14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
alat bedah, Hemositometer improved neubeur NESCO, mikro pipet Eppendorf research  plus,  miskroskop  motic  B1  series  dan  miskroskop  optik  motic
BA310.
3.4 Rancangan penelitian
Penelitian  ini  merupakan  eksperimen  murni  dengan  rancangan  acak lengkap  RAL  dengan  beberapa  kondisi  perlakuan.  Perlakuan  dikelompokkan
menjadi 4 bagian dengan masing-masing 5 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley  WHO,  2000.  Empat  kelompok  tersebut  terdiri  kelompok  kontrol  dan
kelompok  yang  diberikan  ekstrak  etil  asetat  lumut  hati  Mastigophora  diclados dengan 3 dosis yang berbeda.
Tabel 3.1. Pembagian kelompok hewan uji berdasarkan perlakuannya
Kelompok Jumlah
Tikus Perlakuan
Lama Perlakuan
Bagian yang
Digunakan
I Kontrol
5 Kelompok I, diberi air suling
48 Hari Kauda
epididimis dan testis
II Dosis
Rendah 5
Kelompok II,
diberi ekstrak
suspensi  ekstrak  etil  asetat  lumut hati  Mastigophora  diclados  dengan
dosis 1 mgkgBB 48 Hari
Kauda epididimis
dan testis
III Dosis
Sedang 5
Kelompok III,
diberi ekstrak
suspensi  ekstrak  etil  asetat  lumut hati  Mastigophora  diclados  dengan
dosis 10 mgkgBB 48 Hari
Kauda epididimis
dan testis
IV Dosis
Tinggi 5
Kelompok IV,
diberi ekstrak
suspensi  ekstrak  etil  asetat  lumut hati  Mastigophora  diclados  dengan
dosis 100 mgkgBB 48 Hari
Kauda epididimis
dan testis
3.5 Kegiatan penelitian
3.5.1 Persiapan hewan uji
Hewan  coba  yang  di  gunakan  adalah  tikus  putih  jantan  galur  Sprague Dawley  berumur  7-8  minggu  dengan  berat  badan  200-350  gram  diaklimatisasi
selama  tiga  minggu  agar  dapat  menyesuaikan  dengan  lingkungannya.  Selama proses  adaptasi,  dilakukan  pengamatan  kondisi  umum  dan  penimbangan  berat
badan.
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5.2 Pemberian perlakuan
Penelitian  ini  menggunakan  20  ekor  tikus  putih  jantan  galur  Sprague Dawley  yang  diberikan  4  perlakuan  yang  berbeda.  Masing-masing  perlakuan
terdiri atas 5 ekor tikus putih jantan. Ekstrak etil asetat lumut hati  Mastigophora diclados  disuspensikan  dalam  pembawa  natrium  karboksi  metil  selulosa
NaCMC 0,5 dengan dosis yang telah ditentukan, diberikan secara oral dengan menggunakan  sonde.  Pemberian  ekstrak  diberikan  peroral  satu  hari  sekali  setiap
pagi  hari  dan  dilakukan  selama  48  hari  sesuai  dengan  siklus  spermatogenesis Krinke, 2000.
3.5.3 Pengukuran parameter uji
Tikus jantan putih galur Sprague Dawley yang digunakan pada hari ke-49 dibius dengan eter, kemudian dibedah diambil testis dan kauda epididimis.
3.5.3.1 Pengukuran Bobot Testis Arini, 2012
Pengukuran  ini  dilakukan  dengan  cara  menimbang  testis  menggunakan timbangan  analitik.  Hasil  bobot    testis  tikus  yang  diberi  perlakuan  dibandingkan
dengan bobot testis tikus kontrol.
3.5.3.2 Pengukuran Konsentrasi Spermatozoa Ilyas, 2007
Pengukuran  konsentrasi  spermatozoa  dilakukan  dengan  cara  mengambil spermatozoa  pada  kauda  epididimis.  Spermatozoa  yang  didapat  diletakkan  pada
kaca  arloji  yang  berisi  cairan  NaCl  fisiologis  0,9  sebanyak  500  μL. Spermatozoa  dimasukkan  kedalam  bilik  hitung  Neubauer  Hemasitometer
sampai bilik hitung Neubauer terisi rata. Kemudian dihitung jumlah spermatozoa pada  salah  satu  bilik  hitung  Neubauer  dan  selanjutnya  ditentukan  pengenceran
yang akan dilakukan dan jumlah kotak yang akan dihitung Tabel 3.2
Tabel 3.2. Pengenceran yang dilakukan dan kotak yang dihitung
No. Jumlah spermatozoa dalam
satu kotak Pengenceran
Kotak yang dihitung
1. 40
50 kali 5
2. 15-40
20 kali 10
3. 15
10 kali 25
Dilakukan  pengenceran  spermatozoa  berdasarkan  jumlah  spermatozoa yang terhitung.