Pengertian Produk Domestik Regional Bruto PDRB

12 Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mempunyai kandungan arti yang lebih luas yang mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh, analisis yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi semata dianggap kurang sempurna. Hal ini disebabkan apabila terjadi peningkatan output dan pendapatan daerah belum tentu meningkatkan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, Setiawan 2006:18.

1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Menurut Badan Pusat Statistik 2002:3, PDRB mempunyai pengertian sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang digunakan, yaitu: a. Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun. b. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi : 1 Upahgaji balas jasa faktor produksi tenaga kerja 2 Sewa tanah balas jasa faktor produksi tanah 13 3 Bunga modal balas jasa faktor produksi modal 4 Keuntungan balas jasa faktor produksi wiraswastaskill c. Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu: 1 Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung nirlaba dan pemerintah. 2 Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto. 3 Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto. d. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang- kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan penghitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sebagai contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan kantor cabang tidak mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena perhitungan rugi-laba dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi hal itu penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh kantor pusat dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang terhadap kantor pusat. Saerofi, 2005:19. 14 PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu tahun dasar, dalam penelitian ini, penghitungan yang digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar. Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah bruto NTB atas harga konstan, yaitu: a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Selanjutnya NTB atas dasar hargakonstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara. b. Ekstrapolasi Metode ini dilakukan dengan cara nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi misalnya tenaga kerja. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap penghitungan output atas dasar harga konstan. Kemudian dengan menggunakan rasio 15 tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. c. Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen IHK, Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. d. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan ouput atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. 16

2. Model Basis Ekonomi