Prinsip Dasar Perancangan Grafis Pada Produk Cetakan

memiliki suatu tujuan lain yaitu membawa muatan citra baik dari perusahaan yang memberikan informasinya, desainer sebagai penggagas pesan komunikasi visualnya. Selain itu menyadari dalam suatu iklim kompetisi yang sangat tinggi di era informasi ini persoalan konsep dan daya tarik visual menjadi bagian yang dipertimbangkan oleh perancang guna menghasilkan suatu karya produk cetakan yang sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu kelebihan dari produk cetakan dibanding dengan informasi elktronik seperti TV dan internet, terletak pada nilai bentuknya secara fisik dan kandungan informasi yang dapat disimak sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh pemirsanya. Sehingga tingkat pemahaman dari pemirsanya dibentuk melalui suatu informsi yang tersimpan dalam karya produk cetakan yang dapat dibaca dan dilihat sewaktu- waktu. Oleh karena itu bagaimana suatu karya produk cetakan dihasilkan melalui suatu pertimbangan yang matang agar hasilnya selain membawa suatu informasi yang penting untuk diketahui oleh pemirsanya, namun juga dapat menimbulkan suatu keinginan untuk memiliki dan menyimpannya. Suatu karya produk cetakan dibangun melalui berbagai pendekatan yang segala sesuatunya disesuaikan dengan berbagai kondisi yang melingkupinya, baik melalui pendekatan isi atau materi informasinya, maupun fisiknya yang dalam hal ini adalah termasuk pada jenis kertas yang digunakan, ukuran, teknik cetak dan penyelesaian akhirnya.

2.4.1. Prinsip Dasar Perancangan Grafis Pada Produk Cetakan

Secara historis desain grafis lahir sebagai sebuah profesi baru sebagai hasil dari persinggungan antara seni dan teknik, yang terus mengalami perubahan-perubahan khusunya perubahan paradigma akibat dari berbagai pengaruh setelah Perang Dunia II paradigma desain mengalami pergeseran dari “paradigma seni” yang menempatkan karya desain sebagai gubahan seni ke arah paradigma sosial ekonomis yang menitik beratkan pada pemecahan aspek-aspek eksternal, ketimbang kebebasan desainer. Universitas Sumatera utara Desain grafis sebelumnya menekankan pada komposisi tipografis dipadukan dengan gaya seni lukis bergeser ke arah penekanan pada fungsi-fungsi informatif, dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti komunikasi, kemampuan persepsi, psikologi, sosial budaya, strategi dan falsafah perusahaan. Keberadaan profesi desain grafis saat ini sebagai salah satu pemenuhan kebuthan manusia akan informasi yang disampaikan dari satu pihak kepada pihak lain, dimana desainer grafis berperan sebagai pengubah sebagian informasi tersebut dari bahasa verbal ke dalam bahasa visual dengan maksud agar informasi tadi memudahkan komunikan dalam memperoleh isi pesan. Tujuan perancangan grafis melalui produk cetakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapainya, dengan perkataan lain, aspek komunikatif, efisien, efektif serta memperhitungkan faktor keindahan yang dimunculkan dalam produk cetakan adalah untuk mendukung design follow function. Unsur-unsur yang digunakan dalam desain grafis seperti huruf, illustrasi, foto, garis, bidang, warna, tekstur serta elemen pendukung lainnya perlu ditata sedemikian rupa sehingga: a. Menarik perhatian komunikan untuk membaca pesan komunikasinya b. Memudahkan komunikan untuk mengetahui mana informasi yan penting dan mana yang kurang penting c. Memudahkan komunikan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan Persoalan selanjutnya yang berkaitan dengan pemahaman suatu penyampaian pesan tersebut terletak pada bagaimana perancang garafis mengkomunikasikan suatu gagasan informasi tersebut melalui berbagai gagasan visual sebagai inti dari bidang desain grafis, dimana dapat dipahami dalam suatu masyarakat tertentu terdapat begitu banyak sistem yang mempengaruhi dan membentuk suatu pola pemahaman dalam cara melihat, mengartikan dan menyikapi suatu bentuk informasi yang diterimanya. Dapat digambarkan disini pada dasarnya manusia itu dipengaruhi oleh banyak kekuatan rangsang-rangsang yang disebut “medan psikologis” yaitu bagaimana Universitas Sumatera utara suatu kebiasaan-kebiasaan dalam cara melihat, cara membaca, dan merasakan suatu apa yang dilihat, merupakan suatu hal yang didapat dari pengalaman selama ini, dengan pola kesesuaian dalam menerima rangsangan tersebut. Mustahil apabila seseorang membaca segala informsi yang ditemukannya, karena pada hakekatnya setiap orang memiliki penyaring perhatian attention filter. Disadari atau tidak ia melakukan pemilihan terhadap terpa rangsang atau semua yang ditemukan dalam kesehariannya. Seseorang hanya akan membaca atau mengamati suatu informasi tertentu yang sesuai dengan minat atau kepentingannya, ia tidak dengan sengaja membaca semua papan rekalame yang bertebaran di sepanjang jalan dari tempat tinggalnya ke tujuan ia pergi. Ataupun dia tidak dengan sengaja menyimak semua berita yang didengarnya. Kebanyakan dari rangsang tersebut tidak terjaring karena ia menganggapnya tidak menarik atau kurang relevan dengan minat dan perhatiannya. Tahapan dari proses menerima stimulus dari luar ini selanjutnya pada persoalan penafsiran dimana setiap orang berbeda dalam menyusun isi rangsang tersebut ke dalam model realitasnya, tidak jarang sesorang menyederhanakan, meramu, menyusun bahkan menciptakan rangsang baru dalam proses penafisrannya. Masalah rangsang atau stimulus yang data meningkatkan daya tarik terhadap karya produk cetakan tentunya merupakan hal yang harus di pahami oleh perancang grafis dalam menghasilkan karya-karyanya. Dalam pemahaman yang digunakan selama ini terhadap pembentukan pola dasar visual, terdapat beberapa hal yang dianggap sebagai “prinsip” dalam menciptakan suatu pola dasar visual tersebut. Berbagai tes yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara “minat membacamenyimak” dengan faktor “kemudahan untuk dapat disimak dan dibaca” dari efek-efek pola visual dan huruf yang digunakan Sudiana, 2003

2.4.2 Prinsip Gestalt Dalam Produk Cetakan