remarriage, memperlihatkan bahwa partisipan pertama melewati kelima tahapan pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann, tahun 1977 tersebut. Partisipan
pertama melewati tahapan pertama sampai tahapan kelima secara berurutan.
2. PARTISIPAN II Rara
Rara diketahui tertular virus HIV dari hubungan seksual dengan suaminya di pernikahan mereka yang pertama. Setelah beberapa waktu suami pertamanya
meninggal Rara kembali membina pernikahannya yang kedua. Sebelum melakukan remarriage, Rara melakukan pertimbangan
– pertimbangan sebelum membuat keputusan tersebut. Sebagai seorang wanita dengan HIVAIDS
pertimbangan yang dilakukan Rara tentunya terkait dengan resiko yang dapat ditimbulkan oleh HIV. Penyakit HIV yang dimiliki Rara tidak dipungkiri telah
menimbulkan kecemasan dan ketakutan dalam diri Rara untuk melakukan remarriage. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita
dikatakan lebih mudah terserang HIVAIDS daripada pria. Perkiraan saat ini, wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa alat “pengaman” dengan pria
terinfeksi HIV adalah sekitar 28 lebih mungkin tertular HIV. Individu yang menderita HIV positif cenderung untuk mengalami depresi, kecemasan,
kemarahan, dan ketakutan dalam Matlin, 2008. Menurut Aggleton, Kim dan Ian 1994, akan ada keputusan sulit yang
harus diambil oleh seseorang dengan HIVAIDS bila melakukan pernikahan, yaitu keputusan untuk melakukan pemeriksaan HIV pada pasangan maupun
memutuskan mengenai metode seks yang aman untuk dilakukan, dan lain
Universitas Sumatera Utara
sebagainya.Rara diketahui memiliki ketakutan dan kecemasan untuk melakukan remarriage dikarenakan resiko penularan HIV yang mereka miliki. Rara
memiliki ketakutan akan resiko penularan HIV terhadap pasangannya. Rara juga memikirkan cara untuk merawat kesehatan suaminya agar tidak mudah terttular
virus HIV. Selain memikirkan mengenai resiko penularan terhadap pasangan, Rara juga
memikirkan mengenai penularan pada keturunannya sebelum melakukan remarriage. Walaupun Rara memang memikirkan mengenai penularan terhadap
keturunannya, tetapi hal tersebut tidak terlalu membebaninya. Rara yang telah melakukan steril sebelum melakukan remarriage telah memutuskan untuk tidak
memiliki anak lagi. Rara juga mengaku telah sangat mengerti mengenai program kehamilan bagi ODHA sehingga Rara merasa aman untuk memiliki anak. Seperti
yang dikemukakan oleh Aggleton, Kim dan Ian dalam teori mereka yang menyatakan khususnya pada wanita dengan HIVAIDS, memiliki ketakutan
terjadinya penularan pada bayi mereka dalam kondisi hamil. Beberapa wanita memutuskan punya anak, dan beberapa lainnya memutuskan untuk tidak punya
anak. Keputusan manapun yang diambil keduanya tetap menimbulkan dampak negatif yang cukup besar pada individu Aggleton, Kim, Ian, 1994.
Rara mengaku telah mengetahui resiko – resiko yang dapat ditimbulkan dari
remarriage. Selain itu Rara juga memiliki alasan yang menjadi pertimbangannya untuk melakukan remarriage. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dariyo
tahun 2004, bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan seorang individu
Universitas Sumatera Utara
memutuskan untuk melakukan remarriage, yaitu: Mendapatkan cinta dan persahabatan;
pemenuhan kebutuhan
biologis; faktor
kebutuhan ekonomikeuangan; etika, moral, dan norma sosial; faktor pemeliharaan atau
pendidikan anak; serta untuk memperoleh status sosial dalam Dariyo, 2004. Alasan untuk melakukan remarriage seperti teori diatas juga terlihat
dimiliki oleh Rara. Rara, melakukan remarriage dengan alasanuntuk mendapat perhatian dari pasangannya khususnya untuk penyakitnya. Alasan lain yang
dimiliki Rara adalah memiliki pendamping hidup yang memberikannya motivasi untuk tetap sehat, serta mendapatkan bantuan secara ekonomi untuk penopang
hidupnya. Bagi Rara yang menderita HIV, pertimbangan untuk melakukan remarriage
tidak semudah yang dilakukan oleh orang – orang yang sehat. Resiko dari kondisi
penyakit HIV yang dimiliki disertai dengan alasan – alasan untuk melakukan
remarriage membuat pengambilan keputusan partisipan untuk melakukan remarriage menjadi pertimbangan yang sulit. Resiko dari penyakit HIV yang
dimiliki Rara menghasilkan konflik pada saat mengambil keputusan untuk melakukan remarriage.
