Tahapan Pengambilan Keputusan Remarriage

penyakitnya kepada keluarga suami keduanya karena dirinya takut keluarga suami keduanya tidak dapat menerima Sisi yang mengidap HIV.

2. Tahapan Pengambilan Keputusan Remarriage

a. Tahap Menilai Masalah Sebelum memutuskan untuk akhirnya melakukan remarriage Sisi mengaku bahwa dirinya telah memikirkan beberapa masalah – masalah yang mungkin akan dihadapinya bila ia melakukan remarriage. Menurut Sisi masalah – masalah tersebut menjadi bagian dari pertimbangannya untuk memutuskan melakukan remarriage. Salah satu masalah yang dipikirkan oleh Sisi adalah mengenai rencana memiliki anak di pernikahan keduanya ini. Sisi yang mengidap HIV mengaku tidak memiliki keinginan untuk memiliki anak lagi karena penyakit HIV yang dimilikinya. Sisi juga merasa sudah cukup bagi dirinya memiliki dua orang anak. Sisi tidak mau memiliki anak lagi juga karena salah satu anaknya masih kecil sehingga butuh usaha ekstra untuk membesarkan anak keduanya. Menurut Sisi menambah anak lagi hanya akan menjadi beban baginya. Meskipun begitu, Sisi sebenarnya sadar bahwa ada kemungkinan calon suami keduanya akan meminta anak dari dirinya dan akan menimbulkan masalah dalam rumah tangganya. Universitas Sumatera Utara “ada sih sebelumnya, kan gini kalau saya sih kan udah punya anak dua. Pikiran saya kan ah udahlah gausah punya anak lagi, jadi istilahnya gaada takut – takut lagi. Dalam pemikiran saya, saya udah gamau punya anak lagi, tapi kan dianya gatau kan, dianya mau anak lagi. Adasih rasa – rasa gitu, punya anak lagi lah biar dianya tambah sayang, tapi balik lagi kesitu, aku kan penyakitan capeklah mikirinnya, belum lagi yang dua ini. Belum lagi anak yang bayi ini.” W1S1PK.T1b.195-207 Selain memikirkan mengenai anak di pernikahannya yang kedua, masalah lain yang juga dipikirkan Sisi adalah mengenai resiko penularan terhadap suami keduanya. Sisi menyadari bahwa dapat terjadi penularan HIV dari dirinya ke suami keduanya kelak, terutama lewat hubungan seksual yang dilakukan. Sisi cenderung merasa kasihan pada suaminya bila dikemudian hari suami keduanya tertular HIV. Selain penularan terhadap calon suami keduanya, Sisi juga memikirkan mengenai masalah penularan terhadap bayi bila dirinya memiliki anak lagi di pernikahan keduanya. Hal tersebut juga merupakan salah satu alasan yang membuat Sisi enggan untuk memiliki anak lagi. “Kan kayak gitu ya. Haha, adasih rasa takut ya, kasian kalau nanti dia terinfeksi ya. Kan gitu, walaupun apa, tetep ada rasa kasian itu, walaupun dia yang minta, tetep ada rasa itu.” W1S1PK.T1b.217-221 Tidak hanya memikirkan ketiga masalah yang dijelaskan sebelumnya, Sisi juga memiliki ketakutan terhadap kemungkinan untuk ditinggalkan kembali oleh suami seperti yang dia alami dipernikahannya yang pertama. Sisi menyadari bahwa penyakit HIV yang dideritanya dapat membuat suami keduanya meninggalkannya suatu hari nanti untuk wanita lain yang sehat. Menurut Sisi Universitas Sumatera Utara selain kemungkinan suaminya pergi dengan wanita lain, ada juga kemungkinan dirinya yang malah harus meninggalkan suami keduanya karena penyakit HIV telah merenggut nyawanya. Sisi juga bercerita bahwa dirinya tidak memberitahukan masalah status HIV yang dideritanya kepada keluarga pacarnya . Hal tersebut diakui Sisi membuat dirinya memiliki ketakutan bila suatu hari nanti keluarga pacarnya tersebut akan mengetahui penyakitnya. Menurut Sisi bila keluarga pacarnya mengetahui penyakitnya, mereka tidak akan menerima Sisi. Hal tersebut disadari Sisi dapat mempengaruhi pernikahannya. Sisi sangat takut bila suatu saat nanti dirinya diketahui memiliki HIV, keluarga suami keduanya menjadi tidak merestui pernikahan mereka. “gaada karena pihak keluarga dia udah tau kakak. Kecuali kalau kakak menceritakan mengenai penyakit, mungkin ada yang bilang ih sama perempuan gitu. Tapi kakak gaada menceritakan mengenai penyakit ya, jadi orang itu