذﺈﻓ

Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu". (QS. al-Qiyamah, 75:17-18).

Lafal qara'a yang bermakna tala (membaca) diambil orang-orang Arab dari bahasa Armenia dan digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Kata qara'a tersebut dapat pula berarti menghimpun dan mengumpulkan. Qira'ah berarti mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bacaan.17

Dengan mengikuti beberapa pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa secara lughawy al-Qur’an berarti saling berkaitan, berhubungan antara satu ayat dengan ayat lain, dan berarti pula bacaan. Semua pengertian ini memperlihatkan kedudukan al-Qur’an

14

Ibid., h. 53. 15

Ibid., h. 53. 16

Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, h. 6. 17


(21)

sebagai kitabullah yang ayat-ayat dan surat-suratnya saling berhubungan, dan ia merupakan bacaan bagi kaum muslimin.

Dari segi istilah para ahli memberikan definisi al-Qur’an sebagai berikut:

Menurut Abdul Wahhab Khallaf;

"al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan oleh-Nya dengan perantaraan Malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah dengan lafadz bahasa Arab dan dengan makna yang benar, agar menjadi hujjah Rasulullah saw dalam pengakuannya sebagai Rasulullah. Juga sebagai undang-undang yang dijadikan pedoman ummat manusia dan sebagai amal ibadah bila dibacanya. Ia ditadwinkan di antara dua lembar mushaf yang dimulai dengan surat al-Fâtihah dan ditutup dengan surat an-Nâs yang telah sampai kepada kita secara teratur, baik dengan bentuk tulisan atau lisan, dari generasi ke generasi lain, dengan tetap terpelihara dari perubahan dan penggantian."18

Menurut Manna' al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya adalah ibadah.19

Menurut Muhammad Usman Najati dalam bukunya yang berjudul al-Qur’an dan Psikologi mengatakan, al-Qur’an adalah agama dan petunjuk yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw untuk seluruh umat manusia.20

Di antara ulama juga terjadi perbedaan dalam penelusuran asal-usul al-Qur’an, termasuk pemberian definisi al-Qur’an. Jika direnungkan secara lebih mendalam dan seksama, terdapat unsur al-Qur’an yang disepakati oleh pakar ilmu al-al-Qur’an.21

1. al-Qur’an adalah wahyu atau kalamullah. Seluruh definisi yang diberikan oleh para ahli selalu diawali oleh penyebutan bahwa al-Qur’an adalah kalam atau wahyu Allah.

18

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 22.

19

Manna' al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum al-Qur'an, Mansyurat al-Ashral-Hadits, h. 20. 20

Muhammad Usman Najati, al-Qur'an dan Psikologi, (Jakarta: Aras Pustaka, 2003), ix. 21


(22)

2. al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Berarti kalam atau wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi dan rasul lainnya tidak bisa dinamai al-Qur’an.

3. Qur’an disampaikan melalui Malaikat Jibril. Semua ayat al-Qur’an diwahyukan dengan perantara Malaikat Jibril.

4. al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lafal dan bahasa Arab. Ulama meyakini bahwa al-Qur’an diturunkan Allah bukan semata-mata dalam bentuk makna seperti halnya dengan Hadits Qudsi, melainkan juga sekaligus lafalnya. Karena lafal dan maknanya berasal dari Allah, terjemahan al-Qur’an dan tafsirnya yang dalam bahasa Arab sekalipun tidak dapat dikatakan sebagai al-Qur’an.

Berdasarkan keempat unsur al-Qur’an di atas, dapat dikatakan bahwa al-Qur’an ialah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammmad saw dalam bentuk lafal Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, diawali oleh surat al-Fâtihah diakhiri oleh surat an-Nâs dan ditulis dalam mushaf.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Muhammad Ali ash-Shabuni yang telah disepakati oleh para ulama, khususnya ulama Ushul-Fiqh. al-Qur’an adalah kalam Allah yang memiliki mu'jizat, diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui perantara Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir (tawatur), dan dianggap ibadah membacanya yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup oleh surat an-Nâs. al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan dari sisi Allah kepada Rasul-Nya Muhammad ibn Abd Allah, penutup para nabi, yang dinukilkan darinya dengan penukilan yang mutawatir nazham/lafal maupun maknanya, dan merupakan Kitab Samawi yang terakhir penurunannya.

