Tahapan Pengambilan Keputusan untuk Menikah Kembali

kehidupannya dan meringankan beban yang selama ini ditanggungnya seorang diri. “ya kalo ibaratnya, kayak mana ya. Kalo materi kita kan juga butuh, ibaratnya kalo sendiri cari makan ini kan, iya kalau sanggup. Kalo kerja di lsm ini kan gak selamanya. Kalau misalnya gak kerja lagi mau kayak mana kondisi awak, kayak gitu juga kan. Itu kalo misalnya kita dirumah kita butuh perhatian juga kan, gamungkin kan orang tua lagi kita udah besar. Itu juga sih yang membuat kakak yaudahlah. Kayak sekarang kan ibaratnya kakak udah ada yang ngingetin makan obat walaupun bunyi alarm udah tau, obat ma jangan lupa, gitukan. Juga memotivasi kita. Intinya kakak mencari pasagan hidup intinya untuk memotivasi, membuat kakak sehat bukan untuk membuat kita pusing. Gitu ajasih.” W2S2LTR.ARb.229-250 Rara mengaku bahwa walaupun sebelum Rara menikah untuk yang kedua kalinya Rara sudah menceritakan tentang penyakitnya kepada suami keduanya tetapi dirinya belum menceritakan penyakitnya kepada keluarga dari suami keduanya. Sampai sekarang Rara mengaku masih menutupi penyakitnya dari mertuanya. Setiap Rara ditanya mengenai obat yang dikonsumsinya, Rara akhirnya harus berbohong kepada mertuanya.

2. Tahapan Pengambilan Keputusan untuk Menikah Kembali

a. Tahap Menilai Masalah Rara akhirnya memutuskan untuk melakukan remarriage. Tetapi keputusan dibuat oleh Rara dengan melewati berbagai pertimbangan. Sebelum memutuskan untuk melakukan remarriage, Rara mengaku bahwa dirinya mempertimbangkan berbagai hal yang mungkin terjadi di pernikahan kedua yang akan dilakukannya. Universitas Sumatera Utara Rara mengaku bahwa dirinya mengumpulkan informasi – informasi yang berkaitan dengan pernikahannya kelak. Rara bercerita bahwa salah satu informasi yang dikumpulkannya adalah informasi mengenai penyakit HIV yang dideritanya. Rara yang bekerja di suatu komunitas ODHA mengaku sudah banyak mengumpulkan informasi mengenai HIVAIDS. Informasi yang didapatkannya yaitu terkait penularan penyakit HIVAIDS dan pencegahannya. Menurut Rara, informasi yang didapatkan Rara mengenai HIVAIDS dari komunitas tempat dirinya bergabung sudah cukup lengkap. Informasi yang diberikan dari komunitas tersebut berasal dari sumber yang terpercaya yaitu seorang dokter yang berpengalaman mengenai penyakit HIVAIDS. Dokter tersebut yang langsung memberikan informasi mengenai HIVAIDS kepada anggota dari komunitas. Rara juga mengaku menambah informasi yang dimilikinya dengan membaca buku – buku mengenai HIVAIDS. Buku – buku mengenai HIVAIDS yang dibaca Rara saat berada di komunitas tersebut merupakan buku – buku yang diterbitkan WHO, sehingga informasinya terpercaya. “iya udah cukup. Karena kan kalau pertemuan kan, kayak ke Jakarta yang ngomong dokter langsung. Kami gak neko – neko gitu, memang dokternya langsung memberi kami pengarahan. Dan juga bukunya dikeluarkan dari WHO, bisa kami baca. Tapi kadang di lapangan, maaf cakap lebih tau kami lagi daripada dokter, kenapa? Karena kami udah ada ilmu terus kami pengalaman. Kalau dokter kan cuman ngomong aja dia gatau prakteknya, gitukan. ” W3S2PK.T2b.654-668 Universitas Sumatera Utara Selain mengumpulkan informasi mengenai penyakitnya, Rara juga mempertimbangkan beberapa masalah yang mungkin dapat terjadi bila dirinya melakukan remarriage. Masalah – masalah tersebut diakui Rara menimbulkan ketakutan dalam dirinya. Salah satu masalah yang ditemukannya adalah Rara mengaku bahwa dirinya merasa sulit untuk dapat menerima kekurangan calon suami keduanya. Rara cenderung membandingkan calon suami keduanya yang berwatak keras dengan almarhum suami pertamanya yang berwatak lemah lembut. Rara takut jika dikemudian hari akan timbul masalah karena perbedaan prinsip dan kepribadian antara dirinya dan suaminya. Rara menilai bahwa dia dan pacarnya memiliki watak yang sama – sama keras sehingga ada kemungkinan kepribadian mereka akan mengalami ketidakcocokan. Rara juga takut prinsipnya tidak sejalan dengan prinsip suami keduanya, dan