biasa – biasa aja.” W2S1PK.T1b.387-392 Tidak hanya masalah – masalah yang dapat timbul dari remarriageyang menjadi pertimbangan Sisi, dia juga mempertimbangkan mengenai keuntungan serta kerugian yang mungkin akan diterimanya bila melakukan remarriage. Sisi berfikir bahwa remarriage akan memberikannya beberapa keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah memberikannya bantuan dalam hal ekonomi. Sisi mengharapkan melalui pernikahan, suami keduanya dapat membantunya mencari nafkah bagi keluarga mereka. Selain itu juga bila dirinya melakukan remarriage, Sisi mengharapkan suami keduanyanya dapat memberikan semangat Universitas Sumatera Utara hidup baginya dan menjadi pendamping di kehidupannya dalam melawan penyakit HIV yang dimilikinya. Keuntungan yang dipertimbangkan Sisi tidak membuat Sisi lupa mempertimbangkan kerugian yang mungkin diterimanya. Setelah melakukan pertimbangan, ternyata menurut Sisi tidak ada kerugian yang akan didapatkannya dari melakukan remarriage. Dalam mempertimbangkan keputusan untuk melakukan remarriage, Sisi juga mempertimbangkan resiko dari penyakitnya. Sisi mencari informasi mengenai bagaimana penyakitnya dapat mempengaruhi pernikahannya kelak. Sisi mendapatkan informasi mengenai penyakit HIVAIDS lewat penyuluhan yang diberikan oleh komunitas ODHA di kota Medan tempat dirinya bergabung. Sisi menceritakan bahwa informasi mengenai penyakitnya yang didapatkannya dari penyuluhan tersebut yaitu adalah bagaimana cara penularan penyakit HIVAIDS, bagaimana cara mencegah penularan terjadi, serta program kehamilan seperti apa yang tersedia untuk ODHA agar mencegah penularan dari ibu ke anak pada saat masa kehamilan, saat proses bersalin dan saat setelah melahirkan. “mengenai pencegahannya, pencegahannya kalau dari pasangan suami istri kalau berhubungan harus pake “pengaman”, terus kalau mau hamil CD4 haru 400-600 baru boleh hamil. Terus kalau udah hamil bisa ikuti program biar mencegah penularan dari ibu ke anak itu.” W3S1PK.T1b.109-116 Universitas Sumatera Utara b. Tahap Menilai Alternatif Setelah Sisi mempertimbangkan masalah – masalah yang mungkin muncul bila dirinya melakukan remarriage, Sisi bercerita dia mulai mengumpulkan alternatif – alternatif yang dapat menjadi cara penanggulangan terhadap masalah – masalah tersebut. Menurut Sisi salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan terhadap masalah mengenai resiko penularan dari dirinya ke suami keduany. Setelah mendapatkan informasi dari penyuluhan yang diberikan oleh komunitas ODHA tempat dirinya bergabung, Sisi mengaku bahwa dirinya sudah mengerti mengenai pencegahan penularan HIV yang dapat dilakukan. Menurut Sisi pencegahan penularan virus yang dapat dilakukannya adalah dengan menggunakan “pengaman” saat melakukan hubungan suami istri. Pencegahan penularan yang dipertimbangkan Sisi tersebut hanya menyelesaikan satu dari beberapa masalah yang telah dipertimbangkannya sebelumnya. Alternatif selanjutnya yang dipertimbangkan Sisi adalah mencari cara untuk mengatasi ketakutannya mengenai status Sisi yang mungkin diberitahukan oleh suami keduanya terhadap keluarganya kelak. Untuk mengatasi hal tersebut menurut Sisi cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan merubah mindset yang dimilikinya. Sisi berusaha untuk mempercayai calon suami keduanya. Sisi percaya bahwa kelak suami keduanya tidak akan membberitahukan status HIVnya kepada keluarganya karena rasa sayang yang dimiliki suaminya tersebut terhadap dirinya. Bila nantinya status HIV yang dideritanya tetap terbongkar, Sisi mengaku bahwa dirinya mempercayai suami keduanya akan tetap Universitas Sumatera Utara mempertahankan dirinya dan pernikahan mereka walaupun keluarga suami keduanya meminta mereka bercerai. “ya diakan pasti dia lebih milih aku daripada kata-kata keluarganya.” W3S1PK.T2b.216-217 Setelah Sisi mempertimbangkan alternatif untuk mengatasi dua dari beberapa masalah