Vacuum Rotary Evaporator Kerangka Konsep

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 4 Kloroform Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut menggunakan n-heksana, kloroform dan metanol dengan konsentrasi aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform. Kadang-kadang tanin dan terpenoid ditemukan dalam fase air, tetapi lebih sering diperoleh dengan pelarut semipolar Tiwari, et al., 2011. 5 Eter Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam lemak Tiwari, et al., 2011. 6 n-Heksana n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar, volatil, mempunyai bau khas yang dapat menyebabkan pingsan. Berat molekul n-heksana adalah 86,2 grammol dengan titik leleh 94,3°C sampai 95,3°C. Titik didih n-heksana pada tekanan 760 mmHg adalah 66°C sampai 71°C Daintith, 1994. n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi minyak nabati. 7 Etil Asetat Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar. Etil asetat secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol dan terpenoid.

2.8 Vacuum Rotary Evaporator

Vacuum rotary evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan penangas dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin kondensor dan ditampung pada suatu tempat receiver flask. Setelah Pelarutnya diuapkan, UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan atau cairan Nugroho, et al., 1999. Kelebihan dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan. Penggunaan vacuum rotary evaporator meningkatkan presentase plarut yang terevaporasi dibandingkan dengan menggunakan waterbath Mutairi Jasser, 2012. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul, serta adanya kondensor yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima receiver flask.

2.9 Metode Isolasi

Suatu ekstrak yang telah dihasilkan dari suatu protokol ekstraksi yang sesuai dan pengujian aktivitas biologis telah dilakukan contohnya aktivitas antibakteri, langkah selanjutnya adalah fraksinasi ekstrak menggunakan metode pemisahan sehingga komponen biologis aktif dapat diisolasi Heinrich, et al., 2004. Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari keempat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu adalah: kromatografi kertas KKt, kromatografi lapis tipis KLT. Kromatografi gas cair KGC, dan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT Harborne, 1987.

2.9.1 Kromatografi

Kromatografi merupakan metode pemisahan fisikokimia untuk memisahkan campuran senyawa berdasarkan perbedaan waktu huni komponen campuran dalam sistem fase diam dan fase gerak Hostettman, et al., 1995. Prinsip pemisahan dari kromatografi adanya distribusi komponen-komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase, yaitu fase diam stationer dan fase gerak mobile. Menurut Adrianingsih, 2009, persyaratan utama kromatografi antara lain: 1. Ada fase diam dan fase gerak. Fase diam tidak boleh bereaksi dengan fase gerak. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2. Komponen sampel harus larut dalam fase gerak dan berinteraksi dengan fase diam. 3. Fase gerak harus bisa mengalir melewati fase diam, sedangkan fase diam harus terikat kuat di posisinya.

