FTIR Penentuan Struktur Molekul

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3.3.10.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT

Prosedur Pada KCKT, pertama dengan menentukan beberapa metode instrumen yang digunakan, antara lain Fase gerak berupa metanol grade HPLC-aquabides 60:40, panjang gelombang UV 239 nm, temperatur kolom 25 C, laju alir fase gerak 0,4 mLmenit, volume injeksi sampel 20 µL dan waktu alir adalah 15 menit. Dilakukan pencucian kolom selama 30 menit dengan aquabides. Selanjutnya dilakukan baseline pada alat dan dicek konsistensi kolom dengan melihat adanya puncak atau tidak pada kromatogram. Kristal yang telah dilarutkan dengan metanol, dianalisa dan dilihat puncak yang dihasilkan. Senyawa dikatakan murni apabila menghasilkan puncak tunggal pada kromatogram.

3.3.11 Penentuan Struktur Molekul

Penentuan struktur molekul dilakukan dengan menggunakan 3 alat instrumen antara lain, UV-Visible, FTIR dan 1 H-RMI. 3.3.11.1 UV-Visible Kristal fraksi F2.D dilarutkan dengan menggunakan pelarut metanol. Pada alat UV-Vis, terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang yang digunakan yaitu 200-400 nm. Kemudian dilakukan baseline pada alat dengan blanko berupa metanol. Sampel dianalisa dan dilihat panjang gelombang yang dihasilkan.

3.3.11.2 FTIR

Kristal fraksi F2.D sebanyak 0,5 mg, dicampur dengan KBr sebanyak 50 mg dan digerus homogen. Pada alat terlebih dahulu dilakukan baseline dengan blanko berupa udara. sampel diletakkan ke dalam sel KBr dan dimasukkan ke dalam alat dengan lubang mengarah ke sumber radiasi kemudian dilakukan analisa. 3.3.11.3 1 H-RMI Kristal fraksi F2.D dilarutkan dalam kloroform dan dilakukan analisa dengan 1 H-RMI pada frekuensi 500 MHz. 40 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyiapan Bahan

Tumbuhan paku yang diperoleh dari wilayah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dilakukan determinasi di Pusat Penelitian Bogoriense LIPI, Cibinong, Bogor, yang bertujuan untuk mengetahui keaslian tumbuhan yang akan digunakan dan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemilihan tumbuhan. Hasilnya adalah tumbuhan yang diperoleh merupakan tumbuhan paku Nephrolepis falcata Cav. C.Chr Lampiran 1. Tumbuhan paku yang diperoleh sebanyak 10,1 kg, disortasi untuk memisahkan antara tumbuhan dengan kotoran dan kontaminan lainnya. Proses pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan yang bertujuan untuk meminimalisir adanya pemanasan yang dapat merusak senyawa yang terkandung, mengingat senyawa yang akan diisolasi merupakan senyawa antioksidan, karena senyawa tersebut sebagian besar dapat mengalami kerusakan dengan adanya pemanasan. Pengeringan dengan cara ini, juga dapat meminimalisir terjadinya kehilangan senyawa yang mudah menguap atsiri apabila dalam tanaman tersebut mengandung senyawa minyak atsiri. Penghalusan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel tumbuhan, yang bertujuan untuk memaksimalkan dalam proses ekstraksi, karena semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas permukaannya, sehingga kontak antara pelarut dengan partikel tumbuhan semakin besar dan proses ekstraksipun dapat berjalan maksimal. Dari 10,1 kg sampel daun segar Nephrolepis falcata, diperoleh 1,256 kg simplisia kering yang selanjutnya Simplisia disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk menghindari cemaran oleh mikroba dan mikroorganisme lainnya.