yang mungkin muncul, Sisi juga mencari alternatif untuk mengatasi masalah bila suami keduanya menginginkan anak darinya setelah mereka menikah. Sisi mengaku bahwa dirinya telah mencari informasi mengenai program untuk kehamilan yang aman bagi ODHA yang punya keinginan memiliki keturunan. Sisi memang sudah mengetahui cara mengatasi penularan terhadap bayi, tetapi ketakutan dalam hatinya tidak juga hilang sepenuhnya. Sisi juga mengakui bahwa resiko kecacatan yang dapat dialami bayi juga menambah ketakutan Sisi untuk memiliki anak di pernikahan keduanya. Hal ini diatasi Sisi dengan menceritakan ketakutannya kepada calon suami keduanya. Setelah Sisi menceritakan ketakutannya, menurut Sisi calon suami keduanya juga akhirnya mengerti dan menyetujui untuk tidak memiliki anak dulu sampai Sisi merasa siap untuk memiliki anak. ”Pas udah ketauan kan kakak bilang kita jangan punya anak dulu gini – gini.ya dia bilang oke, gausah punya anak dulu. ” W2S1PK.T2b.221-224 Universitas Sumatera Utara Alternatif – alternatif yang Sisi kumpulkan untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul dari remarriage dirasakan Sisi belum cukup untuk mendukungnya mengambil keputusan. Selain mencari alternatif yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalahnya, Sisi juga meminta nasehat dari keluarga dan teman – temannya. Sisi meminta nasehat kepada orangtuanya mengenai pertimbangannya untuk melakukan remarriage. Sisi menceritakan bahwa sebenarnya pada awalnya keluarga Sisi tidak begitu setuju dengan keinginan Sisi untuk menikah kembali, tetapi menurut Sisi keluarganya akhirnya memberikan ijin baginya untuk menikah kembali karena melihat hubungan Sisi yang terjalin cukup lama dan dijalani dengan serius. Saat Sisi meminta nasehat dari ibunya, ibu Sisi bertanya apakah calon suami kedua Sisi sudah mengetahui mengenai status HIV yang dideritanya. Sisi bercerita bahwa menurut ibunya, bila calon suaminya tersebut sudah mengetahui mengenai penyakit HIV Sisi, tidak menjadi masalah pernikahan antara Sisi dan pria tersebut dilakukan. Ibu Sisi juga mengingatkan agar Sisi tidak lupa untuk memikirkan dengan serius resiko apa saja yang bisa timbul bila dirinya melakukan remarriage. Ibu Sisi juga meminta agar Sisi jangan memiliki anak dulu dan fokus membesarkan kedua anaknya dari pernikahan pertamanya. Sisi juga bercerita bahwa saudaranya yang lain juga memberikan nasehat yang hampir sama dengan yang diberikan ibunya, yaitu agar Sisi benar – benar memikirkan konsekuensi dari remarriage yang akan dilakukannya. Universitas Sumatera Utara “ya pertama yang ditanya gini, mau menikah lagi? Calonnya tau gak kalo kamu terinfeksi HIV? Tau kakak bilang. Udah dipikirin mateng – mateng? Udah. Gak susah nanti ini, katanya, apa kasih tau pengarahan kalau berhubungan harus pake apa? Gitu. Tapi yang paling utama dibilang mamak apa jangan punya anak dulu. Karena kalau orang berumah tangga kan pasti berhubungan. Kalau KB sama juga gak pake “pengaman” kan. Ditahan pake KB tapi gak pake “pengaman” sama juga kan nularin kedianya kan. Terakhir itu dibilang mamak jangan punya anak dulu. Kalau calonnya udah tau oke jalanin lah kata mamak. Jangan punya anak dulu. ” W2S1PK.T2b.178-197 Selain meminta nasehat dari keluarga, Sisi juga merasa perlu untuk meminta nasehat dari teman – teman terdekatnya. Teman – teman yang diminta Sisi untuk memberikan nasehat merupakan teman - temannya yang sudah mengetahui mengenai HIV yang diderita oleh Sisi. Menurut Sisi, teman – temannya mendukung keinginan Sisi untuk melakukan remarriage. Selain memberikan dukungan, teman – temannya juga menunjukkan kepedulian mereka atas kondisi Sisi dengan memberikan saran. Sisi bercerita bahwa teman – teman Sisi juga mengingatkan Sisi untuk menceritakan masalah HIV yang dideritanya kepada calon suami keduanya. Teman – teman Sisi juga mmberikan saran pada Sisi untuk tidak memiliki anak dulu sampai Sisi siap untuk