akhirnya menimbulkan perpecahan dalam pernikahannya. “kek mana ya, kek rasa takut gitusih. Nantilah gitukan, padahal sampe hari H nya, mak bisa diundur lagi gak, seminggu lagi, karena takut gitukan. Padahal terkadang mikir gini kan, iya iya namanya aku mau berumah tangga lagi mau sampe kapan aku, ibaratnya gabisa menerima kekurangan dan kelebihan seseorang gitu.” W1S2PK.T1b.127-138 Selain ketakutan tidak dapat menerima kekurangan dari calon suami keduanya, Rara juga merasa takut bila ditengah pernikahannya nanti suami keduanya menginginkan anak darinya. Rara menceritakan bahwa sebelum menikah memang pacarnya tersebut telah menerima keadaan Rara yang tidak bisa Universitas Sumatera Utara punya anak lagi. Tetapi pacar Rara juga mengatakan bahwa pasti Tuhan memberikan mereka anak suatu saat nanti. Rara yang telah melakukan steril pada kandungannya di pernikahannya yang pertama, membuatnya merasa takut bila nantinya ditengah pernikahan mereka suami keduanya akan kembali meminta anak darinya. Rara takut masalah untuk memiliki anak ini dapat membawa goncangan pada pernikahan mereka “Kalau kakak kan ibaratnya udah di steril, diikat jadi gabisa punya anak lagi. Yang dari anak kedua. Jadi yang kita takutkan itu. Sekarang okelah dia bilang yaudahlah, ada nya itu nanti kalau memang rejeki, pasti kita bisa punya anak. Sementara kan dia gatau, bawasanya kan udah kakak bilang ini udah gabisa punya anak lagi. Tapi namanya kalau Allah kasih mujizat, itu pasti bisa. Dia tetep berfikirnya seperti itu. Kayak inikan sudah berumah tangga berapa lama, kepengen punya anak dari dia, cuman ya kayak gimana. Itusih” W1S2PK.T1b.209-219 Tidak dapat memiliki anak lagi di pernikahan keduanya memang menjadi masalah yang dipertimbangkan Rara, tetapi anak – anak yang sudah dimiliki Rara dari pernikahan pertamanya juga menjadi pertimbangannya. Rara juga memikirkan mengenai pernikahannya kedepan terutama mengenai kedua anaknya. Rara mengaku bahwa dirinya memikirkan soal anaknya yang merupakan bawaan dari pernikahannya yang pertama. Rara memiliki ketakutan tentang kasih sayang yang nantinya akan diberikan suami keduanya kepada anak – anaknya. Rara takut suami keduanya tidak dapat menyayangi kedua anak Rara seperti anaknya sendiri. Universitas Sumatera Utara “kek mana ya. Kakak berfikir gini juga, apa dia sayang sama anakku gitukan. Kakak kadang berfikir gitu. Anak kakak yang perempuan, dari kecil sama dia, dari umur setahun sama dia yang kecil. Terkadang gak kerja kan dia yang jaga. Terkadang tetangga bilang, ko gak takut anakmu sama lakik mu sementara bukan ayah kandung? Kadang kakak ketakutan disitu. Tapi suami buat kayak mana anaknya gitu, cuman terkadang karena orang ngomong merasa takut juga. Nanti kalau besar anak mu kayak gini gini. Kakak berfikir jangan sampe gitu lah, karena perempuan ini .” W3S2PK.T1b.284-300 Rara yang menderita HIVAIDS juga tidak lepas dari ketakutan akan adanya resiko penularan yang dapat terjadi. Rara menyadari bahwa bila dia menikahi seorang laki – laki yang negatif HIV atau tidak mengidap HIVAIDS, dirinya dapat menularkan HIV yang dimilikinya. Sebelum menikah Rara sudah memikirkan resiko penularan ini dan mengatakan pada calon suami keduanya yang negatif HIV untuk lebih waspada dalam menjaga kesehatan saat mereka nanti mereka menikah. Sebagai ODHA Rara juga terpaksa menyembunyikan status penyakitnya dari keluarga suami keduanya. Hal ini juga menimbulkan ketakutan dalam diri Rara. Rara takut nanti saat dirinya bertengkar dengan suami keduanya, suami keduanya tersebut akan memberitahukan tentang status penyakitnya kepada keluarganya. Rara takut terhadap respon penolakan dari keluarga suami keduanya bila mengetahui mengenai penyakit HIV yang dideritanya. Universitas Sumatera Utara “takut, kek mana ya, takut keluarganya. Takut ibaratnya terjadi percekcokkan dia ngomong ke keluarganya. Kan pernah juga kakak recok, kakak gaada pernah ngomong sama orang. Antar kami keluarga aja kan, kakak recok sama dia. Yaudah bilang aja kalau memang gamau