Hasil Penapisan Fitokimia Hasil Kromatografi Lapis Tipis KLT Hasil Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Dengan DPPH

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.2 Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ekstraksi cara dingin, yaitu dengan metode maserasi. Prosedur ekstrasi dengan cara dingin dipilih, alasannya untuk meminimalisir terjadinya pemanasan yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap senyawa yang tidak tahan panas. Proses ekstraksi ini menggunakan teknik maserasi bertingakat dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda yaitu n-heksana yang merupakan pelarut non polar dan etil asetat yang merupakan pelarut semi polar. Alasan penggunaan teknik ekstraksi bertingkat, yaitu untuk memaksimalkan proses ekstraksi, di mana senyawa akan terekstraksi berdasarkan sifat kepolarannya. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk memperoleh hasil rendemen yang lebih banyak. Dari proses maserasi, diperoleh 2 ekstrak kental, yaitu ekstrak dari pelarut n-heksana yang memiliki bobot 20 gram dan ekstrak dari pelarut etil asetat yang memiliki bobot 40 gram. Tabel 4.1. Hasil Rendemen Ekstrak n-Heksana dan Etil Asetat Total Simplisia Ekstrak Bobot Rendemen 1,256 Kg n-Heksana 20 gram 1,59 Etil Asetat 40 gram 3,18

4.3 Hasil Penapisan Fitokimia

Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi komponen apa saja yang terkandung dalam tanaman, sehingga memungkinkan untuk mengetahui senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Dari hasil uji penapisan fitokimia, ekstrak etil asetat positif mengandung beberapa komponen golongan senyawa antara lain, steroid, terpenoid, flavonoid, dan asam lemak. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat No Golongan Kimia Hasil Pengamatan 1 Alkaloid _ 2 Flavonoid + 3 Steroid + 4 Terpenoid + 5 Kumarin _ 6 Tanin _ 7 Asam Lemak + 8 Fenol _ 9 Saponin _

4.4 Hasil Kromatografi Lapis Tipis KLT

Kromatografi lapis tipis dilakukan untuk mengetahui pola pemisahan senyawa dari bercak yang dihasilkan. Keuntungan dari metode KLT ini, yaitu analisisnya cepat dan sampel yang digunakan sedikit. Pola pemisahan yang baik tergantung dari fase gerak yang digunakan. Penentuan fase gerak pada KLT berguna dalam menentukan fase gerak yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Dari hasil uji kromatografi lapis tipis, ekstrak n-heksana dielusi dengan menggunakan fase gerak dengan komposisi n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 8:2, sedangkan ekstrak etil asetat dielusi dengan menggunakan fase gerak n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 6:4. Pemilihan fase gerak untuk kedua ekstrak cukup baik dengan terlihatnya banyak senyawa yang terpisah Lampiran 3. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.5 Hasil Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Dengan DPPH

Untuk mengetahui adanya senyawa antioksidan dalam tumbuhan paku Nephrolepis falcata, dilakukan uji pendahuluan aktivitas antioksidan. Metode yang digunakan yaitu dengan metode DPPH, alasannya karena metode ini memiliki kelebihan, diantaranya, analisisnya mudah, cepat dan efisien, serta memungkinkan mengetahui adanya senyawa yang bersifat sebagai antioksidan yang dapat dilihat secara visual. Gambar 4.1. Hasil Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak. a. Ekstrak Etil Asetat b Ekstrak n-Heksana. Dari hasil uji aktivitas antioksidan, ekstrak etil asetat dan n-heksana menunjukkan adanya aktivitas senyawa antioksidan. Ini diketahui dengan melihat pola bercak setelah disemprot dengan pereaksi DPPH. Pola bercak yang menimbulkan warna kuning dengan latar belakang ungu setelah disemprot dengan DPPH, mengindikasikan adanya senyawa antioksidan Aderogba, et al., 2012 A B Eluen n-heksana:E.A 8:2 Eluen n-heksana:E.A 6:4 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.6 Hasil Pemisahan Dengan Kromatografi Kolom