memiliki anak lagi. Alternatif – alternatif yang dikumpulkan Sisi serta nasehat dari keluarga dan teman – temannya mendorong keinginan Sisi untuk melakukan remarriage. Hal – hal tersebut menurut Sisi juga diperkuat oleh hubungan yang terjalin baik antara dirinya dan calon suami keduanya selama pacaran. Sisi merasakan bahwa selama Universitas Sumatera Utara berpacaran dengan calon suami keduanya, pria tersebut telah sesuai dengan sosok yang menjadi harapan Sisi untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. “karena sejauh pacaran gaada bikin kakak ini apa, marah apa gitu gaada. Baik – baik aja gitu,” W1S1PK.T2b.287-289 c. Tahap Mempertimbangkan Alternatif Setelah Sisi mengumpulkan beberapa alternatif yang dapat digunakannya untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul bila dirinya melakukan remarriage, Sisi mempertimbangkan kembali dan mengevaluasi seluruh alternatif – alternatif yang telah ditemukannya. Setelah mempertimbangkan kembali alternatif – alternatif tersebut, Sisi merasakan bahwa tidak akan ada konsekuensi negatif yang muncul bila dirinya tetap melakukan remarriage. Hal tersebut dikarenakan menurut Sisi alternatif yang telah ditemukannya akan cukup efektif untuk mengatasi masalah – masalah yang mungkin dihadapinya bila melakukan remarriage. Menurut Sisi bila dirinya melakukan remarriage tidak ada yang perlu dikorbankan dari dirinya sendiri. Sisi juga menilai bahwa anak – anaknya juga tidak akan menjadi korban bila nantinya pernikahannya tidak berjalan dengan baik. Menurut Sisi dirinya akan tetap menjaga anak – anaknya dengan baik agar mereka tidak terkena dampak negatif yang dapat muncul dari remarriageyang dilakukannya. Universitas Sumatera Utara “menanggulangi masalah kalau kakak sih menurut kakak cukup efektif. Kare na gak terlalu wah masalahnya, bedanya bisa menularkan itu aja” W3S1PK.T3b.266-270 Informasi – informasi mengenai pencegahan penularan virus dari dirinya ke pasangan, maupun pencegahan penularan dari dirinya ke anaknya membuat Sisi semakin yakin untuk melakukan remarriage. Selain itu, penerimaan pacarnya terhadap status HIV Sisi sebelum mereka menikah juga memperkuat keyakinan Sisi bahwa melakukan remarriage tidak akan menjadi suatu masalah. d. Tahap Membuat Komitmen Setelah Sisi melewati beberapa pertimbangan – pertimbangan mulai dari mengenali kemungkinan masalah, mencari alternatif – alternatif untuk mengatasinya serta mengevaluasi alternatif – alternatif tersebut, akhirnya Sisi menetapkan hatinya untuk melakukan remarriage. Lewat pertimbangan – pertimbangan tersebut, menurut Sisi melakukan remarriage merupakan suatu keputusan yang paling tepat. Menurut Sisi pernikahan kembali menjadi tepat karena suami keduanya kelak dapat membantunya dalam menafkahi keluarga dan menjadi pendamping hidupnya. “bener lah, daripada pacaran terus, haha. Satu kalau menikah kayak yang kakak bilang tadi ada yang membiayai hidup kita, ada pendamping hidup. Cuman kadang – kadang kalo lagi ada masalah ada datang nyesal kok nikah lah dulu, gitu. Kadang – kadang kalo lagi ribut. Kalo gak ribut ya jalanin aja.” W3S1PK.T3b.435-439 Universitas Sumatera Utara Komitmen untuk melakukan remarriage memang sudah dibuat oleh Sisi dengan mantap didalam hatinya, tetapi Sisi mengakui walaupun Sisi sudah membuat komitmen dengan mantap didalam hatinya untuk melakukan remarriage, tetap ada kekuatiran yang dirasakannya. Sisi yang telah mempertimbangkan segala konsekuensi dan penanggulangan masalah yang dapat dilakukannya tidak menghilangkan kekuatiran dalam hatinya, terutama kekuatirannya terhadap hal – hal yang menyangkut penyakitnya, salah satu kekuatirannya yaitu tentang resiko penularan virus yang dapat terjadi terhadap pasangannya kelak. Kekuatiran tersebut memang diakui Sisi tidak hilang dari perasaannya, tetapi Sisi tidak menjadi goyah untuk tetap melakukan remarriage. Sisi tetap yakin bahwa melakukan remarriage