BAB II URAIAN TOERITIS
2.1 Pengertian Sektor Informal
Istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart 1971 seorang antropolog Inggris, dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan di
Kenya, dengan menggambaran sektor informal sebagai bagian dari angkatan kerja di kota yang ada di luar pasar kerja yang teroganisir. Mulai saat ini, sektor
informal telah disebut sebagai suatu konsep yang memberikan harapan dan disempurnakan lagi oleh ILO International Labour Organization yang
mempelajari kesempatan kerja di Kenya dalam rangka program kesempatan kerja dunia.
Dalam laporan ILO tersebut dan dari berbagai penelitian tentang sektor informal di Indonesia, telah menghasilkan 10 ciri pokok sektor informal sebagai
berikut: 1.
Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitaskelembagaan yang tersedia
di sektor formal 2.
Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha. 3.
Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. 5.
Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor. 6.
Teknologi yang dipergunakan bersifat primitif.
Universitas Sumatera Utara
7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga
relatif kecil. 8.
Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter prises dan kalau mempekerjakan buruh berasal dari keluarga.
9. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan
sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi. 10.
Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh masyarakat desakota yang berpenghasilan rendah.
Disamping itu ILO menemukan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan perlindungan oleh pemerintahan
tetapi mempunyai makna ekonomi karena bersifat kompetitif dan padat karya, memakai input dan teknologi lokal serta beroperasi atas dasar kepemilikan sendiri
oleh masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian dinobatkan sebagai sektor informal Lyta Permatasari, 2007.
Di kalangan para peneliti, pada sektor informal sudah terdapat semacam pandangan konsensus tentang dua hal. Pertama, bahwa sektor informal pada
hakekatnya merupakan konsep ekonomi. Oleh karena itu kegiatannya dapat dikelompokkan menurut klasifikasi lapangan usaha. Kedua, bahwa yang dianalisa
adalah perilaku unit usaha, dan bukan keluarga atau individu. Terdapat unit usaha yang skala paling kecil maka perilaku unit usaha akan identik dengan perilaku
individu. Beberapa defenisi lain dari sektor informal yang dikemukakan oleh
beberapa ahli ekonomi lainnya Ibid:
Universitas Sumatera Utara
1. Portes dan Catells dalam Chandrakirana 1995 mengajukan defenisi
sektor informal sebagai proses perolehan penghasilan diluar sistem regulasi. Istilah ini merupakan suatu ide akal sehat common sense nation
yang karena batas-batas sosialnya terus bergeser, tidak dapat dipahami dengan definisi yang ketat. Mereka melihat bahwa sektor informal sebagai
suatu proses perolehan penghasilan mempunyai ciri-ciri sentral yaitu tidak diatur oleh lembaga-lembaga sosial dalam suatu lingkungan legal dan
sosial. Menurut mereka, batas-batas ekonomi informal bervariasi secara substansial sesuai dengan konteks dan kondisi historisnya masing-masing
2. Sthurman dalam Manning dan Effendi 1996 mengemukakan istilah
sektor informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskaka kecil. Alasan mereka mengatakan bahwa sektor
informal berskala kecil adalah: -
Umumnya mereka berasal dari kalangan miskin. -
Sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang.
- Bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk
memperoleh keuntungan. -
Umumnya mereka memiliki pendidikan yang rendah. -
Umumnya mereka memilki keterampilan yang rendah. 3.
Dipak Mazundar dalam Manning dan Effendi 1996 memberikan defenisi sektor informal sebagai pasaran tenaga kerja yang tidak dilindungi.
Dikatakannya bahwa salah satu aspek penting dari perbedaan antara sektor informal dan sektor formal sering dipengaruhi oleh jam kerja yang tidak
Universitas Sumatera Utara
tetap dalam jangka waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan hubungan kontrak jangka panjang dalam sektor informal dan upah
cenderung dihitung per hari atau per jam serta menonjolnya usaha mandiri.
2.2 Pengertian Pasar Tradisional