UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sehingga terhindar dari cahaya matahari. Selanjutnya dimasukkan pelarut n-heksana ke dalam wadah yang berisi serbuk simplisia hingga serbuk terendam
±3 cm di atas permukaan simplisia. Pelarut n-heksana yang digunakan untuk maserasi sebanyak 4,5 liter.
Maserasi dilakukan selama 1-2 hari dengan beberapa kali pengadukan. Hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampas. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dengan vaccum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Ampas yang tersisa, kembali ditambahkan n-heksana dan proses maserasi
dilakukan kembali. Maserasi dengan menggunakan pelarut n-heksana dilakukan sebanyak 15 kali hingga pelarut yang digunakan terlihat bening yang menandakan
senyawa telah terekstraksi seluruhnya. Selanjutnya maserasi diganti dengan perlarut etil asetat, volume etil asetat
yang digunakan sebanyak 4,5 liter. Prosedur ekstraksi sesuai dengan kegiatan ekstraksi sebelumnya. Maserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat dilakukan
sebanyak 10 kali hingga pelarut yang digunakan terlihat bening. Total pelarut n-heksana yang digunakan untuk maserasi sebanyak 18 liter dan pelarut etil asetat
yang digunakan sebanyak 10 liter.
3.3.4 Kromatografi Lapis Tipis KLT
Ekstrak yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan kromatografi lapis tipis untuk mengamati pola pemisahannya. Lempeng KLT dengan ukuran
5x10 cm, pada bagian atas dan bawah plat, dibuat garis tepi sepanjang 1 cm. Selanjutnya dibuat sistem fase gerak yang terdiri dari n-heksana dan etil asetat
dengan berbagai perbandingan, setiap perbandingan kepolarannya ditingkatkan 10. Fase gerak yang telah dibuat, dimasukkan ke dalam bejana KLT dan
dijenuhkan dengan memasukkan kertas saring ke dalamnya, hingga kertas saring terbasahi semua. Selanjutnya, 10 mg ekstrak dilarutkan dengan 1 mL pelarut etil
asetat dan ditotolkan pada garis tepi bagian bawah plat dengan menggunakan pipa kapiler.
Plat KLT dielusi di dalam masing-masing bejana KLT yang berisi fase gerak, hingga fase gerak mencapai garis tepi bagian atas, kemudian diangkat. Plat
KLT dibiarkan kering dan dilihat pola pemisahannya secara langsung dan di
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Dari hasil KLT, dilihat kombinasi sistem fase gerak yang memberikan pola pemisahan yang
baik.
3.3.5 Skrining Fitokimia Tiwari, et al., 2011; Fransworth, 1969
1 Uji Alkaloid
Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian disaring dan filtrat dibagi menjadi dua tabung reaksi.
Tes Mayer: filtrat A ditambahkan reagen Meyer larutan kalium merkuri
iodida. Terjadinya endapan berwarna putih mengindikasikan adanya senyawa alkaloid.
Tes Dragendorff: filtrat B ditambahkan reagen Dragendorff larutan
kalium bismut iodida Terjadinya endapan berwarna merah bata mengindikasikan adanya senyawa alkaloid.
2 Uji Flavonoid
Sejumlah Ekstrak dilarutkan dalam 5 mL air panas, didihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat ditambahkan serbuk Mg secukupnya, 1 mL asam klorida
pekat dan 2 mL etanol. Dikocok kuat dan dibiarkan terpisah. Terbentuk warna merah, kuning atau jingga pada lapisan etanol menunjukkan adanya senyawa
flavonoid.
3 Uji Saponin
Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam 20 mL aquades, kemudian larutan
dikocok dalam labu ukur selama 15 menit. Terbentuknya lapisan busa setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin.
4 Uji Steroid dan Terpenoid
Tes Salkowski: Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam kloroform dan
disaring. Kemudian filtrat ditambahkan beberapa tetes asam sulfat dan dikocok. Terbentuknya warna kuning emas mengindikasikan adanya
senyawa tepenoid.
Tes Liberman Buchardat: Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam kloroform dan disaring, filtrat ditambahkan beberapa tetes asam asetat anhidrat,
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kemudian dipanaskan
dan didinginkan.
Selanjutnya larutan
ditambahkan beberapa tetes asam sulfat. Terbentuknya cincin coklat mengindikasikan adanya senyawa steroid.
5 Uji Fenol
Sejumlah ekstrak ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl
3
. Terbentuknya warna biru kehitaman mengindikasikan adanya senyawa fenol.
6 Uji Tanin
Tes gelatin: Sejumlah ekstrak ditambahkan larutan gelatin yang mengandung natrium hidroksida. Terbentuknya endapan putih mengindikasikan
adanya senyawa tanin.
7 Uji Asam Lemak
Sejumlah ekstrak dicampur dengan 5 ml eter, kemudian diuapkan. Ekstrak yang telah diuapkan ditotolkan di atas kertas saring dan dibiarkan kering. Bercak
transparan pada kertas saring setelah ditotolkan ekstrak mengindikasikan adanya senyawa asam lemak.
8 Uji Kumarin
Sejumlah ekstrak ditambahkan 1 mL NaOH 5 N dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan selama beberapa menit di atas penangas air. Selanjutnya
larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh dilihat di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Terjadinya
fluoresensi dengan warna kuning kehijauan mengindikasikan adanya senyawa kumarin.
3.3.6 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Dengan DPPH