17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk sperma normal dan abnormal dari 200 sperma yang diamati. Pengamatan
dilakukan dibawah miskroskop dengan pembesaran 400-1000 kali.
3.5.3.4 Pengukuran Densitas Spermatogenik Arini, 2012; Turk et al., 2008
Pembuatan preparat histologi testis tikus dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk menentukan
perubahan densitas sel spermatogenik, preparat histologi testis diamati di bawah miskroskop dengan perbesaran 100 kali 10x10. Dua puluh tubulus seminiferus
diperiksa secara acak per bagian diameter dan ketebalan lapisan sel germinal dari membran basal menuju lumen tubulus diukur menggunakan mikrometer okuler
pada mikroskop dan dihitung ukuran rata-rata tubulus seminiferus dan ketebalan lapisan germinal.
3.5.4 Analisa Data Arini, 2012
Hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPPS 20 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas,
uji parametrik one way ANOVA, atau uji non parametrik Kruskal Wallis. Jika hasil dari uji ANOVA maupun Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang
signifikan p 0,05 maka analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji Multiple
Comparisons tipe
LSD Least
Significant Difference.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pengukuran Bobot Testis
Hasil pengukuran bobot testis tikus setelah pemberian ekstrak etil asetat Mastigophora diclados selama 48 hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Rerata bobot testis tikus
No Kelompok Rerata Bobot Testis Tiap Kelompok
gram ±SD
1. Kontrol
1,65±0,09 2.
Dosis Rendah 1 mgkgBB 1,60±0,18
3. Dosis Sedang 10 mgkgBB
1,62±0,08 4.
Dosis Tinggi 100 mgkgBB 1,62±0,20
Data bobot testis yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yaitu uji homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji
homogenitas Levene menunjukkan bahwa data bobot testis terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05. Kemudian dilakukan analisis dengan uji one way
ANOVA, hasilnya menunjukkan nilai signifikan 0,937 p ≥ 0,05 artinya
perbedaan bobot testis tidak berbeda secara bermakna. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 13.
4.1.2 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa
Data konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yaitu uji homogenitas dan uji normalitas. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji
homogenitas Levene menunjukkan bahwa data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal
p ≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05. Kemudian dilakukan analisis dengan uji one way ANOVA, hasilnya menunjukkan bahwa nilai
signifikan 0,000 p 0,05. Selanjutnya dilakukan uji LSD dengan Post Hoc test yang hasilnya terdapat
perbedaan bermakna p 0,05 antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis sedang dan dosis tinggi serta juga terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
dosis rendah terhadap kelompok dosis sedang dan dosis tinggi. Analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 14.