Sulitnya pertimbangan yang dilalui Rara sesuai dengan teori yang dinyatakan Janis dan Mann 1977, bahwa pada umumnya individu akan
menghadapi konflik dalam proses pengambilan suatu keputusan yang sangat penting. Dalam mempertimbangkan resiko dari konflik yang muncul akan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kemampuan individu dalam mengambil keputusan. Munculnya konflik yang disebabkan oleh resiko akan mempengaruhi kemampuan individu
dalam mengambil keputusan. Resiko dalam konflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak tindakan yang harus
diambil agar sesuai keputusan yang dibuatJanis Mann, 1977. Pengambilan keputuan itu sendiri menurut Janis Mann 1977
pengambilan keputusan
merupakan pemecahan
konflik dan
perilaku menghindarberdasarkanpada faktor situasional. Selanjutnya berdasarkan definisi
diatas, de Heredia dan koleganyamelakukan perkembangan terhadap teori pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann 1977 tersebut. Menurut hasil
penelitian yang mereka lakukan, definisi pengambilan keputusan oleh Janis and Mann 1977 tersebut merupakan model deskriptif dari proses pengambilan
keputusan, dimana mereka mengedepankan ide bahwa kebutuhan untuk membuat suatu keputusan melibatkan konflik dari keadaan stress. Tidak adanya stress atau
hadirnya stress yang berlebihan dapat menjadi penentu utama kegagalan partisipan untuk membuat suatu keputusan, karena hal tersebut berhubungan
dengan pencarian informasi yang tidak produktif, pengukuran serta pola dari pengambilan keputusan tersebut de Heredia, 2004.
Gambaran unik proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang dapat dilihat dari tahap-tahap yang dilaluinya sebelum sampai pada keputusan
akhir. Hal ini berbeda-beda pada setiap individu dan tergantung pada pola seseorang dalam menghadapi masalahnya. Janis Mann 1977 memperkenalkan
Universitas Sumatera Utara
lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Partisipan kedua penelitian ini juga melewati tahapan pengambilan keputusan oleh Janis Mann dalam
membuat keputusan untuk melakukan remarriage. Rara memiliki urutan tahapan pengambilan keputusan yang sama, yaitu melewati tahapan pertama sampai
tahapan kelima secara berurutan. Tahapan yang dilalui oleh Rara sesuai dengan pola yang dimiliki Rara dalam mempertimbangkan keputusannya.
Pada tahap awal proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Rara, ia mencari informasi yang berkaitan dengan penyakitnya. Rara mencari informasi
mengenai HIVAIDS melalui pelatihan dalam komunitas ODHA di kota Medan. Selain mendapatkan pelatihan, Rara juga membaca buku- buku mengenai
HIVAIDS untuk mendapatkan informasi tambahan. Informasi yang didapatkan Rara dalam komunitas ODHA tersebut adalah mengenai pencegahan penularan ke
anak dan pencegahan penularan kepada suami. Informasi tersebut langsung disampaikan oleh dokter yang berpengalaman sehingga informasi yang
didapatkan dapat dipercaya kebenarannya. Rara juga memikirkan masalah
– masalah yang dapat timbul bila dirinya melakukan remarriageyaitu: adanya ketakutan terjadi penularan HIV terhadap
suami. Rara juga memiliki ketakutan tidak dapat menerima kekurangan suami serta ketakutan untuk memenuhi tuntutan dari suami yang menginginkan
keturunan. Selain itu Rara juga memikirkan tentang kasih sayang yang akan diberikan suami terhadap anak
– anaknya. Rara memiliki ketakutan terbesar yaitu bila status penyakit HIV yng dideritanya diketahui oleh keluarga suami.
Universitas Sumatera Utara
Rara juga mempertimbangkan mengenai kerugian serta keuntungan atau manfaat yang akan didapatkan bila dirinya melakukan remarriage. Rara bertujuan
untuk memiliki pendamping hidup untuk bertukar pikiran saat dirinya melakukan remarriage. Menurut Rara keuntungan dari melakukan remarriage adalah dirinya
dapat terbantu secara ekonomi serta memiliki seseorang yang dapat membantu merawat dirinya. Keuntungan tersebut membuat Rara tetap berkeingininan untuk
melakukan remarriage. Hal
– hal yang dilakukan Rara tersebut sesuai dengan yang dijelaskan di tahap pertama proses pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann 1977. Tahap
pertama adalah menilai masalah. Tahap ini meliputi pengenalan terhadap masalah, mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh positif atau
negatif bagi tindakan yang akan dilakukan. Informasi yang didapatkan akan menghasilkan krisis sementara. Dengan kondisi tersebut, individu akan memilih
untuk menghindari atau menyelesaikan masalah. Pada tahap ini individu mulai merasa tidak nyaman berada dalam kondisi tertentu dan ia menyadari perubahan
perlu dilakukan. Individu mulai memahami mengenai konflik yang dihadapi merupakan hal yang penting. Hal ini membantu individu agar terhindar dari
asumsi – asumsi yang salah atau sikap yang terlalu menggampangkan masalah
yang kompleks Janis Mann, 1977. Setelah mempertimbangkan untuk tetap melanjutkan permasalahan
mengenai remarriage yang akan dilakukan, Rara memasuki tahapan kedua. Masuk dalam tahapan kedua ini, informasi mengenai penyakit HIV yang
Universitas Sumatera Utara
dikumpulkan sebelumnya oleh Rara juga memberikan informasi mengenai alternatif yang dapat dilakukan. Alternatif untuk mencegah penularan HIV
terhadap suami yang diketahui Rara yaitu dengan menggunakan “pengaman” saat
berhubungan seks. Rara juga mengetahui bahwa pencegahan terhadap penularan HIV dari ibu ke anak dapat dilakukan dengan mengikuti program kehamilan yang
ditentukan. Program kehamilan tersebut membuat Rara merasa aman untuk memiliki keturunan. Rara juga berkonsultasi dengan psikolog pernikahan untuk
membantunyabelajar menerima kekurangan calon suami keduanya yang cenderung berkepribadian keras. Berfikir positif juga merupakan alternatif yang
digunakan Rara untuk menjalani pernikahannya. Rara juga mengatasi ketakutan akanterbongkarnya status kepada keluarga suami diatasi dengan dukungan dari
suami dan merubah mindset yang dimilikinya dengan mempercayai bahwa suami tidak akan membongkar status HIV kepada keluarganya.
Dalam tahapan kedua ini partisipan kedua juga mencari nasehat dari teman – teman dan keluarga mereka. Rara mendapatkan dukungan untuk melakukan
remarriage dari keluarga maupun teman – temannya. Rara yang mengalami
keraguan untuk melakukan remarriage diyakinkanoleh orangtua dan teman –
temannya untuk tetap melakukan remarriage. Teman – teman Rara bahkan
memarahi Rara karena Rara ragu untuk menikah kembali. Teman – teman Rara
berpendapat bila calon suami sudah menerima status HIV yang dimiliki Rara, tidak ada lagi yang perlu ditakutkan.
Universitas Sumatera Utara
Pencarian alternatif untuk masalah serta pencarian nasehat kepada orang - orang terdekat yang dilakukan Rara tersebut juga sesuai dengan tahapan kedua
dalam pengambilan keputusan Janis dan Mann. Tahap kedua adalah menilai alternatif-alternatif yang ada. Setelah seseorang merasa yakin terhadap informasi
yang berkaitan dengan masalahnya, dia mulai memusatkan perhatian pada berbagai alternatif pilihan atau tindakan yang ada. Seseorang juga berusaha
mencari masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya. Selain itu, ia juga akan semakin memberikan
perhatian pada informasi yang relevan di media massa. Hal yang paling penting pada tahap ini adalah sikap terbuka dan fleksibilitas. Individu lebih menaruh
perhatian pada rekomendasi berupa saran – saran untuk menyelesaikan
permasalahan, meskipun saran tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya sekarang ini Janis Mann, 1977.
Setelah Rara mengumpulkan alternatif dan mencari nasehat mengenai pertimbangannya untuk melakukan remariage, Rara masuk ke tahap yang ketiga.
Tahap ketiga yaitu menimbang alternatif. Pada tahapan iniRara memikirkan konsekuensi dari alternatif yang telahdikumpulkannya. Menurut Rara alternatif
– alternatif yang telah dipertimbangkannya tersebut memiliki konsekuensi negatif.
Partisipankedua ini menyadari bahwa kedua anaknya dapat menjadi korban bila masalah dalam rumah tangganya tidak dapat diatasi dan mengalami perpecahan.
Partisipanjuga menyadari bahwa dirinya sendiri dapat menjadi korban karena terbebani dengan pikiran yang dapat membuat kondisi kesehatannya memburuk.
Universitas Sumatera Utara
Partisipan mempersiapkan mental dan dirinya sendiri untuk menerima konsekuensi
– konsekuensi tersebut. Pada tahapan ketiga ini, Rara juga menilai seberapa efektif alternatif
– alternatif yang dikumpulkan untuk dilakukan nantinya. Menurut Rara alternatif
pencegahan yang dipertimbangkan sebelumnya sudah cukup efektif untuk mengatasi masalah
– masalah yang mungkin muncul. Rara mengaku sudah cukup berpengalaman melakukan alternatif pencegahan virus dilapangan sebagai
pendamping di salah satu komunitas ODHA di kota Medan. Tahapan ketiga yang dilalui Rara juga sesuai dengan teori yang menjelaskan
mengenai tahapan ketiga pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann. Pada tahap ini Janis dan Mann menyatakan bahwa seorang pengambil keputusan mulai
mengevaluasi seluruh pilihan yang ada berdasarkan konsekuensi dan kemungkinan untuk dilakukan. Mengenai konsekuensi tindakannya, seseorang
melihat kemungkinan manfaat dan kerugian yang harus ia terima serta kepraktisan dari tiap
– tiap alternatif yang menurutnya paling baik dalam upayanya mencapai tujuan tertentu. Ketika seseorang menyadari bahwa terdapat kemungkinan
terjadinya penyesalan di masa mendatang, ia pun menjadi semakin berhati-hati dalam menimbang alternatif-alternatif yang ada. Karakteristik seseorang yang
berada pada tahap ini adalah munculnya ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin telah dilakukan dan ketidakinginan untuk komitmen atas alternatif-
alternatif, dapat menjadi stress dan kembali ke tahap dua. Meskipun seseorang
Universitas Sumatera Utara
mulai merasa yakin atas pilihan yang terbaik, biasanya menjadi responsif atas informasi baru yang penting Janis Mann, 1977.
Setelah tahap ketiga, seseorang akan masuk ke tahap keempat yaitu membuat komitmen. Tahap ini ditandai dengan penumpukan tekanan dalam
mempertimbangkan banyaknya alternatif. Hal ini hanya dapat diatasi dengan membuat komitmen terhadap keputusan yang diambil. Setelah membuat
komitmen, pengambil keputusan pun mulai mempertimbangkan untuk merealisasikan komitmennya dan memberitahu orang lain mengenai keputusan
yang diambilnya. Pengambil keputusan menyadari bahwa cepat atau lambat, orang lain dalam jaringan sosialnya akan mengetahui mengenai keputusan yang
diambilnya. Ia juga menyadari bahwa ketika ia merealisasikan dan mengungkapkan keputusannya, maka ia akan memiliki tanggung jawab atas
keputusannya. Dengan demikian pada saat pengambilan keputusan, akan mulai mengantisipasi kemungkinan kehilangan harga diri jika ia gagal menjalankan
keputusan yang sudah dibuatnya. Seorang pengambil keputusanakan menjadi lebih termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya. Individu
akan melakukan cara-cara yang dapat membantunya merealisasikan keputusannya dengan konsekuensi yang paling kecilJanis Mann, 1977.
Sesua dengan teori, partisipan kedua juga masuk kedalam tahapan keempat ini setelah mempertimbangkan seluruh alternatif. Dalam tahap ke empat ini Rara
mulai yakin bahwa melakukan remarriage adalah hal yang tepat. MenurutRara melakukan remarriage adalah keputusan yang tepat karena wanita akan
Universitas Sumatera Utara
mengalami banyak kesulitan bila hidup sendiri tanpa suami yang menemani. Kondisi tersebut akan menjadi semakin sulitbila wanita tersebut memiliki
HIV.Rara akhirnya membuat komitmen untuk melakukan remarriage. Saat telah memutuskan melakukan remarriage juga timbul keraguan dalam diri Rara untuk
melakukan remarriage dan akhirnya dapat diyakinkan oleh orangtua dan teman –
temanya. Rara merasa perlu untuk memberitahu tentang keputusannya pada orang
– orang yang dekat dengannya. Setelah yakin, Rara menyampaikan keputusan untuk
melakukan remarrriage pada kedua orangtuanya dan teman – teman terdekat.
Teman – teman dan keluarga Rara yang memberikan dukungan bagi Rara untuk
melakukan remarriage merasa senang dengan keputusan Rara untuk melakukan remarriage. Meskipun begitu, tidak semua teman dan keluarga Rara
menyetujuikeputusan Rara untuk melakukan remarriage. Respon yang diberikan Rara hanya berdiam diri kepada teman
– teman dan keluarga yang memberikan penentangan. Rara merasa sudah yakin bahwa keputusannya adalah hal yang
tepat, sehingga tidak perlu mendengarkan penentangan yang ada. Setelah membuat komitmen untuk remarriage dan memberitahukannya
pada orang – orang terdekat, Rara merealisasikan komitmennya. Rara melakukan
remarriage. Setelah menjalani pernikahannyapartisipan kedua pun masuk ke tahap kelima. Selama masa awal menjalani remarriage, pernikahan Rara berjalan
dengan cukup baik. Menurut Rara suami keduanya memberi perhatian seperti yang diharapkan oleh Rara. Tetapi hal tersebut tidak bertahan selamanya, ditengah
Universitas Sumatera Utara
perjalanan pernikahan mereka mulai muncul masalah – masalah yang
menimbulkan pikiran untuk bercerai dalam diri Rara. Partisipan kedua mulai menerima feedback negatif dalam pernikahan keduanya tersebut. Masalah
– masalah tersebut memicu pertengkaran yang mengakibatkan suami mengungkit
masalah peyakit HIV yang dimiliki partisipan. Bahkan suami mengancam akan membongkar status HIV Rara pada keluarganya bila mereka bercerai.
Walaupun banyak masalah yang muncul dalam pernikahannya, Rara memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahannya. Alasan Rara
memutuskan untuk mempertahankan pernikahannya adalah untuk kebaikan pertumbuhan anak
– anaknya.Hal tersebut sesuai dengan teori pengambilan keputusan tahapan ke lima oleh Janis dan Mann. Mereka menyatakan bahwa
seseorang yang sudah melakukan komitmennya akan masuk ke tahap kelima yaitu tetap melakukan komitmen meskipun ada umpan balik yang negatif. Banyak
keputusan memasuki periode honeymoon, dimana pengambil keputusan sangat bahagia dengan pilihan yang ia ambil dan menggunakannya tanpa rasa cemas.
Tetapi setiap keputusan yang diambil seseorang mengandung risiko yang dapat membangun feedback negatif.Pentingbagi pengambil keputusan untuk tidak
bereaksi berlebihan terhadap kritik atau kekecewaan yang mungkin timbul. Dari tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa seseorang akan sangat berhati-hati
dan sangat mempertimbangkan segala sesuatu untung atau ruginya sebelum mengambil suatu keputusan yang akan menjadi sebuah komitmen dalam
hidupnya. Komitmen tersebut haruslah dilakukan dengan serius dan sungguh-
Universitas Sumatera Utara
sungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. Jika komitmen tidak dilakukan, maka itu bukanlah suatu keputusan, tapi hanya sebatas hasrat atau
keinginan Janis Mann, 1977.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULANDAN SARAN