b. Definisi Hadits

Definisi Hadits menurut bahasa mempunyai beberapa arti: Pertama, Jadid, lawan qadim = yang baru. Jama'nya: hidats, hudatsa' dan huduts . Kedua, Qarib = yang dekat; yang belum lama lagi terjadi, seperti dalam perkataan "haditsul ahdi bi'l-Islam" = orang yang baru memeluk agama Islam. Jama'nya: hidats,hudatsa' dan huduts. Ketiga, Khabar = warta, yakni: "ma yutahaddatsu bihi wa yunqalu" = sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada


(23)

seseorang sama maknanya dengan "hidditsa". Dari makna inilah diambil perkataan "hadits Rasulullah".22

Kata al-Farra', sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Hasbi, Ahadits sebenarnya jama' dari uhdutsah, kemudian dijadikannya jama' bagi hadits. Dalam pada itu mereka tidak mengatakan "uhdutsah Nabi".23

Sebagian ulama menetapkan, bahwa lafad ahadits jama' dari hadits yang tidak menurut qiyas, atau jama' yang syadz.

Kata al-Zarkasyy dalam al-Bahr al-Muhith, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Hasbi, "lafad hadits bukan isim jama', dia jama' taksir bagi hadits yang tidak menurut qiyas seperti abathil. Isim jama' tak ada yang sewazan ini".24

Sedangkan definisi hadits secara istilah yang dikemukakan oleh ahli-ahli hadits, sunnah adalah sabda, pekerjaan, ketetapan, sifat (watak budi atau jasmani); atau tingkah laku Nabi Muhammad saw, baik sebelum menjadi Nabi maupun sesudahnya.25 Dengan arti ini, menurut

mayoritas ulama sunnah sinonim dengan hadits. Hadits menurut istilah ahli hadits, ialah:

اْ

ا

ﷲا

و

ْ

و

اْﻓ

و

ا

ْﺣ

ا

ﺮْﺮْ و

"Segala ucapan Nabi, segala perbuatannya, segala keadaannya dan pengakuannya.”26

Sebagian ulama seperti Ath-Thiby berpendapat, sebagaimana yang dikutip oleh M. Hasbi Ash Shiddieqy bahwa hadits itu melengkapi sabda Nabi, perbuatan dan taqrirnya, melengkapi perkataan,

22

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: PT Bulan Bintang), h. 20-21.

23

Ibid., h. 21. 24

Ibid., h. 21. 25

M. Azami, Hadits Nabawi dan sejarah Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 200), h. 14.

26


(24)

perbuatan dan taqrir sahabat, sebagaimana melengkapi pula perkataan, perbuatan dan taqrir tabi'in.27

Maka suatu hadits yang sampai kepada Nabi dinamai marfu', yang sampai kepada sahabat dinamai mauquf dan yang sampai kepada tabi'in saja dinamai maqthu.

b. Isi pokok al –Quran a. Allah

Abdu Ar-Rahman Hasan dalam bukunya "al-Âqîdatu al-Islamiyah Wa Ususuhâ" sebagaimana yang dikutip oleh Syahminan Zaini, menyatakan; "Allah adalah isim nama dalam bahasa Arab atas zat Tuhan yang mengumpulkan semua sifat-sifat kesempurnaan dan suci dari semua sifat-sifat kekurangan yang tidak sesuai dengan kesempurnaan keuluhiyahan dan kerububiyahan-Nya".28

Menurut Fazlur Rahman dalam bukunya tema pokok al-Qur’an menyatakan;

“Perkataan Allah, nama tuhan yang sesungguhnya, lebih dari 2500 kali disebutkan di dalam al-Qur’an. Meskipun demikian al-Qur’an bukanlah sebuah risalah mengenai Tuhan dan sifat-sifat-Nya. Menurut al-Qur’an, eksistensi Tuhan benar-benar bersifat fungsional. Dia adalah Pencipta serta Pemelihara alam semesta dan manusia, terutama sekali Dia-lah yang memberikan petunjuk kepada manusia dan yang akan mengadili manusia nanti, baik secara individual maupun kolekif, dengan keadilan yang penuh belas kasih”.29

Farid Wajdi dalam bukunya "Dâiratul Ma'arif al-Qamil 'Asri" sebagaimana yang dikutip oleh Syahminan Zaini, menyatakan: "Allah adalah nama bagi pencipta SWT dan Dia adalah semasyhur-masyhur nama-Nya serta bagi-Nya ada nama-nama yang baik".

