yaitu: PROSEDUR ANALISA DATA

kepada partisipan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam bentuk rekaman suara yang dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas atau disebut juga dengan verbatim. Setelah seluruh pencatatan data telah selesai, langkah selanjutnya adalah membuat koding data berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian. Hasil koding tersebut berguna untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa dan menginterpretasikan data yang diperoleh. Berikut contoh koding yang digunakan: W2S1LTR.PAb.120-133. W2 berarti wawancara yang kedua kali; S1 berarti partisipan yang pertama; LTR.PA merupakan kode untuk tema yang berdasarkan pada teori; b.120-133 berarti kutipan verbatim tersebut terdapat pada baris ke 120 sampai dengan baris ke 133.

G. PROSEDUR ANALISA DATA

Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari

2007, yaitu:

1. Koding Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2007. 2. Organisasi Data Highlen dan Finleydalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk : a. Memperoleh data yang baik. b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan. c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. d. Analisis Tematik Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan “pola” yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi Universitas Sumatera Utara yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. Analisa tematik penelitian ini didasarkan pada 2 tema utama, yaitu latar belakang pernikahan dan tahapan pengambilan keputusan. Berikut ini adalah contoh pedoman kode analisa tematik latar belakang pernikahan: Latar Belakang Pernikahan PartisipanLatar Belakang: Per1 – Bagaimana gambaran pernikahan pertama yang dimiliki subjek Pen - Bagaimana terjadinya penularan penyakit HIVAIDS oleh suami subjek di pernikahan yang pertama KP - Bagaimana keadaan partisipan menghadapi kematian suami pertama PA - Bagaimana gambaran pertemuan awal subjek dengan calon suami sampai kepada keputusan untuk menikah kembali. AR - Apa alasan subjek untuk melakukan remarriage. PP - Bagaimana penerimaan pasangan serta keluarganya terhadap status subjek yang mengidap HIVAIDS. e. Tahapan Interpretasi Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus Universitas Sumatera Utara mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu pertama, konteks interpretasi pemahaman diri self understanding terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan kedalam bentuk yang lebih padat condensed aspek yang oleh partisipan penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Hal ini peneliti lakukan dengan memindahkan hasil wawancara kedalam bentuk verbatim tertulis. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri partisipan penelitiannya. Peneliti melakukan analisa terhadap verbatim tertulis untuk mendapatkan pemahaman terhadap gambaran dari data yang didapatkan dari penelitian mengenai tahapan pengampilan keputusan untuk remarriage yang dilalui oleh partisipan. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis. Konteks pemahaman teoritis adalah konteks yang paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri partisipan ataupun penalaran umum. Peneliti akan menginterpretasi data-data penelitian berdasarkan teori mengenai pengambilan keputusan menurut Janis dan Mann tahun 1977di bab II. Peneliti akan menginterpretasi hasil analisa data penelitian menggunakan 5 tahapan dalam teori Janis dan Mann Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari tahap menilai masalah, tahap mencari alternatif, tahap menimbang alternatif, tahap membuat komitmen serta tahap tetap melakukan komitmen meskipun ada feedback negatif. f. Pengujian Terhadap Dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dalam penelitian kualitatif dugaan muncul setelah data-data wawancara dikumpulkan.Dengan mempelajari data, kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya dengan mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari dugaan yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama. Dalam penelitian ini peneliti memiliki dugaan bahwa seorang wanita dengan HIVAIDS akan melewati kelima tahapan sesuai dengan tahapan pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Janis dan Mann tahun 1977 dalam mengambil keputusan untuk melakukan remarriage.

H. KREDIBILITAS PENELITIAN