14
organisasi dibandingkan laki-laki. Manajerial stereotypes memberikan pengertian manajer yang sukses, sebagai seseorang yang memiliki sikap,
perilaku, dan temperamen yang umumnya lebih dimiliki laki-laki
dibanding wanita.
Bidang akuntan publik merupakan salah satu bidang kerja yang paling sulit bagi wanita karena intensitas pekerjaan. Meski demikian,
bidang ini adalah bidang yang sangat potensial terhadap perubahan, dan perubahan tersebut dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi wanita.
Sangat mudah untuk mengetahui mengapa jumlah wanita yang menjadi partner lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu alasan yang
dikemukakannya adalah adanya kebudayaan yang diciptakan untuk laki- laki patriarkhi, kemudian adanya stereotype tentang wanita, terutama
adanya pendapat yang menyatakan, bahwa wanita mempunyai keterikatan komitmen pada keluarga, yang lebih besar daripada keterikatan
komitmen terhadap karier.
3. Teori Gender
Sanderson 1995; Trisnawati 2003 dalam Yusfi 2009 mengemukakan bahwa beberapa teori dasar dalam membedah sekaligus
membenarkan perbedaan sifat, posisi dan peran antara laki-laki dan perempuan adalah:
a. Teori Nature atau Kodrat Alam
Teori ini mengatakan bahwa secara biologis antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Perbedaan ini mengacu pada bentuk
15
fisik dan jenis kelamin. Perbedaan kodrat biologis ini berakibat pada perbedaan psikologis antara keduanya. Perempuan cenderung lebih
halus, penyabar dan kasih sayang sedangkan laki-laki cenderung kasar dan egois.
b. Teori Nurture atau kebudayaan
Teori ini tidak setuju bahwa pemilahan posisi dan peran laki-laki dan perempuan merupakan kodrat alam namun pemilahan dan juga
keunggulan laki-laki disebabkan karena elaborasi kebudayaan terhadap biologis masing-masing. Dengan demikian apa yang disebut sebagai
sifat kelelakian dan keperempuanan merupakan hasil pemupukan melalui kebudayaan, lebih khususnya melalui pendidikan.
c. Teori Psikoanalisis
Teori ini ditemukan oleh Freud yang berpangkal pada penis evny ciri kepada kelamin laki-laki. Anak perempuan ketika melihat kelamin
laki-laki cenderung menjadi iri karena kelamin yang dimilikinya lebih kecil
dibandingkan laki-laki.
Akibatnya anak
perempuan mengembangkan perasaan rendah diri bila berhadapan dengan laki-laki.
d. Teori Fungsionalisme Struktural
Menurut teori ini, penyimpangan yang melanggar normal akan menghasilkan gejolak maka diperlukan harmoni dan integritas yang
fungsional dapat ditegakkan di masyarakat. Pemilahan peran antar laki- laki dan perempuan seperti yang terjadi saat ini merupakan pengaturan
yang paling baik untuk terwujudnya harmoni dalam masyarakat.
16
4. Perkembangan Gender
Secara fisiologis, laki-laki dan perempuan memang berbeda. Hal ini pula yang tampaknya diyakini sebagai penyebab perbedaan kepribadian
antara keduanya. Perbedaan ini membuat ahli psikologi tertarik untuk mengkajinya lebih jauh. Ketertarikan ini semakin meningkat dengan
adanya Women’s Liberation Movement.
Di dalam kehidupan sehari-hari, upaya membedakan laki-laki dan perempuan, baik didasari maupun tidak, telah berlangsung sejak bayi
dilahirkan. Pembedaan tersebut antara dilakukan antara lain melalui pemilihan model dan warna pakaian, jenis permainan, dan pemberian
ganjaran atau hukuman atas perilaku yang ditampilkan. Beberapa aliran dalam psikologi menjelaskan perkembangan
gender sesuai dengan pendekatan masing-masing. Teori psikaonalisa menjelaskan bahwa tercapainya pemahaman atas identitas gender
diperoleh melalui mekanisme identifikasi yang dilakukan anak terhadap sosok orang tuanya. Identifikasi ini yang menjadi faktor penting dalam
perkembangan kepribadian. Namun, saat ini ahli psikologi lebih suka menjelaskan
perkembangan gender melalui teori belajar-sosial social-learning dan kognitif. Menurut teori belajar-sosial, seorang anak mempelajari identitas
dan peran gender sama saja dengan mempelajari perilaku lainnya, yaitu melalui proses mengamati dan meniru seorang model. Teori
perkembangan kognitif menjelaskan bahwa seseorang akan mempelajari
17
dirinya sebagai laki-laki atau perempuan karena orang lain menyebutnya demikian. Selanjutnya dia akan belajar mengenai gender dengan cara
memikirkan berbagai peristiwa yang dialaminya. Pada akhirnya anak akan mampu membedakan bahwa dirinya dan sekelompok anak lainnya berjenis
kelamin tertentu dan anak lain berjenis kelamin yang berbeda, serta memilih peran jenis kelamin yang sesuai dengan dirinya Diana Elfida dan
Nanik, 2002.
B. Kepuasan Kerja