lagi sama aku. Aku gampang bilangin orangtua aku. Aku bilang aja kamu kenak penyakit itu, jadi aku gaada beban, jadi gak aku yang disalahkan. Makanya dulu kan kakak bilang seperti ketakutan kakak kan. Jadi kakak bilang, yaudah kalau itu yang mau kau omongin ya gak masalah. Kakak bilang gitukan. Aku udha biasa kayak gitu. Ya itu yang kakak takuti, betulan kejadian kan, pada saat bertengkar. ” W3S2PK.T1b.12-31 Masalah – masalah tersebut diakui Rara memang membawa ketakutan – ketakutan dalam dirinya untuk melakukan remarriage, tetapi selain itu sebelum dirinya menikah, Rara juga memikirkan mengenai keuntungan serta kerugian apa saja yang bisa di perolehnya bila melakukan remarriage. Salah satu keuntungan yang Rara pertimbangkan adalah perekonomiannya yang dapat terbantu karena ia akan memiliki seorang suami untuk membantunya mencari nafkah. Selain itu, menurut Rara apabila dia menikah kembali, dirinya dapat memiliki seseorang untuk tempat berbagi cerita. Bila menikah Rara juga berharap memiliki seorang pendamping yang dapat memberi perhatian padanya dan juga merawat dirinya yang sakit, seperti mengingatkan agar Rara meminum obat untuk penyakitnya. Rara juga memiliki tujuan dari remarriage yang akan dilakukannya. Sebelum menikah kembali, Rara memerlukan pendamping untuk bertukar pikiran dengannya. Bila dirinya menikah Rara menginginkan suami keduanya dapat menjadi pendamping untuk bertukar pikiran. Rara bercerita bahwa sebelumnya Rara sering bertukar pikiran dengan abangnya, tetapi abangnya telah meninggal Universitas Sumatera Utara dunia. Rara mengaku juga menginginkan sosok yang dapat menggantikan abangnya. Rara menginginkan seseorang yang dapat membantunya dalam mendidik anak – anaknya seperti yang dulu abangnya lakukan. “tujuan utamanya ya supaya ada pendamping untuk kita tukar pikiran. Karena kan kakak sekeluarga cuman tiga. Abang kakak meninggal satu, dia memang yang dulu biayain kakak semua, dia ngertiin kakak. Tinggallah kami dua orang, abang adik. Kita kan karena abang kan gapunya, kakak juga gapunya, kita kan mikir kita mau ngadu sama siapa, kan gak mungkin ke orang tua aja. Mikirnya kesitu, ibaratnya kan adalah pengganti abang aku yang bisa mendidik anak – anak aku. Lebih kesitu aja.” W3S2PK.T1b.129-143 b. Tahap Menilai Alternatif Rara mengaku bahwa dirinya tidak hanya mempertimbangkan masalah – masalah yang mungkin muncul, tetapi juga mencari alternatif – alternatif untuk menanggulanginya. Rara mengumpulkan berbagai alternatif yang dapat membantu. Rara yang sudah berpengalaman mendampingi ODHA mengaku telah memiliki informasi mengenai bagaimana bila seorang ODHA menikah. Rara mengaku telah mengerti bagaimana mencegah penularan penyakitnya baik kepada suami maupun anak. Menurut Rara karena informasi mengenai HIVAIDS yang dimilikinya, ketakutan Rara mengenai penularan terhadap anak maupun pasangan juga menurun. Menurut Rara tidak akan menjadi masalah bila mereka menikah selama su ami keduanya memakai ““pengaman”” selama berhubungan seks. Rara juga memikirkan bagaimana caranya untuk merawat kesehatan suami keduanya dengan baik sehingga suami keduanya tidak akan mudah tertular HIV. Universitas Sumatera Utara Selain mencari alternatif untuk mengatasi penularan virus, Rara juga mencari alternatif untuk mengatasi masalah ketakutan dirinya yang tidak bisa menerima kekurangan suaminya. Sebelum melakukan remarriage, Rara bercerita bahwa dia telah melakukan konsultasi dengan seorang psikolog pernikahan. Dari konsultasi tersebut Rara belajar untuk dapat menerima kekurangan suami keduanya dan menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Rara juga diingatkan oleh psikolog yang membantunya untuk lebih dapat mengalah dan mengerti suaminya. Rara yang bekerja di lembaga sosial dan lebih berpengalaman berhubungan dengan orang lain di lapangan, menyadari bahwa dirinya harus bisa lebih mengalah kepada suami keduanya. Rara juga mencari alternatif untuk mengatasi masalah ketakutan bila suami keduanya meminta anak padanya setelah mereka