2.9.2 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis KLT merupakan salah satu metode pilihan kromatografi secara fisikokimia Gandjar Rohman, 2007. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada KLT fase diamnya berupa lapisan yang seragam uniform pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium atau plat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini merupakan bentuk terbuka dari kromatografi kolom Gritter, et al., 1991. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom Gritter, et al., 1991. Kromatografi lapis tipis KLT dapat digunakan untuk tujuan analitik dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil, misalnya menentukan jumlah komponen dalam campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif. Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya Townshend, 1995. Plat KLT yang umum digunakan adalah plat KLT analitik dengan ketebalan 0,1-0,2 mm dengan ukuran 20x20 cm yang dilapisi dengan adsorben silika gel 60 F 254 dengan ketebalan 0,2 mm. Plat kemudian ditempatkan ke dalam bejana dengan fase gerak yang sesuai, dimana ketinggian fase gerak cukup untuk membasahi bagian bawah plat dan tidak sampai membasahi dimana sampel diaplikasikan. Fase gerak kemudian bermigrasi melewati adsorben dengan gaya kaliper, dan proses ini dikenal sebagai pengembangan Sarker, et al., 2006. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KLT merupakan teknik yang benar-benar menguntungkan karena tingkat sensitivitasnya sangat besar dengan jumlah sampel lebih sedikit Brain Turner, 1975. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau cairan pengelusi, akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik ascending, atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun descending Gritter, et al., 1991. Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan deteksi bercak Gandjar Rohman, 2007. Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai retardation farctor Rf. Nilai Rf diperoleh dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak Gandjar Rohman, 2007. Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap Gritter, et al., 1991. Adsorben umumnya digunakan dalam KLT meliputi partikel silika gel ukuran 12 µm, alumina, mineral oksida, selulosa, poliamida, polimer penukar ion Gocan, 2002. a Silika Gel Silika gel adalah yang paling banyak digunakan sebagai adsorben dan fase stasioner yang dominan untuk KLT. Sebagian besar analisa dengan KLT dilakukan dengan menggunakan fase normal lapisan silika gel. Fase diam ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar. Untuk fase polar, merupakan silika yang dibebaskan dari air dan bersifat sedikit asam. Silika gel perlu ditambah gips kalsium sulfat untuk memperkuat pelapisannya pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis digunakan kaca dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm. Pendukung yang lain berupa lembaran alumunium atau plastik seperti ukuran di atas yang umumnya dibuat oleh pabrik. Silika gel kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan sinar UV dapat berfluoresensi atau berpendar, sehingga UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA dikenal dengan silika gel 60 F 254 yang berarti silika gel dengan fluoresen yang berpendar pada panjang gelombang 254 nm. Silika gel untuk fase non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak silikon, raber gom, atau lilin, dengan fase gerak air yang bersifat polar dapat digunakan sebagai eluen. Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa namun elusinya sangat lambat dan keterulangannya kurang bagus Sumarno,2001. b Alumina Alumina merupakan adsorben yang paling banyak digunakan dalam KLT Gocan, 2002. Fase diam ini bersifat sedikit basa, lebih jarang digunakan. Saat akan digunakan harus diaktifkan kembali dengan pemanasan. Alumina yang digunakan sebagai fase diam untuk KLT umumnya yang bebas air, sehingga mempunyai aktivitas penjerapan lebih tinggi Sumarno, 2001. c Perlit Mineral Perlit mineral adalah adsorben baru untuk KLT, yang dibuat dengan mengkonversi SiO 2 70-75 menjadi silikat yang larut dengan Na 2 CO 3 Gocan, 2002. d Kiselgur Fase diam ini sebenarnya merupakan asam silika yang berbentuk amorf, berasal dari kerangka diatomae, maka lebih dikenal dengan nama tanah diatomae, kurang bersifat adsorptif dibanding silika Sumarno, 2001. e Magnesium Silikat Fase diam ini hanya digunakan bila adsorben atau penjerap lain tidak dapat digunakan. Nama lain dalam perdagangan dikenal dengan floresil Sumarno, 2001. Floresil magnesium silikat adalah endapan silika dan magnesium. Sifat dan aplikasi dari floresil pada KLT dan KCKT ditinjau dan dibandingkan dengan adsorben lainnya Gocan, 2002. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA f Selulosa Polaritasnya tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pemisahan secara partisi, baik dengan bentuk kertas maupun bentuk lempeng. Kedua bentuk tersebut masih sering digunakan untuk pemisahan flavonoid. Ukuran partikel yang digunakan kira- kira 50 m. Fase diam ini sekarang sudah diganti dengan bubuk selulosa yang dapat dilapiskan pada kaca seperti halnya fase diam yang lain sehingga lebih efisien dan lebih banyak digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa polar atau isomernya Sumarno, 2001. g Resin Fase diam resin digunakan pada KLT penukar ion. Resin merupakan polimer dari stirendivenil yang mengalami kopolimerisasi dan bersifat non polar. Fase diam ini sangat berguna untuk memisahkan senyawa berbobot molekul tinggi dan bersifat amfoter seperti asam amino, protein, enzim, nukleotida. Sebagai fase gerak digunakan larutan asam kuat atau basa kuat Sumarno, 2001.

