40
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyiapan Bahan
Tumbuhan paku yang diperoleh dari wilayah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dilakukan determinasi di Pusat Penelitian Bogoriense
LIPI, Cibinong, Bogor, yang bertujuan untuk mengetahui keaslian tumbuhan yang akan digunakan dan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemilihan tumbuhan. Hasilnya adalah tumbuhan yang diperoleh merupakan tumbuhan paku Nephrolepis falcata Cav. C.Chr Lampiran 1.
Tumbuhan paku yang diperoleh sebanyak 10,1 kg, disortasi untuk memisahkan antara tumbuhan dengan kotoran dan kontaminan lainnya. Proses
pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan yang bertujuan untuk meminimalisir adanya pemanasan yang dapat merusak senyawa yang terkandung,
mengingat senyawa yang akan diisolasi merupakan senyawa antioksidan, karena senyawa tersebut sebagian besar dapat mengalami kerusakan dengan adanya
pemanasan. Pengeringan dengan cara ini, juga dapat meminimalisir terjadinya kehilangan senyawa yang mudah menguap atsiri apabila dalam tanaman tersebut
mengandung senyawa minyak atsiri. Penghalusan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel tumbuhan,
yang bertujuan untuk memaksimalkan dalam proses ekstraksi, karena semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas permukaannya, sehingga kontak
antara pelarut dengan partikel tumbuhan semakin besar dan proses ekstraksipun dapat berjalan maksimal. Dari 10,1 kg sampel daun segar Nephrolepis falcata,
diperoleh 1,256 kg simplisia kering yang selanjutnya Simplisia disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk menghindari cemaran oleh mikroba dan
mikroorganisme lainnya.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.2 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ekstraksi cara dingin, yaitu dengan metode maserasi. Prosedur ekstrasi dengan cara dingin dipilih, alasannya
untuk meminimalisir terjadinya pemanasan yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap senyawa yang tidak tahan panas. Proses ekstraksi ini menggunakan
teknik maserasi bertingakat dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda yaitu n-heksana yang merupakan pelarut non polar dan etil asetat
yang merupakan pelarut semi polar. Alasan penggunaan teknik ekstraksi bertingkat, yaitu untuk memaksimalkan proses ekstraksi, di mana senyawa akan
terekstraksi berdasarkan sifat kepolarannya. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk memperoleh hasil rendemen yang lebih banyak.
Dari proses maserasi, diperoleh 2 ekstrak kental, yaitu ekstrak dari pelarut n-heksana yang memiliki bobot 20 gram dan ekstrak dari pelarut etil asetat yang
memiliki bobot 40 gram.
Tabel 4.1. Hasil Rendemen Ekstrak n-Heksana dan Etil Asetat Total Simplisia
Ekstrak Bobot
Rendemen
1,256 Kg n-Heksana
20 gram 1,59
Etil Asetat 40 gram
3,18
4.3 Hasil Penapisan Fitokimia