menikah. Rara mengaku berusaha merubah mindset yang dimilikinya. Rara berusaha untuk berfikir positif mengenai ketakutannya tersebut. Rara berfikir untuk menjalani saja dulu pernikahan keduanya. Hal ini dilakukan Rara karena Rara juga sudah tidak mau mencari pria lain lagi untuk dijadikan suami. Rara merasa bahwa pacarnya adalah orang yang sesuai untuk menjadi pendamping hidupnya. Tentunya kehidupan seseorang tidak hanya dijalani oleh dirinya sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh orang – orang disekitarnya, terutama orang – orang yang dekat dengannya. Rara juga mencari nasehat mengenai remarriage kepada orang – orang terdekatnya. Rara meminta nasehat dari orangtua serta teman – temannya. Rara menceritakan bahwa orangtuanya menginginkan Rara untuk Universitas Sumatera Utara menikah. Menurut Rara hal ini dikarenakan hubungan dirinya dengan calon suami dan keluarganya sudah sangat dekat. Menurut orangtua Rara sudah waktunya hubungan mereka dibawa ke ikatan pernikahan. Tidak hanya orangtua Rara yang menginginkan Rara untuk menikah kembali, menurut ceita Rara, teman – teman dekat Rara yang Rara ceritakan mengenai pertimbangannya untuk remarriage juga menginginkan Rara untuk menikah. Saat Rara menceritakan keraguan dalam hatinya untuk melakukan remarriage, mereka menasehati Rara untuk tidak takut dan ragu melakukan remarriage. Teman – temannya juga menunjukkan keperdulian terhadap kondisi Rara dengan memberikan saran agar Rara tidak egois dan mau menerima kekurangan calon suami keduanya. “kalau nasehat ya sama temen – temen ajasih. Sama temen bilangnya aku takut. Apa yang ditakutin? Ya karena belum siap. Apa ya, kadang kakak berfikir gini loh, ga siap kenapa, karena kakak sadar diri kalau kakak itu orangnya keras. Sama orang gamau ngalah, namanya juga anak paling kecil, perempuan satu – satunya. Keras, egois, itu ajasih, takutnya bertentangan ke pasangan ini gitukan. Sementara pasangan ini juga dia ibaratnya anak paling kecil. Laki – laki satu – satunya. Itu juga sih, kalau ngomong ke temen- temen, yaudah namanya apa ya kau kadang mesti kau yang ngerti lah gaboleh egois” W1S2PK.T2b.257-273 Selain mendapatkan saran, Rara juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya orang – orang terdekat Rara untuk melakukan remarriage. Dukungan dari orang tua, calon mertua, dan teman – teman Rara mendorong keputusan Rara untuk melakukan remarriage. Menurut Rara pacarnya juga memberikan pengertian dari mengenai kondisi penyakit HIV yang dimilikinya. Pengertian yang diberikan pacanya juga semakin Universitas Sumatera Utara mendukung keputusan Rara untuk melakukan remarriage. Menurut Rara calon pacarnya tersebut juga sudah sangat dekat dengan anak – anaknya. Hal tersebut juga membuat Rara berfikir bahwa calon suami keduanya inilah orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Rasa takut untuk melakukan remarriage memang disadari Rara tetap ada dalam hatinya, tetapi dengan jangka waktu berpacaran yang sudah cukup lama dengan calon suami keduanya, serta kedekatan calon suami dengan anak – anaknya membuat Rara akhirnya yakin bahwa menjalani pernikahan adalah pilihan yang baik. Rara juga mengaku bahwa dirinya sudah memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga dari calon suami keduanya. c. Tahap Mempertimbangkan Alternatif Alternatif – alrternatif yang telah dipertimbangkan Rara sebelumnya untuk mengatasi masalah yang dapat timbul bila dirinya melakukan remarriage, menurut Rara tetap memiliki konsekuensinya sendiri. Rara mengaku bahwa dirinya menyadari konsekuensi negatif yang dapat diterimanya dari alternatif yang ditemukannya untuk tetap melakukan remarriage. Salah satu konsekuensi yang menurut Rara dapat muncul adalah konsekuensi terhadap anak - anaknya. Rara menyadari bila pernikahannya nanti tidak berjalan dengan baik, anaknya dapat menjadi korban dari perpecahan rumah tangganya. Anaknya pasti akan terkena dampak negatifnya secara psikologis bila Rara kembali berganti pasangan. Universitas Sumatera Utara “ya