2.9.3 Identifikasi Kromatogram

Ada beberapa cara untuk mendeteksi senyawa yang tidak berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek radiasi utama kira-kira 254 nm atau jika senyawa itu dapat dieksitasi pada radiasi UV gelombang pendek dan gelombang panjang 365 nm. Pada senyawa yang mempuyai dua ikatan rangkap atau lebih dan senyawa aromatik seperti turunan benzena, mempunyai serapan kuat di daerah 230-300 nm Stahl, 1985. Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan tipis yaitu dengan menggunakan nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan sebagai berikut Sastrohamidjojo, 2005. Rf = Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Nilai Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga standar. Nilai Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penjerap yang digunakan, meskipun demikian daftar dari harga-harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penjerap dapat diperoleh Sastrohamidjojo, 2005.

2.9.4 Sistem Fase Gerak Pada KLT

Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa dengan KLT, sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin. Campuran yang baik memberikan fase gerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam yang polar akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang kurang sifat kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan polar Gritter, et al., 1991. Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap Gritter, et al., 1991. Pelarut yang ideal harus melarutkan linarut dan harus cukup baik sebagai pelarut yang bersaing dengan daya serap penjerap. Keadaan yang ideal tersebut mungkin terjadi jika pelarut tidak berproton seperti hidrokarbon, eter dan senyawa karbonil dipakai sebagai pelarut pengembang Gritter, et al., 1991.

2.9.5 Kromatografi Gas

Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Sampel yang mudah menguap dan stabil terhadap panas akan bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang terantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solut dari ujung kolom menghantarkan ke detektor McNair, et al., 1998. Kromatografi gas penggunaan utamanya ialah pada pemisahan senyawa atsiri, yaitu asam lemak, mono dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang tinggi. Tetapi, keatsirian kandungan tumbuhan yang bertitik didih tinggi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA dapat diperbesar dengan mengubahanya menjadi ester danatau eter trimetil-silil sehingga hanya sedikit saja golongan yang sama sekali tidak cocok untuk dipisahkan dengan cara KGC Harborne, 1987. Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisia kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisia kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi dari komponen yang akan dianalisa dengan waktu retensi zat baku pembandig standar pada kondisi analisa yang sama. Untuk analisa kuantitatif dilakukan dengan cara perhitungan relatif dari tinggi atau luas puncak kromatogram komponen yang dianalisa terhadap zat baku pembanding standar yang dianalisa McNair, et al., 1998. Untuk pemisahan bahan-bahan yang mudah menguap, kromatografi gas merupakan metode yang tepat karena kecepatannya, resolusinya yang tinggi dan mudah digunakan McNair, et al., 1998.

2.9.6 Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi Gritter, et al., 1991. Kromatografi kolom membutuhkan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya fase diam dan yang lainnya fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lain yang terelusi lebih awal atau akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas Harborne, 1987. Pada kromatografi kolom, tabung pemisah diisi penjerap. Penjerap yang biasa digunakan ialah silika gel. Pengisian ini harus dilakukan secara berhati-hati dan merata. Penjerap dapat dikemas dalam tabung dengan cara basah maupun kering Harborne, 1987. Cara basah, silika gel terlebih dahulu dijenuhkan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan. Kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit, sambil kran kolom dibuka. Kemudian pelarut dialirkan hingga silika gel mampat. Setelah silika gel mampat, pelarut dibiarkan mengalir hingga batas adsorben. Kemudian kran UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ditutup dan sampel dimasukkan, sampel yang dimasukkan terlebih dahulu dilarutkan dalam pelarut hingga diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga semua sampel masuk. Selanjutnya kran dibuka dan diatur tetesannya, serta ditambahkan dengan cairan pengelusi. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi Gritter, et al., 1991. Sedangkan cara kering, yaitu dengan memasukkan silika gel ke dalam kolom yang telah diberi kapas sedikit demi sedikit dan diratakan dengan alat pemampat kemudian ditambahkan dengan cairan pengelusi Gritter, et al., 1991.

2.10 Elusidasi Struktur

Elusidasi struktur umumnya menggunakan teknik spektroskopi klasik seperti spektrofotometri masa SM dan resonansi magnetik inti RMI. Langkah pertama, bagaimanapun harus memperoleh rekaman spektrum sinar inframerah dan ultraviolet untuk menentukan adanya kelompok gugus fungsi tertentu dalam suatu molekul Heinrich, 2004.

2.10.1 UV-Visible

Spektrum serapan kandungan tumbuhan dapat diukur dalam larutan yang sangat encer dengan pembanding blanko pelarut serta menggunakan spektrofotometer yang merekam otomatis. Senyawa tanwarna diukur pada jangka 200-400 nm, senyawa berwarna pada jangka 200-700 nm. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis ialah interaksi sinar ultraviolet atau tampak dengan molekul sampel. Energi cahaya akan mengeksitasi elektron terluar molekul ke orbital lebih tinggi Harborne, 1987. Pada kondisi ini, elektron tidak stabil dan dapat melepas energi untuk kembali ke tingkat dasar, dengan disertai emisi cahaya. Besarnya penyerapan cahaya sebanding dengan molekul, sesuai dengan hukum lambert-Beer: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Day Underwood, 1980. A= ɛ B C Keterangan: A= Serapanabsorbansi ɛ= Absortivitas molar B= Tebal kuvet C= Konsentrasi komponen Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis berdasarkan panjang gelombang terbagi menjadi 2, yaitu lampu deuterium dan tungstent. Lampu deuterium menghasilkan sinar 160-500 nm. Lampu tungstent digunakan di daerah sinar tampak 350-3500 nm. Sumber radiasi dikatakan ideal jika memancarkan spektrum radiasi yang kontinyu, intensitasnya tinggi dan stabil pada semua panjang gelombang.

2.10.2 Spektrofotometri Infra Merah

Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 –1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000 –10 cm -1 . Spektrofotometer infra merah merupakan alat untuk mendeteksi gugus fungsi, mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran. Banyak pita absorb si yang terdapat dalam daerah yang di sebut daerah ”sidik jari” spektrum Harborne, 1987. Spektrum infra merah suatu sampel dapat di ketahui letak pita serapan yang dikaitkan dengan adanya suatu gugus fungsi tertentu Day Underwood, 1999. Spektrofotometer infra merah digunakan sebagai analisa kualitatif untuk menentukan gugus fungsi. Gugus fungsi dapat diintepretasi dengan memeriksa puncak absorbsi dari spektrum infra merah. Daerah pada spektrum inframerah diatas 1200 cm -1 menunjukkan pita spektrum atau puncak yang disebabkan oleh getaran ikatan kimia atau gugus fungsi dalam molekul yang telah ditelaah. Daerah dibawah 1200 cm -1 menunjukkan pita yang disebabkan oleh getaran seluruh molekul, dan karena kerumitannya dikenal sebagai daerah sidik jari. Intensitas berbagai pita direkam UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA secara subjektif pada skala sederhana yaitu kuat, menengah atau lemah Harborne, 1987. 2.10.3 Spektrofotometri Massa Teknik ini memungkinkan untuk mengukur berat molekul dari senyawa dan ion molekular yang diidentifikasi, teknik ini memungkinkan untuk mengukur ion secara akurat, untuk memastikan jumlah dari atom hidrogen, karbon, oksigen dan atom lain yang terdapat dalam suatu molekul. Teknik ini akan memberikan hasil data berupa rumus molekul Heinrich, 2004. Sejumlah teknik ionisasi terdapat dalam Spektrofotometri massa, yang mana electron impact digunakan secara luas. Teknik ini memberikan fragmentasi yang baik dari molekul dan berguna untuk menentukan struktur dengan menetapkan fragmentasi untuk kelompok gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa Heinrich, 2004.