27

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 4.

28

Syahminan Zaini, Isi Pokok Ajaran Al-Qur'an, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 5. 29


(25)

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa Allah nama bagi pencipta alam semesta yang wajib ada-Nya yang mempunyai semua sifat kesempurnaan, dan suci dari semua sifat-sifat kekurangan yang tidak sesuai dengan kesempurnaan keuluhiyahan dan kerububiyahan-Nya.

b. Manusia

Prof. Abbas Mahmud al-Aqqad dalam bukunya "Haqâiq al-Islam Wa Abâtilu Khusumihî" sebagaimana yang dikutip oleh Syahminan Zaini, mengatakan; al-Qur’an dan as-Sunah memberikan pengertian tentang manusia sebagai berikut: "Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan".30

Pengertian tersebut mengandung tiga unsur pokok, yaitu: Manusia adalah makhluk Allah, manusia bertanggung jawab, dan Manusia diciptakan dengan sifat-sifat Allah.

c. Alam

Menurut Islam, segala sesuatu yang selain Allah dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah disebut alam. Dengan demikian, sebenarnya manusia termasuk ke dalam sebahagian dari alam. Tetapi karena kedudukan dan martabat manusia yang istimewa, seperti telah dikemukakan di atas maka pembahasan tentang manusia dipisahkan dari pembahasan alam.

Perbedaan terpenting di antara Allah dengan ciptaan-Nya adalah jika Allah tak terhingga dan mutlak, maka setiap sesuatu yang diciptakan-Nya adalah terhingga. Setiap sesuatu memiliki potensi-potensi tertentu tetapi betapapun banyaknya potensi-potensi-potensi-potensi tersebut tidak dapat membuat yang terhingga melampaui keterhinggaannya dan menjadi tidak terhingga. Inilah yang dimaksudkan al-Qur’an ketika ia mengatakan bahwa setiap sesuatu selain daripada Allah “mempunyai ukurannya” dan oleh karena itu, tergantung kepada Allah.31

3. Kedudukan dan Fungsi Hadits

Hadits Nabi saw merupakan penafsiran al-Qur’an dalam praktek atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Demikian ini mengingat bahwa pribadi Rasulullah merupakan perwujudan dari

30

Zaini, Isi Pokok Ajaran Al-Qur'an, h. 87. 31


(26)

Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.32

Dalam beberapa tempat, penjelasan-penjelasan yang diisayaratkan oleh ayat-ayat al-Qur’an hanya bersifat umum mujmal atau mutlak. Misalnya tentang perintah shalat yang diungkapkan secara mujmal, tidak menerangkan bilangan rakaatnya, tidak menerangkan cara-caranya maupun syarat rukunnya.

Banyak hukum-hukum di dalam al-Qur’an yang di antaranya sulit dipahami atau dijalankan, bila tidak diperoleh keterangan dari hadits Nabi saw. Oleh sebab itu, para sahabat yang tidak memahami al-Qur’an perlu kembali kepada rasulullah saw, untuk memperoleh penjelasan yang diperlukan tentang ayat-ayat al-Qur’an.

Dengan demikian, maka hadits nabi saw berkedudukan sebagai sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

و

ا

آﺎ

ﺮ ا

ْﻮ

ل

ْو

و

آﺎ

ْ

ْ

ﺎْ

ْﻮ

ا

Artinya: "…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr: 7)

Kedudukan hadits terhadap al-Qur’an, sedikitnya mempunyai tiga fungsi pokok:

1. Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh al-Qur’an (sebgai Bayân Taqrîr),

Seperti:

روﺰ ا

لْﻮ

اﻮ ْﺟاو

نﺎ ْوﺄْا

ْﺟﺮ ا

اﻮ ْﺟﺎﻓ

Artinya: "…maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta…” (QS. Al-Haj: 30)

2. Memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih bersifat mujmal dan bersifat mutlaq (Bayân Tafsîr). Penjelasan Rasulullah terhadap ayat-ayat yang demikian dapat berupa:

a. Menafsilkan kemujmalannya, seperti perintah mengerjakan shalat, membayar zakat, dan menunaikan haji.