anak lah yang harus dikorbankan, karena kan kalau misalnya, ibaratnya kan dia udah tau ada pengganti, toh kalau maap cakap berjalan dengan baik ya bagus. Kalau nanti toh ada problem lagi di pertengahan jalan, anak jadi korban. Ibaratnya aku lebih mikir ke anak sekarang, kalau misalnya aku mau bolak balik ganti pasangan lagi apasih nanti terjadi sama anakku. Nanti udah besarnya ditanya, kenapa sih ayahku ganti, gitu. Ke anak sih ” W1S2PK.T3b.282-289 Selain anak yang dapat menjadi korban, Rara juga menyadari bahwa dirinya juga dapat menjadi korban bila pernikahannya tidak berjalan dengan baik. Rara yang merupakan ODHA Orang dengan HIVAIDS memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah daripada orang sehat, menyadari bahwa kesehatannya dapat terganggu bila dikemudian hari mucul masalah dalam pernikahannya. Rara menyadari beban pikiran juga akan membuat kondisi tubuhnya menurun. “ya gaada sih. Paling diri sendiri yang dikorbankan. Karena kan maaf cakap, kalau orang – orang kayak kami ini otomatis kan kepikiran, kepikiran kan otomatis ke kondisi diri kan. Nah otomatis kan setidaknya pasti berpengaruh ke kesehatan. Gitu ajasih. Kan mau gamau diri juga yang dikorbankan. Gak mungkin, gaada ibaratnya kita udah punya masalah rumah tangga, kita fine – fine aja kita orang gila. Bener kan” W2S2PK.T3b.570-582 , Rara mengaku telah mempersiapkan diri untuk untuk mengatasi konsekuensi – konsekuensi yang akan muncul seperti dampak kepada anak dan kesehatannya. Rara menyadari bahwa mempersiapkan dirinya terutama mempersiapkan mentalnya merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan. Universitas Sumatera Utara Rara berfikir untuk mempersiapkan diri sebaik – baiknya untuk dapat mempertahankan pernikahannya. Rara mengaku bahwa dirinya memiliki keinginan yang kuat untuk menjadikannya pernikahan keduanya ini menjadi pernikahannya yang terakhir. Rara sudah tidak mau menghadapi pernikahannya yang harus berakhir seperti pernikahan pertamanya. “mental lah salah satunya. Aku harus siap, dan kakak berfikir ini menikah kalau bisa yang terakhir kali yakan..... ......Mental sih yang penting, gimanapun dia aku harus terima. Dia pun terima aku. Jadi kami saling menutupin kan, yaudahlah gitu. Mental kakak sih yang dipersiapkan ” W2S2PK.T3b.448-470 Persiapan diri yang dilakukan oleh Rara tentunya diakui Rara juga didukung pengumpulan alternatif pencegahan penularan HIV seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Rara informasi mengenai penularan serta pencegahan HIV yang telah terkumpul cukup efektif untuk mengatasi masalah resiko penularan dari dirinya kepada suami atau anaknya kelak. Menurut pengakuan Rara, dirinya yang merupakan pendamping ODHA di suatu komunitas membuat Rara sudah terbiasa memakai informasi – informasi mengenai HIV tersebut langsung di lapangan. Hal ini membuat Rara merasa sudah cukup berpengalaman dan cukup mengerti mengenai cara pencegahan penularan terhadap HIV. Menurut Rara, praktek yang dilakukannya di lapangan membuat informasi yang dimilikinya menjadi lebih efektif untuk untuk mengatasi masalah penularan virus. Universitas Sumatera Utara “kalau menurut kakak sih cukup efektif ya. Soalnya kan kita di lapangan. Kita juga ngalamin gitukan, pendampingan kan sekaligus kan, ibaratnya kami pun ODHA, kami mendampingin, berarti kami kan gak sekedar omong doang. Kami lakukan di lapangan, kami lakukan di keluarga dan di lingkungan diri sendiri. Kan gitu . jadi kami ya udah tau kayak gini – kayak gini, kami tau faktanya, jadi gak sekedar omong. Jadi semakin banyak ilmu makin gak takut dengan HIV. Banyak juga, setiap pasien kan beda – beda kasusnya.” W3S2PK.T3b.375-387 Dengan melakukan pencegahan penularan HIV, Rara beranggapan tidak menjadi masalah untuk menikah kembali, walaupun dengan seseorang yang negatif HIV. Selama menggunak an “pengaman” saat berhubungan dengan suami dan melakukan program yang tepat untuk kehamilan bila ingin mempunyai anak nantinya, penularan dapat dicegah. Menurut Rara, HIV juga juga tidak