Jumlah larva yang mati dihitung dan dicatat untuk setiap perlakuan. Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali untuk setiap perlakuan
serta kontrol. Data yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam program excel dan diolah serta dianalisis dalam program SPSS 21.0 Lihat lampiran
2
3.8. Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis menggunakan analisis Probit untuk menentukan efikasi larvasida terhadap kematian larva
nyamuk yang dinyatakan dengan nilai konsentrasi yang menyebabkan kematian 50 dan 90 LC
50
dan LC
90
. Selain itu juga dilakukan uji parametrik One Way ANOVA untuk
melihat pengaruh perlakuan antar kelompok terhadap kematian larva, dan regresi linier untuk mengukur derajat hubungan antara konsentrasi
larvasida X dan kematian larva Y, yang dinyatakan dengan nilai persentase dari r
2
sebagai koefisien korelasi.
35
3.9. Alur Penelitian
Penelitian menggunakan 5 kelompok perlakuan yang diberikan larvasida Bti dan 1 kelompok kontrol tanpa diberikan larvasida tersebut.
Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali. Berikut ini adalah alur penelitiannya:
Alur Penelitian
Telur dan larva yang. diambil dari got
Larva Culex quinquefasciatus instar
IIIIV panjang 5-6 mm dipindahkan
dalam gelas plastik Masing-masing kelompok
berisi 25 larva Culex quinquefasciatus
Kelompok 1: Larvasida Bti 0 Kelompok 2: Larvasida Bti 0.01 mgL
Kelompok 3: Larvasida Bti 0.02 mgL Kelompok 4: Larvasida Bti 0.04 mgL
Kelompok 5: Larvasida Bti 0.06 mgL Kelompok 6: Larvasida Bti 0.08 mgL
Rearing larva di laboratorium
Pengulangan percobaan sebanyak 4 kali di setiap
konsentrasinya
Analisis Probit Analisis Data
Dihitung jumlah larva yang mati setiap 24 jamnya
Perlakuan selama 24 jam dalam air yang telah diberi
larvasida dalam berbagai konsentrasi
Regresi Linier Uji One Way
ANOVA Menentukan lethal
concentration LC 50 dan LC 90
Laporan Penelitian
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Uji Pendahuluan
Pada uji pendahuluan digunakan 6 konsentrasi yaitu 0, 0.01, 0.02, 0.04, 0.06,dan 0.08 mgL dengan 4 kali pengulangan. Hasil kematian larva
setelah 24 jam perlakuan pada uji pendahuluan dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Jumlah kematian larva Cx.quinquefasciatus pada berbagai
konsentrasi setelah 24 jam perlakuan pada uji pendahuluan.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 0.01 mgL telah dapat mematikan larva hampir 50 dari jumlah larva.
Sehingga angka ini menjadi dasar untuk uji utama. Sedangkan pada konsentrasi 0.04, 0.06, dan 0.08 mgL sudah dapat mematikan seluruh
jumlah larva. Oleh karena itu, pada uji utama ditentukan 2 konsentrasi yang berada dibawah 0.01 mgL yaitu 0.0025, dan 0.005 mgL, dan 2
konsentrasi yang berada diatasnya yaitu 0.02 dan 0.04 mgL.
4.1.2 Uji Resistensi dengan metode Lee
Untuk menentukan apakah sampel uji sudah mengalami resistensi, maka dilakukan uji resistensi dengan metode Lee terhadap mekanisme
aktivitas enzim kolinesterase dalam tubuh larva nyamuk, didapatkan hasil sebagai berikut. Lihat lampiran 2.
Konsentrasi Jumlah kematian larva setelah 24 jam
pada ulangan ke Rata-rata
jumlah kematian
Persentase kematian
larva I
II III
IV 0 mgL
kontrol 0.01 mgL
11 13
12 13
12.25 49
0.02 mgL 18
20 20
18 19
76 0.04 mgL
25 25
25 25
25 100
0.06 mgL 25
25 25
25 25
100 0.08 mgL
25 25
25 25
25 100
Kematian larva 100
Tabel 4.2 Hasil uji esterase pada larva instar IV Culex quinquefasciatus.
Nilai AV pada sumur ke- 1
2 3
4 5
F 1.257
1.483 1.508
1.333 1.240
G 1.311
1.479 1.369
1.347 1.310
Rata – rata nilai AV data diatas dengan ELISA adalah 1364 dan
1.363. Menurut Lee, 1990, nilai tersebut dikategorikan bersifat sangat resisten.
36
0 – 0,7 = sangat peka.
0,7 – 0,9 = resisten sedang.
0,9 = sangat resisten.
4.1.3 Uji bioassay larvasida Bti
Hasil kematian larva setelah 24 jam perlakuan pada uji utama dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jumlah kematian larva Culex quinquefasciatus pada berbagai konsentrasi setelah 24 jam perlakuan pada uji utama.
Prinsip dasar uji bioassay adalah pemaparan larva nyamuk dalam batas perlakuan yang menggunakan konsentrasi dan waktu standar dengan
menggunakan insektisida yang dapat melumpuhkan larva nyamuk, kemudian mencatat kelumpuhan dan kematian larva nyamuk di akhir
pemaparan dan pada akhir periode pemulihan recovering time selama 24 jam.
34
Konsentrasi Jumlah kematian larva setelah 24 jam
pada ulangan ke Rata-rata
jumlah kematian
Persentase kematian larva
I II
III IV
0 mgL kontrol
0.0025 mgL 4
7 5
4 5
20 0.005 mgL
8 9
9 10
9 36
0.01 mgL 12
14 12
13 12.75
51 0.02 mgL
17 21
20 19
19.25 77
0.04 mgL 25
25 24
25 24.75
99