penyaring, label, termometer, dan mikroplat ELISA Foto alat dan bahan dilampirkan pada lampiran 2.
3.5.2. Bahan
Larva Cx. quinquefasciatus instar IIIIV, Vectobac WG Bahan aktif: Bacillus thuringiensis israelensis, air aquadest sebagai pelarut, pelet
ikan sebagai pakan larva, air gula sebagai pakan nyamuk dewasa dan bahan uji esterase: larutan phosphat buffer saline PBS 0,02 M, coupling
reagen , α-naftil asetat dan asam asetat 10.
3.6. Cara Kerja Penelitian
3.6.1. Persiapan dan Pengumpulan Larva Cx. quinquefasciatus
Telur dan larva diambil dari got di daerah Bekasi untuk dipelihara rearing di lab Parasitologi FKIK UIN Jakarta. Telur dan larva diletakan
dalam wadah yang berbeda. Larva dipisahkan dari kotoran air got menggunakan saringan dan diletakkan didalam wadah yang berisi air
keran setinggi 23 dari tinggi wadah. Larva diberi makan berupa pelet ikan setiap 2-3 hari sekali, diberikan secukupnya untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang dapat membuat larva mati. Setelah itu, dalam waktu 3-5 hari, larva instar I tumbuh menjadi larva instar IIIIV dengan panjang 4-6 cm.
Larva instar IIIIV inilah yang menjadi sampel penelitian ini, Sebelum dilakukannya uji pendahuluan, sampel larva instar IIIIV diidentifikasi
terlebih dahulu dibawah mikroskop. Lihat lampiran 2.
3.6.2. Uji Pendahuluan a. Uji resistensi enzim esterase dengan metode Lee.
Jentik nyamuk instar IV awal digerus untuk dibuat homogenat. Dilarutkan dengan 0,5 ml larutan PBS 0,02 M.
50 µL homogenat dipindahkan ke sumur mikroplat dengan menggunakan mikropipet.
Setiap sumuran ditambahkan 50 µL bahan substrat α-naftil asetat
dan biarkan selama 60 detik.
Setiap mikroplat ditambahkan 50 µL bahan coupling reagen. Setelah reaksi berlangsung 10 menit, warna merah berubah
menjadi biru. Ditambahkan 50 µL asam asetat 10 pada setiap sumuran.
Kemudian dibaca dengan ELISA reader dengan panjang gelombang 450 nm.
b. Uji efikasi Bti Vectobac WG Bti ditimbang dengan neraca digital sebanyak
200 mg dan dicampur aquadest sebanyak 20 ml sehingga menghasilkan larutan induk sebesar 1 atau 10.000 ppm. Larutan
induk diencerkan hingga menghasilkan 10 ppm. Ambil larutan tersebut dengan menggunakan mikropipet 100 µ L, 200 µ L, 400 µ L,
600 µ L, dan 800 µ L. Masing-masing ditambahkan ke dalam gelas plastik berisi aquadest sebanyak 100 ml sehingga diperoleh larutan
sebesar 0.01, 0.02, 0.04, 0.06, dan 0.08 mgL. Lihat lampiran 2. Pada masing-masing gelas plastik diberikan 25 ekor larva
instar IIIIV tanpa diberikan makanpelet ikan. Kemudian setelah 24 jam perlakuan, dihitung jumlah larva yang mati. Larva yang sudah
mati kemudian disaring dan digerus sebelum dibuang. Sisa larva hidup yang tidak digunakan untuk pengujian,
kemudian dibiarkan menjadi nyamuk dewasa untuk digunakan dalam uji bioassay rekan peneliti lainnya.
3.7. Pengumpulan dan Manajemen Data
Larva instar IIIIV yang telah diberikan perlakuan, kemudian dihitung larva yang hidup dan yang mati setelah 24 jam perlakuan. Larva
yang hidup ditandai dengan ciri-ciri yaitu larva bergerak ketika diberi rangsangan dengan menggunakan lidi serta aktif berenang didalam air,
sedangkan larva yang telah mati adalah larva yang tidak bergerak ketika
diberi rangsangan dan tenggelam di dasar gelas plastik.