19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil  perhitungan  konsentrasi  spermatozoa  tikus  setelah  pemberian ekstrak etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.2. Rerata konsentrasi spermatozoa tikus
No  Kelompok Rerata Konsentrasi Spermatozoa Tiap
Kelompok JutamL ± SD
1. Kontrol
50,00±2,46 2.
Dosis Rendah 1 mgkgBB 50,50±2,84
3. Dosis Sedang 10 mgkgBB
61,50±2,82 4.
Dosis Tinggi 100 mgkgBB 90,75±3,40
Gambar 4.1. Grafik rerata konsentrasi spermatozoa tikus setelah diberi
perlakuan selama 48 hari
4.1.3 Pengamatan Morfologi Spermatozoa
Persentase  morfologi  tikus  yang  abnormal  yang  diperoleh  dilakukan  uji persyaratan  yaitu  uji  homogenitas  dan  uji  normalitas.  Hasil  uji  normalitas
Shapiro-Wilk  dan  uji  homogenitas  Levene  menunjukkan  bahwa  data  persentase sperma  yang  abnormal  terdistribusi  normal
p ≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05. Kemudian dilakukan analisis dengan uji one way ANOVA, hasilnya menunjukkan
menunjukkan nilai  signifikan  0,001  p    0,05.  Selanjutnya  dilakukan  uji  LSD
dengan  Post  Hoc  test yang  hasilnya  terdapat  perbedaan  bermakna  p    0,05
antara  kelompok  kontrol  dengan  kelompok  yang  diberikan  ekstrak,  namun  tidak terdapat  perbedaan  bermakna  antar  kelompok  yang  diberikan  ektrak
Mastigophora diclados dengan berbagai dosis p ≥ 0,05. Analisis statistik dapat
dilihat pada Lampiran 15.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0 mgkgBB 1 mgkgBB
10 mgkgBB 100 mgkgBB
K o
ns ent
ra si Sperm
a to
zo a
m L
j uta
Dosis Mastigophora diclados
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil pengamatan morfologi spermatozoa tikus setelah pemberian ekstrak etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Rerata persentase morfologi sperma yang abnormal
No Kelompok
Rerata sperma abnormal tiap
kelompok  ±SD
1. Kontrol
9,08±1,02 2.
Dosis Rendah 1 mgkgBB 6,66±1.00
3. Dosis Sedang 10 mgkgBB
6,58±0,80 4.
Dosis Tinggi 100 mgkgBB 5,48±1,22
Gambar 4.2. Grafik rerata persentase sperma yang abnormal tikus setelah
diberi perlakuan selama 48 hari
4.1.4 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus
Hasil  pengukuran  diameter  tubulus  seminiferus  tikus  setelah  pemberian ekstrak etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.4. Rerata diameter tubulus seminiferus
No Kelompok
Rerata Diameter Tubulus Seminiferus
μm  ˃SD
1. Kontrol
178,33±8,83 2.
Dosis Rendah 1 mgkgBB 165,74±34,71
3. Dosis Sedang 10 mgkgBB
180,08±20.22 4.
Dosis Tinggi 100 mgkgBB 188,32±17,59
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
0 mgkgBB 1 mgkgBB
10 mgkgBB 100 mgkgBB
P er
sent a
se m
o rf
o lo
g i
sperm a
y a
ng
a bn
o rm
a l
Dosis ekstrak Mastigophora diclados
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.5. Grafik rerata diameter tubulus seminiferus tikus setelah diberi
perlakuan selama 48 hari Data  diameter  tubulus  seminiferus  yang  diperoleh  dilakukan  uji
persyaratan  yaitu  uji  homogenitas  dan  uji  normalitas.  Hasil  uji  normalitas Shapiro-Wilk  dan  uji  homogenitas  Levene  menunjukkan  bahwa  data  diameter
tubulus seminiferus tidak terdistribusi normal p   0,05 dan tidak homogen p
0,05  sehingga  data  diuji  lebih  lanjut  dengan  uji  Kruskal  Wallis.  Hasilnya menunjukkan  tidak  ada  perbedaan  yang  ber
makna  p  ≥  0,05  karena  nilai signifikansi 0,574. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 16.
4.1.5 Pengukuran Tebal Sel Germinal
Hasil  pengukuran  tebal  sel  germinal  tikus  setelah  pemberian  ekstrak  etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Rerata tebal sel germinal
No Kelompok
Rerata Tebal Sel Germinal
μm  ˃SD
1. Kontrol
84,55±3,65 2.
Dosis Rendah 1 mgkgBB 90,30±7,07
3. Dosis Sedang 10 mgkgBB
87,99±10,07 4.
Dosis Tinggi 100 mgkgBB 92,69±7,99
150 155
160 165
170 175
180 185
190 195
0 mgkgBB 1 mgkgBB
10 mgkgBB 100 mgkgBB
Dia m
et er
t ub
ulu s
sem ini
fer us
μm
Dosis ekstrak Mastigophora diclados
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.5. Grafik rerata tebal sel germinal tikus setelah diberi perlakuan
selama 48 hari Data tebal sel germinal yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yaitu uji
homogenitas  dan  uji  normalitas.  Hasil  uji  normalitas  Shapiro-Wilk  dan  uji homogenitas  Levene  menunjukkan  bahwa  data  tebal  sel  germinal  terdistribusi
normal p   0,05 dan homogen p   0,05. Kemudian dilakukan analisis dengan
uji one way ANOVA, hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,396. Hasil menunjukkan  tidak  a
da  perbedaan  yang  bermakna  p  ≥  0,05.  Hasil  analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 17.
4.2 Pembahasan
Penelitian  ini  menggunakan  ekstrak  etil  asetat  lumut  hati  Mastigophora diclados.  Ekstrak  ini  digunakan  karena  Mastigophora  diclados  memiliki
kandungan  sesquiterpenoid  yaitu  herbertenediol  dan  --mastigophorene  D.  yang mempunyai  aktivitas  antioksidan  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  vitamin  C
Komala  et  al.,  2010.  Pemberian  vitamin  C  sebagai  antioksidan  pada  mencit setelah  pemberian  tembakau  dapat  memperbaiki  spermatogenesis  dan
meningkatkan kualitas sperma Nugraheni et al., 2003. Sperma merupakan hasil perkembangan spermatogonia. Proses ini disebut
spermatogenesis.  Jika  proses  spermatogenesis  terganggu,  maka  hasil  dari spermatogenesis  juga  akan  terganggu.  Salah  satu  penyebab  terganggunya  proses
ini adalah adanya radikal bebas. Banyak  senyawa,  ketika  dimetabolisme  oleh  sel-sel  dapat  menyebabkan
meningkatnya  radikal  bebas,  yang  akan  bereaksi  dengan  oksigen  sehingga
80 82
84 86
88 90
92 94
0 mgkgBB 1 mgkgBB
10 mgkgBB 100 mgkgBB
T eba
l sel
g er
m ina
l μ
m
Dosis Mastigophora dicladosis