Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahtraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai wujud peningkatan kesejahtraan lahir maupun batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, bersama sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah. Fahrurrazy, 2009:11. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Arsyad, 2010:374. Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pembangunan daerah dapat terlaksana dengan kondusif, karena ditunjang adanya otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk undang-undang, yaitu UU. No.22 2 Tahun 1999 sekarang UU tersebut diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU. No 25 Tahun 1999 sekarang diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Lahirnya undang-undang tersebut disambut positif oleh banyak kalangan dengan segenap harapan bahwa melalui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupatenkota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di daerahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi pembangunan ekonomi di daerah yang telah dilaksanakan maupun dalam perumusan perencanaan di masa yang akan datang. Dini, 2007:2. 3 Sejak Tahun 2001, dengan diberlakukanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah Daerah sekarang UU tersebut diganti dengan UU No.32 Tahun 2004, maka pembangunan daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara terus-menerus untuk menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan menuntut pihak pemerintah daerah untuk lebih mengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta sektor potensi daerah. Dini 2007:4, mengemukakan bahwa pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan ekonomi daerah, keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah PAD yang dapat diterima keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik materil dan non materil. Agar dapat memenuhi kriteria luas dan strategi tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran- sasaran yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra kedua daerah dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua daerah. Studi mengenai pertumbuhan ekonomi disuatu daerah oleh beberapa peneliti telah dilakukan, salah satunya Dini 2007, dimana peneliti menganalisis pertumbuhan ekonomi ekonomi yang melibatkan satu wilayah yaitu Kota Tanggerang sebagai bahan penelitian. 4 Berpedoman pada penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan studi yang sama namun dengan cakupan daerah yang lebih luas. Dua daerah di provinsi Banten dipilih untuk studi ini, yaitu Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Alasan memilih kedua daerah tersebut sebagai lokasi dari studi penelitian ini karena pada masing-masing daerah mempunyai karakteristik ekonomi yang berbeda. Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB merupakan indikator penting di suatu daerah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barangjasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto PDRB masing- masing daerah, dimana sektor perekonomian diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia KLUI yang terdiri dari 9 sembilan sektor, yaitu: 1 Sektor Pertanian, 2 Sektor Pertambangan dan Penggalian, 3 Sektor Industri Pengolahan, 4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, 5 Sektor Bangunan, 6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, 8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta 9 Sektor Jasa-Jasa. Berikut ini adalah tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dalam perekonomian Kabupaten Serang dan Kota Cilegon selama 2004 s.d. 2008 5 Tabel 1.1 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 s.d. 2008 Persentase Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 13,97 13,63 13,39 15,26 15,38 Pertambangan Penggalian 0,06 0,06 0,06 0,08 0,08 Industri Pengolahan 49,21 48,41 47,72 63,02 61,70 Listrik, Gas Air Bersih 5,15 4,91 4,62 5,14 4,84 Bangunan 6,30 6,43 6,59 2,17 2,29 Perdagangan, Hotel Restoran 10,43 10,61 10,75 6,55 7,32 Pengangkutan Komunikasi 3,37 3,75 4,05 2,96 3,14 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 3,16 4,10 4,45 2,26 2,44 Jasa-jasa 8,08 8,10 8,37 2,56 2,82 Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Serang berbagai edisi. Tabel 1.2 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Cilegon Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 s.d. 2008 Persentase Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 2,62 2,49 2,37 2,28 2,24 Pertambangan Penggalian 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 Industri Pengolahan 59,32 59,13 59,24 58,47 57,50 Listrik, Gas Air Bersih 12,14 11,85 10,62 9,60 8,63 Bangunan 0,44 0,46 0,47 0,50 0,54 Perdagangan, Hotel Restoran 11,94 12,53 13,58 14,93 16,51 Pengangkutan Komunikasi 9,01 8,94 8,91 9,03 9,22 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 3,07 3,13 3,29 3,60 3,72 Jasa-jasa 1,38 1,38 1,42 1,51 1,58 Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Cilegon berbagai edisi. Peranan setiap sektor ekonomi dalam perekonomian dapat kita ketahui dengan angka distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ADHB seperti yang tertera pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Menurut tabel 1.1 dan 1.2, terlihat bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling rendah baik dalam perekonomian Kabupaten Serang maupun Kota Cilegon 6 yang pada tahun 2004 sebesar 0,06 persen untuk Kabupaten Serang dan 0,08 persen untuk Kota Cilegon. Sementara konstribusi terbesar dalam perekonomian kedua daerah disumbang oleh sektor Industri Pengolahan yang mempunyai sumbangan paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Serang hingga mencapai angka sekitar 49,21 persen dan Kota Cilegon mempunyai persentase lebih besar hingga angkanya mencapai 59,32 pada tahun yang sama dibandingkan dengan Kabupaten Serang. Ketimpangan seperti ini tidak hanya terjadi pada tahun 2004 tetapi sudah terjadi pada beberapa tahun sebelumnya. Secara karakteristik keduanya memiliki perbedaan meskipun berada dalam satu provinsi yaitu: Tabel 1.3 Perbedaan Kabupaten Serang dan Kota Cilegon No Kabupaten Serang Kota Cilegon 1 Berbentuk sebuah kabupaten, yang terdiri dari 28 kecamatan. Berbentu sebuah kota dengan jumlah kecamatan lebih sedikit yaitu 8 kecamatan. 2 Jumlah penduduk lebih padat dengan luas daerah yang lebih besar 1. 734,09 Km 2 . Jumlah penduduk relatif padat akan tetapi luas daerah lebih sempit 175,50 Km 2 . 3 Dengan daerah yang lebih luas maka luas lahan yang dimanfaatkan untuk perekonomian lebih besar. Berbatasan langsung dengan akses penghubung Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Dengan kondisi distribusi dan karakteristik diatas terlihat jelas bahwa kedua daerah mempunyai potensi ekonomi dan sumberdaya yang berlainan. Berdasarakan uraian diatas maka penelitian ini akan menganalisis potensi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon pada tahun 2004-2008. 7

B. Rumusan Masalah Penelitian