Multi Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan sektor Twin Peak Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan
negara lain, serta pengaturan dan pengawasannya, telah menjadi dasar bagi penyusunan rancang bangun OJK dalam Rancangan Undang-Undang tentang
OJK RUU-OJK Terdapat materi RUU OJK dan beberapa ketentuan perundangan yang
terkait apabila OJK selaku otoritas yang melakukan pengaturan dan pengawasan disektor jasa keuangan terbentuk, dijelaskan dengan tabel
berikut:
13
Keterkaitan RUU OJK Dengan Hukum Positif
No Peraturan Perundangan Terkait dan
Substansi Rumusan Pasal Peraturan Terkait
1
2 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3
Tahun 2004
Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
Terkait dengan
kebijakan moneter, sistem pembayaran
dan stabilitas keuangan Memuat amanat pembentukan
OJK Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24
Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan
Memuat peran OJK terkait bank bermasalah
Pasal 34 [1] Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan
undang-undang.
[2} Pembentukan
lembaga pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat [1], akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 desember
2010
Pasal 21 Ayat [1]
[1] LPS menerima pemberitahuan dari LPP mengenai bank yang sedang dalam upaya
penyehatan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan dibidang
perbankan.
13
Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Opcit., H. 14
3 Pimpinan OJK menjadi salah
satu anggota dewan komisioner LPS
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
7 Tahun
1992 Tentang
Perbankan Sebagaimana Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998
Saat OJK
terbentuk tugas
dan wewenang bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam UU tentang perbankan menjadi tugas dan wewenang OJK.
Beberapa ketentuan yang terkait adalah:
Peran OJK dalam perizinan dan pencabutan izin usaha
bank Ayat [2]
LPS melakukan penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik setelah LPP atau
komite koordinasi
menyerahkan penyelesaiannya kepada LPS.
Pasal 65 Ayat [1]
[1] Anggota dewan komisioner berjumlah 6 enam orang, yang terdiri atas:
a. 1 satu orang pejabat setingkat eselon 1 departemen keuangan yang ditunjuk oleh
menteri keuangan; b. 1 satu orang unsur pimpinan LPP yang
ditunjuk oleh pimpinan LPP; c. 1 satu orang dari unsur pimpinan bank
Indonesia yang ditunjuk oleh pimpinan bank Indonesia;
d. 3 tiga orang anggota yang berasal dari dalam danatau luar LPS.
Pasal 16 [1] Setiap pihak yang melakukan kegiatan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoles izin
usaha sebagai bank umum ata bank perkreditan rakyat dari pimpinan bank Indonesia, kecuali
apabila
kegiatan menghimpun
dana dari
masyarakat dimaksud diatur dengan undang- undang tersendiri.
Pasal 37 [2] Apabila:
a. Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat [1] belum cukup untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi bank;danatau b. Menurut penilaian bank Indonesia keadaan