merupakan keputusan akhir yang sudah dipertimbangkannya dengan matang. Pacarnya yang juga sudah mengetahui masalah status HIV yang diderita Sisi dan tetap menerima Sisi apa adanya telah menjadi penguat bagi Sisi untuk mempertahankan komitmen yang telah dibuatnya. “apa ya. Yakin karena inilah pilihan terakhir. Sama karena dia juga udah tau posisi terus udah pasrah aja kalau nanti ditinggalin yaudah.” W3S1PK.T4b.287-290 Setelah Sisi menetapkan komitmen untuk melakukan remarriage, Sisi memutuskan untuk memberitahu orang – orang terdekatnya mengenai keputusannya tersebut. Sisi menceritakan bahwa keluarganya merupakan pihak Universitas Sumatera Utara yang pertama kali diberitahu olehnya mengenai keputusan dirinya melakukan remarriage. Sisi memberitahukan keputusan tersebut pertama kali kepada ibunya. Menurut Sisi ibunya pun menyetujui keputusan Sisi setelah bertanya sekali lagi mengenai keyakinan hati Sisi untuk melakukan remarriage. Setelah memberitahukan kepada orangtuanya, Sisi juga memberitahukannya kepada saudara – saudaranya mengenai keputusannya. Menurut pengakuan Sisi, keluarga besarnya juga menyetujui Sisi untuk menikah kembali, hanya saja mereka kembali mengingatkan Sisi untuk tidak memiliki anak terlebih dulu dan untuk benar – benar memikirikan konsekuensi yang mungkin muncul dari remarriage yang akan dilakukannya. Sisi juga memberitahukan keputusannya untuk melakukan remarriage kepada teman – teman terdekatnya yang mengetahui mengenai status HIV yang dideritanya. Teman – teman Sisi juga mendukung keputusan Sisi. Mereka mengatakan kepada Sisi untuk menceritakan masalah HIV yang dideritanya kepada suami sebelum menikah. “sebelumnya sih ada, temen – temen deket lah. Aku mau merit lah gini gini, yaudah kenapa engga kata kawan kan. Yang penting tau status katanya gitu, ko udah menceritakan mengenai penyakit ga?” W3S1PK.T4b.307-311 Semua pihak yang telah diberitahu Sisi mengenai keputusannya untuk melakukan remarriage diketahui tidak ada yang menentang keputusan tersebut. Universitas Sumatera Utara Keluarga dan teman – teman Sisi mendukung keputusan Sisi yang membuat Sisi semakin yakin untuk melakukan komitmennya tersebut. e. Tetap Melakukan Komitmensaat Ada Feedback Negatif Pernikahan kedua akhirnya dijalani oleh Sisi. Seperti kebanyakan orang, masa – masa awal pernikahannya dilalui Sisi dengan bahagia. Setelah beberapa waktu berlalu, kebahagian tersebut mulai mengalami ujian. Sisi akhirnya merasakan masalah mulai timbul dalam rumah tangganya.Masalah yang timbul diakui Sisi membuatnya merasakan ada penyesalan yang timbul. Menurut Sisi beberapa permasalahan yang timbul telah menambah beban pikirannya. Setelah menjalani beberapa waktu pernikahannya, suami kedua Sisi mulai membahas kembali untuk memiliki anak. Sisi mengaku bahwa dirinya merasa kecewa akan hal tersebut, padahal sebelum pernikahan suami keduanya sudah setuju untuk tidak memiliki anak sampai Sisi merasa siap. Tidak Sisi pungkiri, memang dirinya juga menginginkan anak dari suami keduanya tetapi rasa khawatir lebih mendominasinya daripada untuk merealisasikan keinginannya. Sisi yang juga menginginkan anak mengakui bahwa terkadang dia mengikuti kemauan suami keduanya untuk tidak menggunakan “pengaman” saat berhubungan badan, tetapi setelah itu Sisi menjadi sangat ketakutan bila dirinya hamil. Setelah menjalani pernikahan Sisi mengaku bahwa ketakutannya untuk memiliki anak tidak juga hilang dari hatinya walaupun dirinya mengetahui mengenai cara penanggulangan masalah tersebut. Ketakutan yang dirasakan dalam hatinya ternyata diperkuat juga dengan pengalaman teman Sisi yang juga merupakan seorang ODHA yang baru Universitas Sumatera Utara melahirkan anaknya. Temannya tersebut ternyata melahirkan bayi yang mengalami kecacatan. Hal tersebutlah yang diakui Sisi juga menguatkan ketakutan yang dirasakannya untuk memiliki anak. Sisi mengakui bahwa dirinya menjadi sangat ketakutan bahkan