mudah untuk ditularkan, sehingga tidak jadi masalah bila dirinya menikah kembali. d. Tahap Membuat Komitmen Rara akhirnya membuat komitmen untuk menjalankan keputusannya melakukan remarriage. Segala konsekuensi serta alternatif penyelesaian masalah yang telah dipertimbangkan Rara sebelumnya akhirnya mencapai kesimpulanya. Rara menyimpulkan bahwa melakukan remarriage merupakan pilihan yang tepat bagi dirinya. Menurut Rara akan berat bagi seorang wanita untuk hidup seorang diri tanpa pendamping, apalagi bagi dirinya yang mengidap HIV. Dengan adanya suami, menurut Rara baban hidupnya akan berkurang. Universitas Sumatera Utara Saat Rara telah memutuskan untuk melakukan remarriage Rara menceritakan keputusannya ini kepada orang – orang terdekatnya, yaitu teman – temannya dan kedua orangtuanya. Kepada teman – temannya Rara juga bercerita mengenai keraguan yang masih dirasakannya untuk melakukan remarriage. Rara merasa belum terlalu siap untuk melakukan remarriage. Teman – teman Rara pun akhirnya menasehati Rara untuk tidak kuatir dengan pernikahannya kelak. Pihak keluarga Rara juga mendorong Rara untuk segera menikah dengan calon suami keduanya. Dukungan dari teman – teman serta keluarga Rara mendorong Rara tetap yakin untuk melaksanakan remarriage. “ya salah satunya sama orangtua, terus temen – temen lah. Kakak curhat ke mereka. Aku mau merit tapi aku belum siap. Cuman temen – temen bilang terus kau mau sampe kapan, bodoh kali udah ada yang mau gitu. Iya ya. Tapi aku takut, apa yang kau takutin, ya aku takut gagal berumah tangga. Karena kan kakak sadar diri juga kakak orangnya keras. Karena biasa dari kecil tuh semua ditur utin jadi kakak keras orangnya.” W3S2PK.T4b.485-495 Walaupun orang tua Rara dan teman – temannya mendukung, ada beberapa orang dari pihak keluarga maupun teman – teman Rara yang lain yang diketahui tidak begitu setuju Rara melakukan remarriage. Mereka mengatakan kepada Rara agar tidak menikah kembali tetapi fokus kepada membesarkan anak – anaknya saja. Menurut orang – orang yang tidak setuju terhadap keputusan Rara tersebut Rara masih bisa menafkahi keluarganya seorang diri, sehingga dirinya tidak perlu untuk menikah kembali. Universitas Sumatera Utara Pendapat yang tidak setuju untuk Rara menikah kembali tidak terlalu dihiraukan oleh Rara. Rara hanya diam saja mendengarkan pendapat orang – orang tersebut. Rara yang tidak tahu kedepannya akan seperti apa pernikahannya memilih diam saja. Menurut Rara dirinya yang nantinya akan menjalani pernikahannya bukan orang lain. Rara yakin pada dirinya bahwa keputusan yang dibuatnya untuk melakukan remarriage adalah keputusan yang tepat. Rara juga mengaku merupakan orang yang tidak terlalu terbuka didalam keluarganya. Rara tidak terlalu suka untuk bercerita mengenai kehidupannya kepada keluarganya. “ya kakak diam ajalah. Karena kan kita yang jalanin, kayak manapun ya mau di lawan pun kita gatau kedepannya gimana kan. Makanya diam aja. Yang pas nikah itu temen kakak bilang, mudah – mudahan ini aja ya, jangan lagi. Kayak gitu. Ya kakak iya buk iya buk aja. Karena kakak pun orangnya tertutup kalau di keluarga. Gasuka ibaratnya neko – neko gitu.” W3S2PK.T4b.528-538 e. Tetap Melakukan Komitmen Saat Ada Feedback Negatif Rara akhirnya menjalani bahtera rumah tangganya yang kedua bersama dengan laki – laki pilihannya tersebut. Setelah Rara menikah dengan suaminya yang kedua, Rara merasakan pada awalnya keadaan pernikahan mereka cenderung baik dan bergerak kearah yang positif. Rara juga merasakan suaminya membantu dirinya untuk merawat penyakitnya. Rara merasakan bahwa suami Rara sangat perhatian kepada dirinya. Suami Rara selalu mengingatkan Rara untuk memakan obatnya serta mengingatkan Rara untuk makan pada waktunya. Bahkan saat Rara sedang tidak mau makan, suami keduanya akan memaksa Rara untuk makan. Universitas Sumatera Utara Pernikahan Rara dengan suami keduanya yang cenderung berada di keadaan yang baik dan positif ternyata tidak bertahan selamanya. Setelah beberapa tahun mereka menikah, masalah – masalah mulai timbul dalam pernikahan mereka. Menurut cerita Rara, salah satu masalah yang baru – baru ini terjadi mengakibatkan munculnya pikiran untuk bercerai dalam diri Rara. Dalam pernikahan mereka muncul suatu masalah karena hadirnya seseorang yang menumpag di rumah mereka. Kehadiran teman yang menumpang ini yang menurut Rara membuat dia dan suami keduanya bertengkar. Selama bertengkar, suami Rara mengungkit mengenai status HIV Rara dan mengatakan akan membocorkan kepada keluarga suami keduanya tersebut bila dirinya dan Rara akhirnya bercerai. Rara mengaku merasa sangat kecewa bahwa pada akhirnya ketakutannya mengenai status HIV dirinya yang diungkit – ungkit oleh suami menjadi suatu kenyataan. “Kalau emang kamu ngajak aku recok apa. Dia memang lebih bela ke temen. Kakak pulang tempat mamak dia gak ngasih, ya dirumah itu. Namaya dirumah itu ada kawannya, kan sesama kerja. Sabtu minggu kan kakak gak kerja, kakak kan risih ada orang dirumah, laki – laki. Cuman dia karena bingung mau ngusir kawannya pun ga mungkin. Dia bela kawannya juga, sementara makan, minum, rokoknya kami yang tanggung gitu. Makanya sempet bentrok juga, barulah semalam kawannya pulang. Udah ribut – ribut kan. Makanya kakak juga bilang sama dia, kakak minta pisah, kakak bilang kayak gitu. Ya karena kakak udah gak takut lagi. Karena ketakutan itu udah betul terjadi. Kubilang kau sama keluargaku kalok kau kenak HIV, jadi gaada beban. Yaudah silahkan kak bilang kan. Orang mau percaya atau engga, terserah kakak bilang. Aku gak takut ok, buktinya kakak sehat. ” W3S2PK.T5b.37-62 Universitas Sumatera Utara Pertengkaran – pertengkaran yang terjadi ternyata tidak berhasil memecahkan pernikahan keduanya. Selang beberapa waktu, menurut Rara perceraian dalam rumah tangganya akhirnya bisa dihindari. Menurut Rara, pernikahan Rara dengan suami keduanya mulai membaik setelah sumber masalah yang menjadi alasan mereka bertengkar telah pindah dari rumah mereka. Rara juga menceritakan bahwa orang tua Rara dan orang tua suami keduanya juga membantu memperbaiki pernikahan Rara. Orang tua Rara dan suami keduanya berusaha menjadi penengah untuk mendamaikan mereka berdua. Rara bercerita bahwa kedua orangtua mereka berusaha mendamaikan dia dan suaminya dengan mencoba melakukan diskusi. Diakui Rara walaupun dalam dirinya sempat muncul pemikiran untuk melakukan perceraian, Rara juga memiliki keinginan untuk tetap mempertahankan pernikahannya. Rara mengaku tidak ingin berpisah lagi dengan suami keduanya. Menurut Rara kesuksesan pernikahannya akan berpengaruh pada pertumbuhan anak – anaknya. Rara mengaku takut bila dirinya bercerai, pertumbuhan anak – anaknya akan terganggu, terutama pertumbuhan pertumbuhan anak - anaknya secara psikologis. Rara bercerita bahwa ternyata anaknya yang paling besar juga sudah merasa malu dengan kenyataan bahwa ayahnya telah berganti. Rara mengaku hal inilah yang membuat Rara berusaha mempertahankan suami keduanya untuk kebaikan anak – anaknya. Universitas Sumatera Utara Tabel 6 - Rekapitulasi AnalisisTahapan Pengambilan KeputusanPartisipanII NO TAHAPAN GAMBARAN 1. Menilai Masalah: - Pengenalan terhadap masalah -Mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh -Mempertimbangkan untuk melanjutkan masalah. -Memahami tantangan serta apa manfaatnya a. Adanya ketakutan terjadi penularan HIV terhadap suami b. Memiliki ketakutan tidak dapat menerima kekurangan suami c. Tuntutan dari suami untuk memiliki anak lagi menjadi ketakutan yang dipikirkan dapat timbul seelah remarriage d. Bagaimana kasih sayang yang diberikan suami terhadap anak – anaknya setelah pernikahan juga menjadi pertimbangan. e. Memiliki ketakutan suatu saat status penyakit HIV diketahui oleh keluarga suami. f. Memiliki tujuan utama melakukan remarriage yaitu memiliki pendamping hidup untuk bertukar pikiran. g. Perekonomian yang terbantu merupakan salah satu keuntungan dari remarriage yang dipertimbangkan. h. Memiliki seseorang yang dapat merawat juga merupakan keuntungan dari remarriage yang dipertimbangkan. i. Partisipan mencari informasi mengenai HIVAIDS Lewat pelatihan dalam komunitas ODHA j. Pertisipan membaca buku - buku mengenai HIVAIDS untuk mendapatkan informasi k. Informasi HIVAIDS dari komunitas tempat Partisipan bergabung didapatkan langsung dari dokter yang berpengalaman. l. Informasi yang didapatkan mengenai pencegahan penularan ke anak dan pencegahan penularan kepada Universitas Sumatera Utara suami. 