Pengamatan Morfologi Spermatozoa Hasil Penelitian
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menimbulkan reactive oxygen spesies ROS. ROS biasanya disintesis dalam beberapa proses metabolisme penting untuk sel termasuk spermatozoa. Namun,
ketika ROS diproduksi berlebihan dapat menginduksi pembentukan peroksida lipid Turk et al., 2007.
ROS dapat bereaksi dengan banyak molekul intraseluler, terutama asam lemak tak jenuh fosfolipid, glikolipid, gliserida, dan sterol dan protein
transmembran yang mempunyai asam amino yang mudah teroksidasi. Oksidasi molekul-molekul ini menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sel. ROS
dapat menyerang ikatan tak jenuh membran lipid. Dengan demikian, kenaikan radikal bebas dalam sel dapat menginduksi peroksidasi lipid oleh kerusakan
oksidatif asam lemak tak jenuh dalam membran sel Turk et al., 2007. Hal ini yang menyebabkan spermatozoa sangat rentan terhadap kerusakan
peroksidatif karena mengandung asam lemak tak jenuh. Peroksidasi lipid sperma akan menghancurkan struktur matriks lipid dalam membran spermatozoa, yang
berhubungan dengan cepat hilangnya ATP intraseluler yang menyebabkan peningkatan morfologi sperma yang abnormal, serta dapat menghambat
spermatogenesis pada kasus yang ekstrem Turk et al., 2007. Pembentukan ROS dapat ditekan dengan antioksidan. Oleh karena itu,
dengan memberikan senyawa yang dapat menekan ROS dapat meningkatkan kualitas dari sperma sehingga meningkatkan fertilitas pada pria Turk et al., 2008;
Khaki et al., 2009. Untuk melihat hubungan antara pengaruh aktivitas antioksidan yang
terkandung dalam ekstrak dengan kemampuan meningkatkan kualitas sperma dan densitas sel spermatogenik, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan 20
ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang berusia 7-8 minggu dengan bobot 200-350 gram. Galur ini dipilih karena pada penelitian Wilkison et al.
2000 menyatakan bahwa Sprague Dawley memiliki konsentrasi spermatozoa pada epididimis lebih tinggi dibandingkan tikus lain.
Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan ekstrak Mastigophora diclados dengan dosis 1
mgkgBB, 10 mgkgBB, serta 100 mgkgBB. Kelompok kontrol diberikan suspensi NaCMC 0,05 dan kelompok yang diberikan ekstrak, diberikan ekstrak
yang telah tersuspensi dalam NaCMC 0,5. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Penentuan jumlah tikus yang digunakan dalam satu kelompok berdasarkan
Research Guidelines For Evaluating The Safety And Efficacy Of Herbal
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Medicines WHO, 2000 yang menyatakan bahwa untuk hewan pengerat masing- masing kelompok perlakuan setidaknya terdiri dari 5 ekor. Hewan uji kemudian
diaklimatisasi selama 3 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Pemberian ekstrak dilakukan secara peroral dengan menggunakan sonde kepada hewan uji setiap hari selama 48 hari, sesuai dengan tahapan
spermatogenesis. Sebelum pemberian suspensi, dilakukan penimbangan tikus, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak suspensi yang akan diberikan.
Parameter diamati pada penelitian ini adalah kualitas sperma dan densitas sel spermatogenik. Kedua faktor tersebut merupakan indikator untuk mengontrol
fertilitas dari suatu individu Solihati et al., 2013. Kualitas spermatozoa ditentukan berdasarkan pada konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa
Akmal et al., 2008. Pada penelitian ini parameter kualitas sperma yang diukur adalah konsentrasi dan morfologi spermatozoa. Densitas sel spermatogenik dinilai
dari diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal. Pada penelitian ini indikator lain yang diukur adalah bobot testis dengan tujuan untuk melihat adanya
aktivitas pertumbuhan sel dan aktivitas sekresi endokrin. Pada hari ke 49 hewan uji dikorbankan dengan cara membiusnya
menggunakan eter. Kemudian dilakukan pembedahan dan diambil testis serta kauda epididimisnya sehingga pada akhirnya didapatkan data konsentrasi
spermatozoa, morfologi sperma yang abnormal, diameter tubulus seminiferus, tebal sel germinal, dan bobot testis. Data yang diperoleh kemudian diolah
menggunakan SPSS 20, dimana dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dan Kruskal Wallis yang selanjutnya
dilakukan uji LSD. Kualitas sperma dilihat melalui parameter konsentrasi dan morfologi.
Hasil analisis data konsentrasi spermatozoa menunjukkan ada perbedaan bermakna p 0,05 antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis sedang dan
dosis tinggi serta juga terdapat perbedaan bermakna antara dosis rendah terhadap dosis sedang dan dosis tinggi. Artinya dengan pemeberian ekstrak Mastigophora
diclados dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa pada dosis sedang dan tinggi.
Analisis data morfologi sperma yang abnormal menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna p 0,05 antara kelompok kontrol dan kelompok yang
diberikan ekstrak Mastigophora diclados baik dosis rendah, dosis sedang maupun