Pop Modernisme Analisis Komputer Pada Perancangan Grafis Dan Pengaruhnya Terhadap Tampilan Produk Cetakan

2.3 Pop Modernisme

Konsumerisme yang melanda Amerika dan Eropa, merupakan implikasi kemajuan dalam penggayaan desain. Pada awal perkembangan desain masa rekonstruksi sebagai dampak pasca Perang Dunia II, yang mendominasi aktivitas inovasi desain dan manufaktur terhadap barang konsumsi, dengan cara memanipulasi produk yang selaras dengan selera pasar, menyebabkan banjir barang konsumsi. Hal ini menjadi kenyataan di Inggris sejak awal abad ke 19, lalu tahun 1930-an menjadi penggayaan massal Modernisme, hingga tahun 1950-an menghasilkan barang konsumsi model baru sebagai dampak penjelajahan media massa sehingga menimbulkan keberanian masyarakat untuk membeli dan menjadi konsumtif. Fenomena itu merupakan perpanjangan budaya konsumerisme Amerika terhadap Inggris. Ditandai sejak Perang Dunia II usai, banyak barang cetakan, majalah serta iklan berasal dari dan membawa pengaruh kebudayaan Amerika. Pada tahun tersebut di Eropa muncul perhatian serius terhadap American Way of Life, karena vitalitas, kekayaan materil dan kemajuannya di segala bidang. Di sisi lain, sangat berbeda dengan keadaan di Eropa yang masih kelelahan akibat perang. Memasuki dekade tahun 60-an, ledakan bayi pasca perang, mulai menginjak masa remaja dan dewasa, populasi kaum muda ini dianggap paling besar dalam sejarah. Di barat, gejala ini ditandai fenomena Youthquake, yaitu gelombang pencarian identitas diri kaum muda, gerakan ini berciri: a. Resetilmetit: penolakan terhadap batasan norma kolot yang kaku, otoriter dan dekaden b. Reaction; reaksi terhadap segala bentuk kesewenangan dan kemapanan c. Rebellioustiess; aksi pemberontakan. Kaum muda yang datang dari kelas pekerja ini mencoba menentukan aturan dan nilai sendiri jiwanya. Mulai dari pakaian, rambut, sepatu, barang-barang, musik, Universitas Sumatera utara idola, gaya hidup, pemikiran dan pandangan hidupnya. Fenomena ini mengalami benturan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua di tengah gencarnya iklim konsumerisme dan budaya massa yang telah tercipta sebelumnya. Secara sosial hal tersebut dianggap melatarbelakangi “budaya pop”. Meskipun budaya pop berakar di Amerika Serikat, namun yang berbasis intelektual justru berkembang khususnya di Inggris. Munculnya kelompok The Independent Group IG 1950, merupakan pengaruh budaya massa Amerika. Anggota kelompok ini, terdiri dari seniman dan kritikus muda: Eduardo Paolozzi, Peter Alison Smithson, Ian Henderson, Reyner Banharn, Richard Hamilton, John Mchale dan Lawrence Alloway. Mereka melihat kesenjangan antara budaya elit kelas atas dengan budaya pop yang hidup dikalangan rakyat, mereka kemudian mejembatani keduanya. Secara khusus, IG diilhami oleh seniman Amerika Andy Warhol dan Roy Lichenstein. Dua tokoh perintis Pop Art mengantisipasi kemajuan teknologi yang terjadi sekitarnya. Pop mengangkat simbol dan idiom budaya massa sebagai kaidah seni dan diyakini sebagai karya estetika yang tinggi. Dalam konsep pop, kaidah seni dan keindahan yang lazim, dijungkirbalikkan. Berdasarkan kajian antropologis dan semiologis, dinyatakan bahwa nilai keindahan yang manusiawi terletak pada bentuk budaya yang hidup di masyarakat: seperti iklan, televisi, fashion, musik pop, novel, komik, majalah remaja dan seterusnya. Kesan budaya rendahan, selera kampungan, main-main, dangkal dan hiburan diserap untuk kemudian diungkapkan secara nyata dalam bentuk karya serius. Pop merebak sebagai gejala sosial meluas ke daratan Eropa dan Amerika Serikat. Gerakannya merupkan ciri pemberontakan kaum muda terhadap nilai-nilai “kolot” generasi tua. Pop merambah ke semua cabang desain, bahkan di kehidupan sehari-hari. Pop tidak menawarkan gaya tunggal, tetapi bersifat ekletik, bercitra teknologi masa depan, khayalan bahkan mistissisme timur. Universitas Sumatera utara Contoh aliran pop yang sangat terkenal, yaitu karya Andy Warhol yang mengangkat Marilyn Monroe dalam karyanya pada gambar di bawah ini. Gambar 2.7 Karya Andy Warhol, Marilyn Monroe 1967 Pop bebas dengan kemungkinan baru perpaduan gaya tak lazim. Walaupun dipengarui oleh perlawanan estetik kaum Dada, surealis dan Seni Optik dalam tampilan warna dan garis namun ciri inovasi kreatif pop terletak pada kebebasan kesegaran dan pakai buang. Malalui Pop, para desainer bereksperimen dengan tampilan bentuk yang tidak serius, dangkal dan main-main. Hubungan bentuk dan fungsi anutan para modernis, digantikan oleh hubungan bentuk yang ekspresif Kusriyanto, 2007.

2.4. Perkembangan Produk Cetakan