2. Menilai Alternatif : -Memusatkan perhatian pada berbagai alternatif pilihan -Mencari masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya. -Memberikan perhatian pada informasi yang relevan di media massa. a. Alternatif untuk mengatasi masalah penularan terhadap suami adalah dengan melakukan pencegahan dengan menggunakan “pengaman” saat berhubungan seks. b. Mengetahui bahwa pencegahan penularan terahadap anak dapat dilakukan dengan mengikuti program kehamilan yang ditentukan c. Berkonsultasi kepada psikolog pernikahan untuk mengatasi ketakutan tidak dapat menerima kekurangan suami d. Berfikir positif merupakan alternatif yang digunakan untuk menjalani pernikahannya kelak dan fokus terhadap kesejahteraan keluarga. e. Ketakutan bila status diketahui keluarga suami diatasi dengan dukungan dan kepercayaan dari suami. f. Partisipan diketahui meminta nasehat dari orang – orang terdekatnya mengenai keraguannya dalam melakukan remarriage. g. Partisipan mendapat dukungan untuk melakukan remarriage dari orangtua, teman – temannya, bahkan dari calon suami yang menerima status HIV yang dimilikinya. 3. Mempertimbangkan Alternatif: -Mengevaluasi seluruh pilihan yang ada berdasarkan konsekuensi -Melihat kemungkinan manfaat dan kerugian -Kepraktisan dari tiap – tiap alternatif a. Partisipan menyadari bahwa anak dapat menjadi korban bila masalah dalam rumah tangganya tidak dapat diatasi dan mengalami perpecahan b. Partisipan menyadari bahwa konsekuensi yang akan dihadapinya bila melakukan alternatif adalah diri sendiri dapat menjadi korban dengan beban pikiran bila terjadi masalah dalam rumah tangganya kelak c. Partisipan mempersiapkan mental dan dirinya untuk menerima konsekuensi dari alternatif yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara -Keyakinan atas pilihan yang terbaik -Responsif atas informasi baru yang penting. d. Alternatif pencegahan yang dipertimbangkan sudah cukup efektif karena sudah dilakukan dilapangan oleh partisipan. 4. Membuat Komitmen: -Penumpukan tegangan dalam mempertimbangkan banyaknya alternatif. -Membuat komitmen terhadap pilihan. -Mengimplementasikan komitmennya. -Memberitahu orang lain mengenai keputusan yang diambilnya. -Termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya a. Partisipan berfikir bahwa melakukan remarriage adalah keputusan yang tepat karena wanita akan susah hidup sendiri apalagi dengan HIV. b. Saat telah memutuskan melakukan remarriage timbul keraguan dan akhirnya dapat diyakinkan dan didukung oleh orangtua dan teman – teman. c. Menceritakan keputusan untuk melakukan remarriage kepada orang – orang terdekat, yaitu orangtua dan teman - teman d. Beberapa teman dan keluarga menentang remarriage yang akan dilakukan. e. Respon yang diberikan hanya berdiam diri pada perkataan orang – orang yang menentang remarriage, karena Rara yakin dalam hatinya bahwa dia sudah membuat keputusan yang tepat. 5. Saat Ada Feedback Negatif : -Keputusan yang diambil mengandung risiko yang dapat membangun feedback negatif. -Komitmen dilakukan dengan serius dan a. Awal menjalani remarriage, pernikahan partisipan berjalan dengan cukup baik b. Ditengah perjalanan pernikahan muncul masalah – masalah yang menimbulkan pikiran untuk bercerai c. Pertengkaran yang terjadi selama pernikahan mengakibatkan suami mengungkit masalah peyakit HIV partisipan. d. Pernikahan dipertahankan untuk kebaikan pertumbuhan Universitas Sumatera Utara sungguh-sungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. anak – anaknya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

C. PEMBAHASAN