32

Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h 18.


(27)

b. Memberikan persyaratan, misalnya ketentuan tentang anak-anak dapat memusakai harta orang tuanya dan keluarganya. c. Memberi kekhususan (Bayân takhsîsh), ayat yang masih bersifat

umum, misalnya tentang keharaman bangkai dan darah.

3. Menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak didapati (diterangkan di dalam al-Qur’an), misalnya dalam masalah perkawinan. Allah menghalalkan persetubuhan dengan jalan nikah dan mengharamkannya lantaran zina. Maka bagaimanakah persetubuhan itu terjadi sesudah nikah memenuhi syarat? Maka Rasulullah bersabda:

Artinya: "Siapa saja wanita yang menikah tanpa ijin walinya maka nikahnya batal, maka kalau sudah terjadi persetubuhan dengannya maka dia berhak menerima mahar lantaran persetujuan itu." (HR. Abu Daud dan Turmudzi). 33

E. Metode Pengajaran

1. Definisi Metode Pengajaran

Menurut Ahmad Sabri, dalam bukunya startegi belajar mengajar & micro teaching menyatakan;

“Metode Pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran”.34

Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.

b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan ekspotasi.

c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

33

Ibid., hlm. 20. 34

Ahmad Sabri, Startegi Belajar Mengajar & Micro teaching, (Jakarta: QuantumTeaching, 2007), h. 49.


(28)

e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.35

2. Macam-macam Metode Pengajaran

Memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menarik. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung kepada tujuan, isi, proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar.36 Ditinjau dari segi penerapannya,

metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan di dalam kelas atau di luar kelas. Di bawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa metode mengajar dan penggunaanya.

a. Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan. Hubungan antara guru dan anak didik banyak menggunakan bahasa lisan.37

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, begitu juga sebaliknya.

c. Metode Diskusi

Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau menyelesaikan keputusan bersama. Dalam diskusi setiap orang diharapkan meberikan sumbangan pemikiran sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.

35

Ibid., hlm. 49-50. 36

Ibid., hlm. 50. 37


(29)

d. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil.

e. Metode Demonstrasi dan Eksprimen

Metode demonstarsi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru yang lebih aktif dari pada anak didik. Misalnya menggunakan kompor.38

Sedangkan metode eksprimen adalah metode pengajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama mengerjakan. Misalnya siswa mengerjakan sholat jum'at, merawat jenazah.39

f. Metode Problem Solving

Metode Problem Solving (Metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

g. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Metode Sosiodrama dan Bermain Peran adalah metode mengajar dengan mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, sedangakan bermain peran menekankan kenyataan dimana para siswa diikutsertakan dalam permainan peranan di dalam mendemontrasikan masalah-masalah sosial.

h. Metode Latihan (Drill)

Metode latihan (drill) pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. i. Metode Karyawisata

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Karyawisata

38

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 239. 39


(30)

adalah suatu karya penyajian bahan pelajaran dengan membawa siswa mengunjungi obyek yang akan dipelajari.

j. Metode Tugas Belajar dan Resitasi

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu tugas dilaksanakan di rumah, sekolah perpustakaan dan tempat lainnya. Metode tugas dan resitasi merangsang anak aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok.

3. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Pemberian tugas (resitasi) berasal dari bahasa inggris to cite yang artinya mengutip (re: kembali) yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini popular dengan bentuk PR (Pekerjaan Rumah).40

Dalam metode pemberian tugas guru dan murid harus mengetahui beberapa syarat yaitu:

a. Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang mereka pelajari sehingga murid di samping sanggup mengerjakannya juga sanggup menghubungkannya dengan pelajaran tertentu.

b. Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada murid akan dilaksanakannya sesuai dengan kesanggupannya dan kecerdasan yang dimilikinya.

c. Guru harus memberikan motivasi kepada murid bahwa tugas yang diberikan kepada mereka akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang timbul dari hati sanubarinya.

d. Jenis tugas yang diberikan kepada murid harus dimengerti benar-benar sehingga murid tidak ada keraguan dalam melaksanakannya.41

Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam

40

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 204. 41


(31)

kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan, bengkel, rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. 42

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dilaksanakan di rumah, sekolah perpustakaan dan tempat lainnya. Metode tugas dan resitasi merangsang anak aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok. Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan atau tulisan), tugas motorik, tugas laboratorium, dan lain-lain.

Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan tugas atau resitasi yaitu:

i. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

a) Tujuan yang akan dicapai

b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

c) Sesuai dengan kemampuan siswa ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.

d) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

ii. Langkah pelaksanaan tugas

1. Diberikan bimbingan/pengawasaan oleh guru. 2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

42

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 96.


(32)

4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

iii. Fase mepertanggungjawabkan tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:

a) Laporan siswa baik lisan/diskusi dari apa yang telah dikerjakannya.

b) Ada Tanya jawab/diskusi kelas.

c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengn tes maupun nontes atau cara lainnya. 43

Fase Mempetanggungjawabkan tugas inilah yang disebut "resitasi". Metode tugas atau resitasi mempunyai beberapa kelebihan antara lain:

(1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas balajar individual ataupun kelompok.

(2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.

(3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. (4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki kekurangan. Yaitu:

(1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.

(2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya yidak berpartisipasi dengan baik.

(3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

(4) Sering memberikan tugas yang monoton (tak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. 44

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metode resitasi adalah: Metode penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok agar mereka dapat melakukan kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas.

F. Evaluasi

1. Pengertian evaluasi

43

Ibid., hlm. 97 44


(33)

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab al-Taqdîr; dalam bahsa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.45

Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut defenisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjukkan kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.46

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan kuat dengan keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu atau etos kerja guru.47

Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (1985), evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaaan suatu obyek. Dalam melakukan suatu obyek, evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur judgement tentang nilai suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsur subyektif.48

Sejalan dengan pendapat di atas M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.49

Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran adalah penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah

45

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.1. 46

Ibid., h. 1. 47

Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), h. 17.

48

Ibid., h. 17. 49

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.


(34)

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.50

2. Fungsi Evaluasi

Dengan mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa hal:

a. Evaluasi berfungsi selektif.

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu, sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:

1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat

berikutnya.

3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah

dan sebagainya.

b. Evaluasi berfungsi diagnostic.

Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, akan diketahui pula sebab-musabab kelemahannya. Dengan demikian akan mudah dicari cara untuk mengatasinya.

c. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.

Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara Barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan

50


(35)

kemampuan adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Kelompok siswa yang mempunyai evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

d. Evaluasi berfungsi sebagi pengukuran keberhasilan.

Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yakni; guru, metode mengajar kurikulum, sarana dan sistem kurikulum. 51

3. Teknik Evaluasi

Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dalam pengajaran menurut Djamarah dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes.52 Hal ini juga sejalan dengan pendapat

Suharsimi Arikunto.53 Lebih lanjut Suharsimi menjelaskan bahwa evaluasi

yang tergolong teknik nontes yaitu: skala bertingkat (rating scale), kuesioner (questionair), daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan (observation) 54dan riwayat hidup.

Ada beberapa teknik non-tes yaitu: a. Skala bertingkat (rating scale)

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu nilai pertimbangan.

b. Kuesioner (questionnaire)

Kuesioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Tentang macam-macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:

1) Ditinjau dari siapa yang menjawab: 1. Kuesioner langsung

51

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 14-!5. 52

Ibid., h. 28-34. 53

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 26. 54


(36)

Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.

2. Kuesioner tidak langsung

Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untu mencari informasi tentang bahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.

2) Ditinjau dari segi cara menjawab: a) Kuesioner tertutup

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

b) Kuesioner terbuka

Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehinga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.

c. Daftar cocok (Check-list)

Yang dimaksud dengan daftar cocok (check-list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), di mana responden yang dievaluasi tinggal membumbuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan.

d. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi.

Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Interviu bebas, di mana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.


(37)

2) Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah diusun terlebih dahulu.

e. Pengamatan (observation)

Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Ada tiga macam observasi:

1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu, pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.

2) Observasi sistematik, yaitu observasi di mana faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis. Dan sudah diatur menurut katagorinya.

3) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpatisipasi dalam kelompok.

f. Riwayat hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari obyek yang dimulai.

4. Tujuan evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar anak didik dan memberikan masukan kepada guru mengenai yang dia lakukan dalam pengajaran. Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan guru bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikannya sudah dikuasai atau belum oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. 55

Menurut Sudirman N., sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Bahri mengatakan, tujuan penilaian dalam proses belajar mengajar adalah:

a. Mengambil keputusan tentang hasil belajar. b. Memahami anak didik.

55


(38)

c. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.

Lebih lanjut beliau mengatakan, pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar. Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh:

1) Kemampuan anak didik yang rendah.

2) Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak. 3) Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai

dengan waktu yang diberikan.

4) Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan. 56

Di samping itu, pengambilan keputusan juga diperlukan untuk memahami anak didik dan mengetahui sejauh mana dapat diberikan bantuan terhadap kekurangan-kekurangan anak didik. Evaluasi juga bermaksud memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.

Daryanto menjelaskan bahwa tujuan evaluasi adalah mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.57

Menurut Suharsimi tujuan penilaian memiliki tiga fungsi; selektif, diagnostic, penempatan, dan sebagi pengukur keberhasilan.58 Penilaian

yang berfungsi sebagi selektif biasanya digunakan untuk menyeleksi siswa, seperti untuk menjaring siswa baru, siswa yang dapat naik kelas dan lain sebagainya. Sedangkan diagnostic dipergunakan untuk melihat kebaikan dan kelemahan siswa. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari untuk mengatasi. Penilaian yang berfungsi sebagai penempatan digunakan untuk mengelompokkan dan menentukan di antara beberapa siswa yang memiliki kemampuan dan memiliki kelemahan. Yang terakhir adalah sebagai pengukur keberhasilan. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.59

Dari beberapa pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara belajar mengajar,

56

Ibid., h. 247. 57

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, h. 11. 58

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 10. 59


(39)

mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didik, serta menempatkan anak didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki atau mendalami dan memperluas pengajaran, serta untuk memberitahukan kepada para orang tua/wali anak didik mengenai penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusan anak didik.

Oleh karena itu yang dimaksud dengan evaluasi adalah penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil penilaian tersebut dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan pada

para siswa kelas II semester genap tahun ajaran 2006/2007. Adapun penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2007.

B.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei melalui

studi deskriptif dan korelasional. Survei merupakan teknik pengumpulan data

dengan menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini disebarkan pada 30

respoden yang merupakan sample penelitian. Survei pada umumnya dilakukan

untuk mencari informasi yang jelas secara empirik dan akan digunakan untuk

memecahkan suatu masalah. Jelasnya, penelitian ini untuk mencari informasi

tentang; ”Pengaruh Metode Pemberian Tugas dalam Pengajaran al-Qur’an dan

Hadits terhadap Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik”.

Studi korelasional ini digunakan untuk menemukan atau memperjelas

hubungan antara dua variabel yakni; Metode Pemberian Tugas dalam Pengajaran

al-Qur’an dan Hadits (sebagai variabel X), dan Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik

(sebagai variabel Y), melalui penggunaan koefisien korelasi.


(40)

Variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan menjadi obyek penelitian.

Dengan demikian

,

dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yaitu implikasi

metode pemberian tugas al-Qur'an dan Hadits sebagai variabel bebas

(Independent

Variabel)

sedangkan nilai evaluasi akhir peserta didik sebagai variabel terikat

(Dependent Variabel).

1.

Metode Resitasi dalam Pengajaran Al- Qur'an dan Hadits (X).

a.

Definisi Konseptual

Metode resitasi adalah: Metode penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar dapat melakukan kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas.60

b.

