48
BAB IV Perspektif Bapepam-Lk Terhadap RUU OJK Dalam Bidang Pengawasan Pasar
Modal Syariah A.
Perspektif Bapepam-Lk Terhadap Pembentukan OJK dan Isi RUU OJK
Otoritas Jasa Keuangan yakni lembaga yang melaksanakan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan secara terpadu, independen, dan
akuntabel terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan, pasar modal dan industri keuangan nonbank. OJK adalah lembaga independen yang tidak berada
dibawah otoritas lain didalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia, yang memiliki independensi di dalam melaksanakan fungsinya, bebas dari
campur tangan pihak lain. Independensi OJK dapat dilaksanakan dengan penerapan tata kelola yang baik antara lain dalam hal penetapan Dewan
Komisioner yang transparan dan prudent, akuntabilitas dan pertanggungjawaban kepada publik, serta mekanisme check balances dimana dilakukan pemisahan
yang jelas antara fungsi pengaturan dan fungsi pengawasan. Independensi OJK diatur dalam RUU OJK.
1
Berdasarkan ketentuan pasal 34 Undang-undang tentang Bank Indonesia beserta penjelasannya dapat disimpulkan bahwa OJK akan bertugas mengawasi
bank, lembaga-lembaga usaha perasuransian, lembaga-lembaga usaha pasar
1
Diakses pada t anggal 12 Agust us 2011 dari ht t p: w w w.ojk-indonesia.info
modal, dana pensiun, lembaga-lembaga usaha pembiayaan, modal ventura, dan lembaga-lembaga lain yang mengelola dana masyarakat. Dengan demikian OJK
akan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, dan institusi-
institusi pemerintah lain yang selama ini mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat.
2
Perumusan RUU OJK pasca amandemen UU No.3 tahun 1999 dimulai sejak tahun 2008, yang tentunya berdasarkan amanat UU No. 3 tahun 2004
tentang BI Bank Indonesia. Pembentukan OJK ini merupakan fungsi pemerintah, dan perumusan RUU OJK dilakukan oleh pemerintah yang terdiri
dari kementerian keuangan yang diwakili oleh Bapepam-Lk selaku pemilik otoritas di bidang pasar modal dan BI selaku pemilik otoritas dibidang
perbankan. Ditengah polemik butuh atau tidaknya, setuju atau tidak OJK dibentuk,
Bapepam-Lk sendiri memiliki pendapat, bahwasanya OJK perlu dibentuk dan adapun penjelasan tentang pentingnya OJK dibentuk tertuang dalam naskah
akademik pembentukan OJK.
2
Darmin Nasution, “Konsepsi Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dan Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
”, diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari www.legalitas.org
“Faktanya OJK ini memang diperlukan, argumennya ada di naskah akademik RUU OJK, itulah argumennya, argumennya sudah cukup
kuat”
3
Dalam Naskah Akademik Pembentukan OJK dijelaskan bahwasanya
terdapat beberapa landasan penting dalam pembentukan OJK, yaitu: landasan yuridis
dimana UU No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yang mengamanatkan bahwasanya perlu dibentuknya lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang termasuk didalamnya perbankan, pasar modal, modal ventura, dana pensiun, lembaga keuangan nonbank dan lain sebagainya yang termasuk
dalam bidang industri jasa keuangan baik konvensional maupun syariah.
Landasan filosofis, dari segi filosofis pembentukan OJK dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan jasa keuangan didalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta dapat
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
4
Adapun dari segi landasan sosiologis, pembentukan OJK didasari semangat
reformasi dan gejala transformasi sektor keuangan yang menglobal yang ditandai oleh kemajuan teknologi informasi, inovasi produk-produk finansial yang
semakin kompleks dan keterkaitan entitas bisnis antar negara.
5
3
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Touriq Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Pasar Modal Syariah Bapepam-Lk.
Jakart a, 25 Juli 2011
4
Tim Panitia Ant ar Depart em en Pem bent ukan Rancangan Undang-Undang Tent ang Ot orit as Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan OJK, 2010, h. 3
5
Ibid, h.5