2.10.4 KG-SM Kromatografi Gas-Spektrofotometri Massa

Kromatografi gas dan spektrofotometri massa dapat digunakan untuk memisahkan komponen dengan memberikan waktu retensi dan puncak elusi yang dapat dimasukkan ke dalam spektrofotometer massa untuk memperoleh berat molekul, karakteristik dan informasi fragmentasi Heinrich, 2004. Teknik ini juga dapat digunakan untuk komponen yang polar senyawa yang larut dalam air seperti calistegines dan polihidroksil alkaloid jika dibuat turunannya dengan komponen yang sesuai trimetilsilil klorida untuk meningkatkan volatilitasnya Heinrich, 2004. Kromatografi gas saat ini merupakan metode analisa yang penting dalam kimia organik untuk menentukan senyawa tunggal dalam campuran. Spektrofotometri massa sebagai metode deteksi yang memberikan data bermakna, yang diperoleh dari penentuan langsung molekul zat atau fragmen Heinrich, 2004. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.10.5 Resonansi Magnetik Inti RMI

Radiasi pada daerah frekuensi radio digunakan untuk mengeksitasi atom-atom, biasanya proton-proton 1 H-RMI atau atom-atom karbon-13 13 C-RMI, sehingga spinnya berubah dari sejajar menjadi sejajar melawan medan magnet yang digunakan. Rentang frekuensi yang dibutuhkan untuk eksitasi dan pola-pola pembagian kompleks yang dihasilkan sangat khas pada struktur kimia molekul tersebut Watson, 2009. Spektra RMI biasanya ditentukan dari larutan substansi yang akan dianalisa. Untuk itu pelarut yang digunakan tidak boleh mengandung atom hidrogen karena akan mengganggu puncak spektrum. Ada dua cara untuk mencegah gangguan oleh pelarut. Pertama dapat digunakan pelarut seperti tetraklormetana, CCl 4 yang tidak mengandung hidrogen atau pelarut yang atom hidrogennya telah diganti dengan isotopnya yaitu deuterium, sebagai contoh CDCl 3 Sudjadi, 1985. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.11 Kerangka Konsep

Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata Determinasi Ekstraksi Bertingkat Dengan Pelarut n-Heksana dan Etil Asetat Ekstrak n-Heksana Ekstrak Etil Asetat Uji Aktivitas Antioksidan Dengan DPPH Ekstrak Aktif Antioksidan Fraksinasi Dengan Kromatografi kolom Senyawa Hasil Isolasi Uji Kemurnian Senyawa Penentuan Struktur Molekul Dengan UV, IR, 1 H-NMR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 31

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Analisis Obat dan Pangan dan Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, yaitu pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Ayakan No.40, blender, timbangan analitik, kertas label, alumunium foil, kertas saring, kapas, labu erlenmeyer Duran, beker gelas Duran, gelas ukur Duran, corong Eyela, tabung reaksi, kolom kromatografi, spatula, batang pengaduk, pipet tetes, seperangkat alat vaccum rotary evaporator, kaca arloji, cawan penguap, alat melting point, pipa kapiler, vial, plat KLT dan bejana KLT.

3.2.2 Sampel Tumbuhan

Sampel tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan paku Nephrolepis falcata Cav. C. Chr yang diperoleh di wilayah kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selanjutnya dideterminasi di Herbarium Bogoriense LIPI, Cibinong, Bogor.

3.2.3 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: n-heksana Brataco, etil asetat Brataco, aquades, metanol grade HPLC, aquabides, silika gel 60 F 254 0,063-0,200 mm for column chromatography Merck, lempeng