saat dirinya hanya mengalami telat datang bulan. “dianya mau. Dek kita punya anak kenapa sih. Jadi kakak udah bilang, nanti kakak bilang. Boleh sih punya anak tapi anak kakak aja masih kecil – kecil. Yakan gapapa. Kakak kayak mana ya, walaupun sekarang udah ada kayak antipasinya kan, tapi masih takut.” W2S1PK.T5b.207-214 Sisi menceritakan bahwa tidak hanya masalah suami yang menginginkan anak yang muncul dalam pernikahannya, tetapi banyak kekuatiran yang menyerang Sisi karena penyakitnya. Penyakit HIV yang dimilikinya membuat Sisi berfikir mengenai dirinya yang sakit – sakitan sedangkan suami keduanya yang sehat. Kekuatiran Sisi mengenai penyakitnya tersebut timbul terutama mengenai resiko oenularan HIV dari dirinya kepada suami keduanya. Penularan yang paling dikuatirkan Sisi terjadi melalui hubungan suami istri yang dilakukannya bersama suami keduanya. Hal ini menyebabkan Sisi sama sekali tidak menikmati hubungan suami istri yang dilakukannya. Universitas Sumatera Utara “pernikahan yang kedua? Ya kek mana ya biasa aja, cuman karena dia negatif lebih susah jalaninnya. Karena kakak kan positif, kayak mana dibilang ya. Banyak ininya, iyalah kan aku positif, kan kenak HIV, kalau kau kan gak HIV. Dari situnyalah. Udah gitu kalau apa, kalau berhubungan lebih banyak ininya. Gimana ya kayak gak merasa kayak berhubungan gitu, sanking takutnya dia tertular ” W2S1PK.T5b.264-274 Kekuatiran Sisi mengenai penularan lewat hubungan badan dengan suami keduanya meningkat karena suami keduanya seringkali tidak mau menggunakan ““pengaman”” saat behubungan. Suami keduanya sering menolak menggunakan ““pengaman”” karena merasa cukup aman untuk berhubungan badan tanpa ““pengaman”” dan seks yang dilakukan tidak akan menimbulkan luka yang beresiko menularkan HIV. Karena hal tersebut Sisi kebingungan karena disatu sisi harus mengikuti kemauan suami keduanya, sedangkan di sisi lain harus tetap menggunakan ““pengaman”” untuk mencegah penularan virus. Sisi terkadang mengikuti kemauan suami keduanya untuk tid ak menggunakan “pengaman”, tetapi setelah itu Sisi merasakan penyesalan dan kekuatiran mengenai penularan pun meningkat.Sisi merasa bahwa hal ini menjadi beban berat bagi pikirannya. Pertengkaran juga sering timbul dalam pernikahan Sisi diakibatkan oleh masalah keuangan, dimana terkadang suami tidak rutin memberikan nafkah pada keluarganya. Suami Sisi juga sering kali meninggalkan Sisi untuk pulang ke daerah asalnya. Sisi menyadari karena masalah – masalah yang terjadi selama pernikahannya tersebut kondisi tubuhnya dapat terpengaruh. Sisi menyadari semenjak dirinya terkena HIV stress karena beban pikirannya dapat membuat Universitas Sumatera Utara kondisi tubuhnya menurun. Karena hal tersebut menyebabkan seringnya Sisi berfikir untuk bercerai saat menghadapi selisih paham dengan suami keduanya. “gada. Berjalan seperti biasa aja. Kakak kan gini semenjak kakak terinfeksi kakak gabisa beban pikiran kakak gabisa banyak – banyak. Kalau ada selisih paham dengan suami, kakak mikirnya gini, cerai ajalah, capek. Lebih banyak kesitu jadinya kalo kayak gini gaboleh banyak – banyak pikiran. Harus seneng – seneng,” W2S1PK.T5b.501-510 Walaupun begitu, masalah – masalah yang terjadi di rumah tangganya tersebut ternyata tidak membuat Sisi memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya. Sisi memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahannya. Sisi memutuskan untuk membangun semangatnya dan tetap berfikiran positif untuk menjalani pernikahannya. Selain itu Sisi juga memiliki beberapa alasan mengapa dirinya memutuskan untuk mempertahankan pernikahannya. Alasan yang pertama karena Sisi merasa bila dirinya bercerai, akan terlalu merepotkan bilan nantinya dirinya harus kembali memulai hubungan yang baru dan melakukan penyesuaian dari awal dengan pasangan barunya. Sisi juga memikirkan akan sulit baginya untuk menceritakan kembali mengenai penyakitnya pada pasangan barunya dan belum tentu dirinya dapat diterima oleh pasangan barunya tersebut. Alasan yang ketiga adalah Sisi menyadari bahwa dirinya butuh pertolongan suami untuk menopang keluarganya secara ekonomi. Sisi menyadari bahwa anak – anaknya yang masih kecil membutuhkan banyak biaya untuk kehidupan mereka dan sulit bagi dirinya bila dia harus seorang diri menafkahi anak - anaknya. Sisi Universitas Sumatera Utara juga menyadari bahwa anak – anaknya memerlukan sosok seorang ayah untuk anak – anaknya. Sisi menyadari bahwa kasih sayang seorang ayah tiri tidak dapat menggantikan kasih sayang seorang ayah kandung. Walaupun begitu, menurut Sisi sudah cukup bagi dirinya dan anak – anaknya dapat berkumpul bersama dan mendapatkan perhatian dari suami keduanya. Suami keduanya tersebut juga sudah dianggap ayah sendiri oleh anak Sisi yang kedua yang tidak mengenal ayah kandungnya yang sudah meninggal saat dirinya masih dikandungan “ya dia cukup. Karena kan kalau ayah tiri inikan gabisa menggantikan ayahnya. Kalau untuk manja – manja seperti ayah kandung itu udah gabisa gitu. Jadi kakak merasa gini aja, alah udahlah itu, yang penting ayahnya pulang dia bisa panggil ayah, dan bisa gabung – gabung, kumpul – kumpul udah. Kalau dulu kan pas masih sama ayah kandung kan, ini yang kecil blum ada masih dikandungan pas meninggal.” W3S1PK.T5b.401-412 Universitas Sumatera Utara Tabel 3 – Rekapitulasi Analisis Tahapan Pengambilan Keputusan Partisipan I NO TAHAPAN GAMBARAN 1. Menilai Masalah - Pengenalan terhadap masalah -Mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh -Mempertimbangkan untuk melanjutkan masalah. -Memahami tantangan serta apa manfaatnya a. Partisipan yang menginginkan untuk tidak punya anak dulu karena penyakitnya, memiliki ketakutan bila nanti setelah menikah suami meminta anak darinya. b. Memiliki ketakutan untuk berhubungan seks karena adanya resiko penularan kepada pasangan. c. Memiliki ketakutan terhadap resiko penularan virus dari ibu ke bayi dan resiko kecacatan bayi yang lahir dari ibu ODHA d. Memiliki ketakutan tidak akan diterima oleh keluarga dari pihak suami kedua bila status HIV yang dimilikinya terbongkar e. Memiliki ketakutan terhadap kemungkinan ditinggalkan suami keduanya karena penyakitnya f. Memikirkan keuntungan yang mungkin didapatkan dari remarriage adalah meringankan beban ekonomi, memiliki seseorang yang memberi semangat dan menjadi pendamping hidupnya g. Mendapatkan informasi mengenai HIVAIDS dari penyuluhan di suatu komunita ODHA tempat partisipan bergabung h. Informasi mengenai HIVAIDS yang didapatkan mengenai penularan penyakit, cara pencegahannya, dan program kehamilan untuk wanita ODHA. 2. Menilai Alternatif : -Memusatkan perhatian a. Partisipan mengetahui informasi pencegahan penularan virus yaitu dengan menggunakan “pengaman”. Informasi tersebut didapatkan dari penyuluhan Universitas Sumatera Utara pada berbagai alternatif pilihan -Mencari masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya. -Memberikan perhatian pada informasi yang relevan di media massa. komunitas ODHA b. Partisipan berkompromi dengan pacarnya dan menceritakan ketakutannya untuk memiliki anak dan pacarnya mengerti. c. Partisipan merubah mindset dirinya dengan membangun kepercayaan pada suami akan mempertahankan pernikahan mereka karena rasa cinta terhadap dirinya walaupun penyakitnya diketahui oleh keluarga suami. d. Partisipan lebih mengesampingkan ketakutan ditinggalkan oleh suami karena partisipan ingin menjalani pernikahan dengan calon suami keduanya. e. Partisipan mencari nasehat dari orangtua dan saudara – saudaranya dan mendapatkan nasehat untuk menceritakan penyakit kepada calon suami dan tidak memiliki anak dulu f. Partisipan juga mencari nasehat kepada teman – teman terdekatnya dan diingatkan untuk menceritakan mengenai HIV yang dideritanya kepada calon suami dan untuk tidak memiliki anak dulu g. Partisipan memiliki hubungan yang baik selama berpacaran dengan calon suami sehingga mendorong keinginan partisipan untuk melakukan remarriage dengan pria tersebut 3. Mempertimbangkan Alternatif: -Mengevaluasi seluruh pilihan yang ada a. Menurut partisipan alternatif untuk mencegah penularan HIV serta cara – cara untuk mengatasi kemungkinan masalah dalam pernikahan, sudah cukup efektif untuk digunakan mengatasi masalah – masalah yang mungkin muncul setelah melakukan remarriage. b. Menurut partisipan tidak ada konsekuensi negatif dari Universitas Sumatera Utara berdasarkan konsekuensi -Melihat kemungkinan manfaat dan kerugian -Kepraktisan dari tiap – tiap alternatif -Keyakinan atas pilihan yang terbaik -Responsif atas informasi baru yang penting. melakukan alternatif yang telah dipertimbangkan untuk tetap melakukan remarriage c. Alternatif – alternatif yang ditemukan partisipan mendorong keputusan partisipan untuk melakukan remarriage, terutama aternatif untuk mencegah penularan HIV. d. Kesimpulan akhir yang dibuat oleh partisipan setelah melakukan pertimbangan adalah bahwa dirinya harus selalu berfikir positif dalam menjalani pernikahannya kelak dan remarriage tidak masalah dilakukan oleh dirinya yang mengidap HIV bila calon suami telah menerima kondisinya dan dirinya telah mengerti bagaimana cara pencegahan penularan virus. 4. Membuat Komitmen: -Penumpukan tegangan dalam mempertimbangkan banyaknya alternatif. -Membuat komitmen terhadap pilihan. -Mengimplementasikan komitmennya. -Memberitahu orang a. Menurut partisipan menikah merupakan keputusan yang tepat karena memberikan kepada dirinya pendamping hidup dan pencari nafkah b. Saat partisipan memutuskan untuk melakukan remarriage masih ada kekuatiran yang dirasakannya c. Partisipan merasa yakin dengan keputusannya untuk melakukan remarriage karena calon suami yang menerima status dirinya yang mengidap HIV. d. Menyampaikan keputusan remarriage kepada pihak keluarganya. Ibu adalah orang pertama yang diberitahu setelah itu kepada saudara - saudaranya dan partisipan diingatkan kembali untuk benar – benar mempertimbangkan keputusannya dengan matang. Universitas Sumatera Utara lain mengenai keputusan yang diambilnya. -Termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya e. Menyampaikan keputusan remarriage kepada teman – teman terdekatnya didalam komunitas ODHA tempat partisipan bergabung. f. Tidak ada pihak yang menentang keputusan remarriage partisipan, keluarga dan teman memberikan dukungan untuk melakukan remarriage 5. Saat Ada Feedback Negatif: -Keputusan yang diambil mengandung risiko yang dapat membangun feedback negatif. -Komitmen dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. a. Merasakan penyesalan telah melakukan remarriage saat terjadi pertengkaran antara dirinya dengan suami. b. Setelah menikah suami meminta anak dari partisipan, tapi partisipan yang masih takut untuk memiliki anak merasa terbebani dengan permintaan tersebut. c. Masalah keuangan juga muncul setelah menjalani pernikahannya, dan kenyataan bahwa suami sering meninggalkan partisipan juga menjadi permasalahan d. Partisipan tidak menikmati saat berhubungan seks dengan suami keduanya setelah melakukan remarriage karena ketakutan akan resiko penularan virus kepada suami keduanya. e. Pertengkaran yang terjadi selama pernikahan dengan suami keduanya menambah beban pikiran partisipan dan membuat kesehatan partisipan terganggu f. Walaupun banyak masalah yang muncul dalam pernikahannya, partisipan memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahannya. g. Alasan partisipan mempertahankan pernikahannya adalah karena partisipan membutuhkan bantuan dalam hal ekonomi, membutuhkan sosok ayah bagi anak – Universitas Sumatera Utara anaknya, dan partisipan merasa terlalu merepotkan untuk memulai hubungan yang baru bila pernikahannya berakhir. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

B. PARTISIPAN II