PARTISIPAN I Sisi PEMBAHASAN

Teori yang dikemukakan oleh Janis dan tersebut memperlihatkan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan model deskriptif suatu pemecahan konflik dari keadaan stress yang muncul sata seseorang mengambil suatu keputusan yang sangat penting. Maka dari itu peneliti menggunakan teori tahapan pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann 1977. Hal tersebut bertujuan agar pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai proses pengambilan keputusan seorang wanita dengan HIVAIDS untuk melakukan remarriage.

1. PARTISIPAN I Sisi

Ada beberapa alasan yang menyebabkan seorang individu memutuskan untuk melakukan remarriage, yaitu: Mendapatkan cinta dan persahabatan; pemenuhan kebutuhan biologis; faktor kebutuhan ekonomikeuangan; etika, moral, dan norma sosial; faktor pemeliharaan atau pendidikan anak; serta untuk memperoleh status sosial dalam Dariyo, 2004. Alasan untuk melakukan remarriage tersebut juga terlihat dimiliki oleh partisipan pertama penelitian ini. Sisi melakukan remarriage dengan alasanagar suami keduanya kelak dapat membantunya dalam mengasuh anak – anaknya.Selain itu alasan Sisi melakukan remarriage yaitu untuk memenuhi kebutuhan biologis serta untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi. Pertimbangan untuk melakukan remarriage yang dilakukan oleh partisipan pertama, ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor melakukanremarriage. Universitas Sumatera Utara Namun pertimbangan tersebut juga dipengaruhi oleh hal – hal yang berkaitan dengan resiko yang ditimbulkan oleh HIV yang diderita oleh partisipan. Sisi diketahui tertular virus HIV dari hubungan seksual dengan suaminya di pernikahannya yang pertama. Kenyataan bahwa dirinya tertular HIV telah menimbulkan kecemasan dan ketakutan dalam diri partisipan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita dikatakan lebih mudahterserang HIVAIDS daripada pria. Perkiraan saat ini, wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa alat “pengaman” dengan pria terinfeksi HIV adalah sekitar 28 lebih mungkin tertular HIV. Individu yang menderita HIV positif cenderung untuk mengalami depresi, kecemasan, kemarahan, dan ketakutan dalam Matlin, 2008.Menurut Aggleton, Kim dan Ian 1994, akan ada keputusan sulit yang harus diambil oleh seseorangdengan HIVAIDS bila melakukan pernikahan, yaitu keputusan untuk melakukan pemeriksaan HIV pada pasangan maupun memutuskan mengenai metode seks yang aman untuk dilakukan, dan lain sebagainya. Ketakutan serta kecemasan tersebut juga mempengaruhi pertimbangan Sisi dalam memutuskan untuk melakukan remarriage. Sisi memiliki ketakutan dan kecemasan untuk melakukan remarriage dikarenakan resiko penularan HIV yang dia miliki. Sisi memiliki ketakutan akan resiko penularan HIV terhadap pasangannya. Sebelum melakukan remarriage resiko penularan ini menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Sisi. Sisi memiliki alasan yang kuat untuk Universitas Sumatera Utara merasaketakutan dalam melakukan hubungan seks dengan suami keduanya karena adanya resiko penularan HIV kepada pasangannya. Khususnya pada wanita dengan HIVAIDS, memiliki ketakutan terjadinya penularan pada bayi mereka dalam kondisi hamil. Beberapa wanita memutuskan punya anak, dan beberapa lainnya memutuskan untuk tidak punya anak. Keputusan manapun yang diambil keduanya tetap menimbulkan dampak negatif yang cukup besar pada individu Aggleton, Kim, Ian, 1994. Sisi juga memiliki ketakutan akan resiko penularan terhadap anak mereka saat melakukan remarriage. Ketakutan tersebut membuat Sisi memutuskan untuk tidak memiliki anak dulu saat dirinya melakukan remarriage. Sisi yang telah mengetahui tentang program kehamilan yang tersedia bagi ODHA untuk mencegah terjadinya penularan virus dari ibu ke anaknya tetap memiliki kekuatiran akan penularan serta resiko kecacatan bayi karena obat yang dikonsumsi oleh ibunya. Bagi partisipan pertama, alasan – alasan untuk melakukan remarriage disertai dengan resiko dari kondisi penyakit HIV yang dimiliki, membuat pengambilan keputusan partisipan untuk melakukan remarriage menjadi pertimbangan yang sulit. Resiko dari penyakit HIV yang dimiliki partisipan menghasilkan konflik pada saat mengambil keputusan untuk melakukan remarriage. Universitas Sumatera Utara Janis dan Mann menyatakan bahwa pada umumnya individu akan menghadapi