Definisi Operasional

Definisi operasional metode resitasi adalah skor yang diperoleh berdasarkan penilaian siswa terhadap instrumen yang mengukur (1) tugas secara individu di dalam kelas, (2) tugas secara individu di luar kelas, (3) tugas siswa secara kelompok di dalam kelas, dan (4) tugas siswa secara kelompok di luar kelas.

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen Variabel Metode Resitasi dalam Pengajaran Al-

Qur'an dan Hadits (X)

No Indikator

Item

Jumlah

1 Tugas siswa secara

individu di dalam

kelas

1.2.3.4.5.10.11.12.13.

9

2 Tugas siswa secara

individu di luar

kelas

6.7.8.9.14.15 6

3 Tugas siswa secara

kelompok di kelas

16.20. 2

4 Tugas siswa secara

kelompok di luar

kelas

17.18.19. 3

60

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 96.


(41)

Jumlah

20 20

2.

Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik (Y)

a.

Definisi Konseptual

Evaluasi adalah penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil penilaian tersebut dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. 61

b.

Definisi Operasional

Definisi operasional evaluasi adalah skor yang diperoleh

berdasarkan penilaian siswa terhadap instrumen yang mengukur (1) kemampuan kognitif, (2) kemampuan afektif, (3) kemampuan

psikomotorik.

Tabel 2

Kisi-kisi instrumen Variabel Nilai Evaluasi Akhir Peserta Didik (Y)

No Indikator

Nomor

Butir

Jumlah

1 Kemampuan

Kognitif 1.2.3.4.5.7.15.16.

8

2 Kemampuan

Afektif

6.8..9.10.11.12.13.14.

8

3 Kemampuan

Psikomotor

17.18.19.20.

4

Jumlah

20

20

D.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia,

hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang

menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.

62

Populasi dalam penelitian

ini adalah semua siswa yang sedang duduk dibangku kelas 2 MTsN 3 Pondok

Pinang Jakarta Selatan.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Guna menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis

menggunakan teknik sampling. sedangkan sample dalam penelitian ini adalah 30 siswa/siswi kelas II tahun pelajaran 2006/2007. Teknik pengambilan

61

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 277. 62


(1)

11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 324 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 17 289 14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 16 256 15 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 289 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 17 289 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 361 18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17 289 19 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324 20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17 289 21 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16 256 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18 324 24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361 25 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 289 26 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 16 256 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 16 256


(2)

28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 17 289 29 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 289 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 361 Jumlah 529 9383


(3)

Tabel 50

Tabel Perhitungan Variabel X dan Y

Responden X X² Y Y² XY

1 44 1936 16 256 704

2 55 3025 17 289 935

3 61 3721 20 400 1220

4 72 5184 19 361 1368

5 65 4225 20 400 1300

6 54 2916 17 289 918

7 56 3136 19 361 1064

8 55 3025 16 256 880

9 61 3721 16 256 976

10 53 2809 18 324 954

11 53 2809 18 324 954

12 54 2916 20 400 1080

13 54 2916 17 289 918

14 63 3969 16 256 1008

15 56 3136 17 289 952

16 50 2500 17 289 850

17 60 3600 19 361 1140

18 51 2601 17 289 867

19 63 3969 18 324 1134

20 56 3136 17 289 952

21 45 2025 16 256 720

22 53 2809 20 400 1060


(4)

24 66 4356 19 361 1254

25 60 3600 17 289 1020

26 52 2704 16 256 832

27 58 3364 16 256 928

28 59 3481 17 289 1003

29 41 1681 17 289 697

30 62 3844 19 361 1178


(5)

STRUKTUR ORGANISASI

MTSN 3 PONDOK PINANG

JAKARTA SELATAN

2006/2007

Waka. Bid. Kesiswaan

Maikon, S.Ag

Waka. Bid. Kurikulum

Drs. Badrun Fuady

KETUA KOMITE

Ir. H. Rahmat Hidayat Misar

KEPALA SEKOLAH

Drs. H. Rahmat Syah

Kepala TU

Dwi Hartini, BA

Waka. Bid. Humas & Litbang

Dra. Ernawati

SISWA

WALI KELAS


(6)