Pengukuran Tebal Sel Germinal
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ekstrak Mastigophora dapat menurunkan persentase sperma yang abnormal. Sejalan
dengan bertambahnya dosis ekstrak yang diberikan semakin kecil persentase sperma yang abnormal. Persentase morfologi sperma yang abnormal pada
kelompok kontrol sebesar 9,08. Batasan fertil adalah bila lebih dari 12 morfologi spermatozoa yang normal Guzick et al., 2001. Jadi, kelompok kontrol
masih termasuk kedalam kategori fertil sehingga dapat dijadikan acuan, yang mana lebih dari 12 morfologi spermatozoa yang normal.
Pada penilaian densitas sel spermatogenik, parameter yang dinilai adalah diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal. Hasilnya menunjukkan
adanya peningkatan diameter tubulus seminiferus dari kelompok kontrol ke kelompok dosis tinggi dan se
dang tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna p ≥ 0,05. Pada tebal sel germinal terdapat peningkatan antar setiap kelompok.
Peningkatannya berbanding lurus dengan dosis yang diberikan namun peningkatan ini
tidak terdapat perbedaan yang bermakna p ≥ 0,05. Pada hasil analisis diameter dan tebal sel germinal ada peningkatan tetapi tidak bermakna,
hal ini mungkin dikarenakan belum tercapainya dosis ekstrak Mastigophora diclados yang paling optimal untuk meningkatkan parameter ini secara bermakna.
Selanjutnya, hasil analisis dari data bobot testis menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna p ≥ 0,5 antara bobot testis kelompok kontrol dibandingkan dengan
kelompok yang diberikan ekstrak. Jadi, dengan pemberian ekstrak Mastigophora diclados selama 48 hari
terdapat perbaikan dalam konsentrasi dan morfologi sperma, diameter tubulus seminiferus, serta tebal sel germinal hal ini diduga disebabkan adanya pencegahan
produksi radikal bebas oleh antioksidan yang dimiliki oleh lumut hati Mastigophora diclados. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Turk
et al. 2007 bahwa dengan pemberian jus delima yang memiliki aktivitas antioksidan, dapat meningkatkan kualitas sperma dan densitas sel spermatogenik.
Sedangkan pada bobot testis tidak ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok, hal ini didukung oleh penelitian Wu et al. 1873 yang mengatakan
bahwa senyawa antioksidan kemungkinan kurang berpengaruh terhadap bobot testis, tetapi lebih berpengaruh pada struktur spermatozoa.
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta