35
perasaan yang berbeda-beda, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang.
56
Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama, namun anggapan itu salah. Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya
mengungkapkan bahwa antara perasaan dan emosi adalah berbeda. Pada perasaan terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar baik positif maupun negatif,
sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan sebagainya.
57
Menurut beberapa pendapat di atas, maka emosi merupakan suatu respon atas rangsangan yang diberikan baik dari lingkungan maupun dari dalam diri
individu sendiri, sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang menentukan kehidupannya. Atau dengan kata lain emosi adalah suatu perasaan
efek yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
3. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh John Mayer dari Universitas New Hampshire dan Peter Salovey dari
Universitas Harvard pada tahun 1990. Istilah tersebut kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman dalam karya monumentalnya Emo
ional In elligence: Wh
1
I Can
Ma
0 0
e
2
Mo
2
e Than IQ 1995. Istilah kecerdasan emosional yang dikemukakan Peter Salovey dan John Mayer adalah untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan, diantaranya adalah: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian,
kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antara pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
58
56
Zikri Neni Iska, P
3
ikologi Pe
45 6 4 7 6a
Pemahaman Di
a
i dan Lingk
845 6
n, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, h. 104
57
M. Alisuf Sabri, Pe
45 6
4 7 6 a
P
3
ikologi Um
8 9
dan Pe
a
kembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001, h. 74
58
Lawrence E. Shapiro, Mengaj
6 a
kan Em
:3
ional In
7
elligence pada Anak, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cet. Ke-4, h. 5.
36
Pakar psikologi Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf mengatakan bahwa: Emo
;
ional In
;
elligence i
;
he abili
; = ;
o en
e,
?
e
A ;
and, and effec
;
i
B
el
=
appl
= ;
he po
C
e
A
and ac men of emo
;
ion a
a
D A
ce of
h
man ene
A
g
=
, info
A
ma
;
ion, connec
;
ion, and infl ence.” Kece
A
da an Emo
ional adalah kemam
E F ?
me
A
a akan, memahami, dan
eca
A
a efek
;
if mengaplika ikan kek
F;
an e
A ;
a kece
A
da an emo
i ebagai
e
G F h
mbe
A
ene
A
g
=
m
F?
ia, info
A
ma i,
h G ?
H F?J
dan penga
A h
K
. Kecerdasan emosional menuntut pemilikkan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta
menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
59
Pengertian yang diungkapkan oleh Nana Syaodah mengatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengendalikan diri mengendalikan emosi,
memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stess, mampu
menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
60
Menurut Daniel Goleman, mengatakan bahwa kecerdasan emosional mengandung beberapa pengertian. Pe
A ;
ama, kecerdasan emosional tidak hanya berarti sikap ramah. Pada saat-saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan sikap
ramah, melainkan misalnya sikap tegas yang barangkali memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari.
Ked
F
, kecerdasan emosional bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa memanjakan perasaan, melainkan mengelola perasaan
sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran bersama.
61
Kecerdasan emosional lebih lanjut dapat diartikan kepiawaian, kepandaian, dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam
59
Robert K Cooper, Kece
L MN O
an Em
P O
ional dalam Kepemimpinan dan O
L
gani
O N O
i Ter, Alex Tri Kantjo Widodo, Em
P Q
ional In
Q
elligence in Leade
L O
hip and O
L
gani
z
a
Q
io
R O
, Jakarta: Gramedia, 2002, Cet. Ke-5, h. xv
60
Nana Syaodih Sukmadinata, L
N R
MN O
an P
O
ikologi P
L P
O
e
O
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, cet. Ke-1, h. 97.
61
Daniel Goleman, Kece
L MN
O
an Em
P O
i
S RQS T
Mencapai P
S RU
ak P
L
e
O Q
N O
i, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, cet. Ke-3, h. 9
37
berhubungan dengan orang lain yang berada disekelilingnya dengan menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimilikinya, seperti inisiatif dan
empati, adaptasi, komunikasi, kerjasama, dan kemampuan persuasi yang secara keseluruhan telah mempribadi pada diri seseorang.
62
Jeanne Segal mengemukakan kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan yang menggambarkan kecerdasan hati, membuat seseorang berhasil
dalam kehidupannya, berkaitan dengan hubungan pribadi dan antar pribadi, bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan
kemampuan untuk mengenali diri menyadari keadaan diri, mengendalikan diri yang spontan, dan membangkitkan motivasi dalam diri serta memahami gejolak
perasaan orang lain lewat sikap empatik dan kecakapan bergaul.
63
Gardner juga dalam bukunya yang berjudul F
V
ame Of Mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolotik yang penting untuk
meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spectrum kecerdasan yang lebar dengan tujuan varietas utama yaitu naturalistic, linguistic, matematikalogika,
spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman
disebut sebagai kecerdasan emosional.
64
Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antarapribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menaggapi dengan tepat, suasana hati,
tempramen, motivasi, dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antarpribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju
perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan- perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”.
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan
sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah “kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
62
Ibid.
63
Jeanne Segal, Meleji
W
kan Kepekaan Em
XY
ional Bandung: Kaifa, 2002, h. 27
64
Goleman, op. ci
W
., h. 50-53.
38
orang lain empati dan kemampuan untuk membina hubungan kerjasama dengan orang lain”.
65
Pada tahap awal, IQ dianggap sebagai satu-satunya kecerdasan yang dimiliki manusia yang akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar,
padahal kualitas hasil belajar tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor inteligensi. Dalam kaitan ini kedudukan inteligensi memang mempunyai kedudukan yang
strategis sebagai motor mental yang akan menggerakkan proses atau aktifitas potensi-potensi mental dalam berfikir atau memecahkan masalahnya, tetapi dalam
proses mental tersebut masih perlu ditunjang oleh faktor-faktor lainnya. Pada tahap selanjutnya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang neorologi dikemukakan satu kecerdasan manusia yang cara kerjanya berbeda dengan model Kecerdasan
Intelektual In
Z
elligence Q
[\ Z
ien
Z
, yaitu Kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi Emo
Z
ional Q
[\ Z
ien
Z
seperti: diungkap oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, membantu kita menciptakan asosiasi antar hal, misalnya antara lapar dan nasi,
antara rumah dan kenyamanan, antara warna dan emosi atau bahaya.
66
Howard Gardner dalam penelitiannya yang dikutip oleh Daniel Goleman, “C
]
acking Open
Z
he IQ Bo , The Ame
]
ican Pe
] _
pec
Z
i
`
e” Winter, 1996, menunjukkan bahwa staus akhir seseorang dalam masyarakat pada umumnya
ditentukan oleh faktor-faktor bukan IQ, melainkan oleh kelas sosial hingga nasib baik. Setinggi-tingginya, IQ menyumbang 20 persen bagi faktor-faktor yang
menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan- kekuatan lain.
67
Kata-kata “kekuatan-kekuatan lain” inilah yang disebut oleh Daniel Goleman sebagai kecerdasan emosional, yaitu kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
65
Ibid., h. 57
66
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ : Memanf
cce
kan Kece
f
d
c g
an Spi
f
i
e i
al dalam Be
f
piki
f
I
j e
e
k f
ali
g e
ik dan Holi
g e
ik
i j
e i l
Memaknai Kehi
mi qc j
, edisi Indonesia, Bandung: Mizan, 2001, h. 44.
67
Goleman, op. ci
e
., h. 44.
39
strees tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a.
68
Seseorang dikatakan cerdas secara emosional apabila memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri dan selaraskan setiap gejolak emosi dalam diri, serta
kemampuan untuk berinteraksi dengan baik dalam lingkungannya. Q
{ |} ~
{
m Lea
ning, sebuah model pembelajaran paling mutakhir, mendasarkan metodenya pada pengolahan emosi yang menempati peran
menentukan. Dalam proses belajar, kecerdasan emosi akan menimbulkan emosi positif, yang membuat otak lebih efektif. Emosi yang positif mendorong ke arah
kekuatan otak, yang mengarah kepada keberhasilan, yang mengarah kepada emosi yang positif, sebuah siklus aktif yang mengangkat diri lebih tinggi dan lebih tinggi
lagi. Kecerdasan emosional merupakan hasil kerja dari otak kanan, sedang
kecerdasan intelektual merupakan hasil kerja otak kiri. Menurut De Porter dan Hernacki, otak kanan manusia memiliki cara kerja yang acak, tidak teratur, intuitif
dan holistic, sedangkan otak kiri memiliki cara kerja yang logis, sekuensial, rasional dan linier.
69
Melalui beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional dapat teraktualisasikan saat seseorang memiliki kontrol emosi diri yang
stabil dan kecakapan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal
emosi diri, dapat mengatur emosi dan mengelola emosi, mempunyai motivasi dalam diri serta memiliki kecakapan sosial yang meliputi empati dan keterampilan
sosial yang tinggi.
4. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional