Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA sebagai penangkap radikal bebas, membentuk kompleks dengan logam-logam peroksida dan berfungsi sebagai senyawa pereduksi Andlauer, et al., 1989 . Antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga dapat menghambat mekanisme oksidatif yang merupakan penyebab penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak dan artritis Miller, et al., 2000. Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi, fungsi pertama yaitu merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Antioksidan tersebut dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida R,ROO atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan A tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibandingkan radikal lipida. Fungsi kedua merupakan mekanisme fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil Gordon, 1990. Inisiasi : R + AH RH + A Radikal lipid Propagasi : ROO + AH RH + A Gambar 2.3. Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Lipid Gordon, 1990.

2.5 Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH

Metode DPPH merupakan salah satu metode untuk menentukan aktivitas antioksidan yang sederhana dengan menggunakan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl DPPH sebagai senyawa pendeteksi Surai, 2003. DPPH 2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl adalah senyawa radikal bebas yang stabil yang dapat bereaksi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi Surai, 2003. Metode DPPH 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron atau atom hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Beberapa metode lain terbatas mengukur komponen yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam analisa. Metode DPPH mengukur semua komponen antioksidan, baik yang larut dalam lemak maupun dalam air Prakash, 2001. Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat dan peka, serta hanya memerlukan sedikit sampel. DPPH adalah senyawa radikal bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri-ciri padatan berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut DMF atau etanolmetanol, dengan rumus molekul C 18 H 12 N 5 O 6 Prakash, 2001. Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektronnya berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan jumlah elektron DPPH yang menangkap atom hidrogen. Sehingga pengurangan intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan antioksidan untuk menangkap radikal bebas Prakash, 2001. Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan persen aktivitas. Nilai ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut Molyneux, 2003. Inhibisi = X 100 Absorbansi kontrol yang digunakan dalam prosedur DPPH ini adalah absorbansi DPPH, sedangkan blanko yang digunakan adalah etanol 95. Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi tingkat diskolorisasi absorbansi semakin kecil maka semakin tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal bebas Molyneux, 2003. absorbansi kontrol – absorbansi sampel absorbansi Kontrol UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyn Gambar 2.4. Reaksi Penghambatan Antioksidan Terhadap Radikal DPPH Prakash, 2001. Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC 50 Inhibition Concentration. IC 50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar 50. Semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 kurang dari 0,05 mgmL,aktivitas kuat untuk IC 50 antara 0,05-0,1 mgmL, aktivitas sedang jika IC 50 bernilai 0.101 –0.150 mgmL dan aktivitas lemah jika IC 50 bernilai 0,151 – 0,200 mgmL Blois, 1958.

2.6 Ekstrak dan Ekstraksi