konflik dalam proses pengambilan suatu keputusan yang sangat penting. Dalam mempertimbangkan resiko dari konflik yang muncul akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengambil keputusan. Munculnya konflik membuat pengambil keputusan akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan muncul. Resiko dalam konflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak tindakan yang harus diambil agar sesuai keputusan yang dibuatJanis Mann, 1977. Pengambilan keputuan itu sendiri menurut Janis Mann 1977 merupakan pemecahan konflik dan perilaku menghindarberdasarkanpada faktor situasional. Selanjutnya berdasarkan definisi diatas, de Heredia dan koleganyamelakukan perkembangan terhadap teori pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann 1977 tersebut. Menurut hasil penelitian yang mereka lakukan, definisi pengambilan keputusan oleh Janis and Mann 1977 tersebut merupakan model deskriptif dari proses pengambilan keputusan, dimana mereka mengedepankan ide bahwa kebutuhan untuk membuat suatu keputusan melibatkan konflik dari keadaan stress. Tidak adanya stress atau hadirnya stress yang berlebihan dapat menjadi penentu utama kegagalan partisipan untuk membuat suatu keputusan, karena hal tersebut berhubungan dengan pencarian informasi yang tidak produktif, pengukuran serta pola dari pengambilan keputusan tersebut de Heredia, 2004. Universitas Sumatera Utara Gambaran unik proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang dapat dilihat dari tahap-tahap yang dilaluinya sebelum sampai pada keputusan akhir. Hal ini berbeda-beda pada setiap individu dan tergantung pada pola seseorang dalam menghadapi masalahnya. Janis Mann 1977 memperkenalkan lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Partisipan pertama penelitian ini juga melewati tahapan pengambilan keputusan oleh Janis Mann dalam membuat keputusan untuk melakukan remarriage. Tahap pertama adalah menilai masalah. Tahap ini meliputi pengenalan terhadap masalah, mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi tindakan yang akan dilakukan. Informasi yang didapatkan akan menghasilkan krisis sementara. Dengan kondisi tersebut, individu akan memilih untuk menghindari atau menyelesaikan masalah. Pada tahap ini individu mulai merasa tidak nyaman berada dalam kondisi tertentu dan ia menyadari perubahan perlu dilakukan. Individu mulai memahami mengenai konflik yang dihadapi merupakan hal yang penting. Hal ini membantu individu agar terhindar dari asumsi – asumsi yang salah atau sikap yang terlalu menggampangkan masalah yang kompleks Janis Mann, 1977. Sebelum memutuskan untuk melakukan remarriagepartisipan pertama, Sisi melewati tahapan ini. Pada tahapan ini Sisi mencoba untuk mencari informasi mengenai penyakitnya yang akan berkaitan dengan keputusan remarriage yang sedang dipertimbangkannya. Sisi Mendapatkan informasi mengenai HIVAIDS dari penyuluhan di suatu komunitas ODHA tempat dirinya bergabung. Informasi Universitas Sumatera Utara mengenai HIVAIDS yang didapatkan yaitu tentang penularan penyakit, cara pencegahannya, dan program kehamilan untuk wanita ODHA. Pada tahapan ini, selain mengumpulkan informasi mengenai penyakitnya, Sisi mempertimbangkan beberapa masalah yang muncul bila dirinya melakukan remarriage. Masalah – masalah tersebut diantaranya adalah: memiliki ketakutan mewujudkan tuntutan suami untuk memiliki keturunan. Sisi juga memiliki ketakutan untuk melakukan seks karena adanya resiko penularan kepada pasangan. Selain itu Sisi jugamemiliki ketakutan terhadap resiko penularan virus dari ibu ke bayi dan resiko kecacatan bayi yang lahir dari ibu dengan HIVAIDS.Ketakutan terbesar yang dialami Sisi adalah takut tidak akan diterima oleh keluarga dari pihak suami bila status HIV yang dimilikinya diketahui. Hal ini menyebabkanketakutan partisipanterhadap kemungkinan ditinggalkan suami keduanya karena penyakit yang diderita olehnya. Sisi juga mempertimbangkan mengenai kerugian serta keuntungan atau manfaat yang akan didapatkan bila dirinya melakukan remarriage. Menurut Sisi melakukan remarriage akan membawa lebih banyak keuntungan bagi dia dan keluarga kecilnya daripada kerugian. Menurut Sisi keuntungan utama yang mungkin didapatkan dari remarriage adalah dapat meringankan beban secara ekonomi. Keuntungan lainnya yang dipertimbangkan Sisi adalah memiliki seseorang untuk memberi semangat dan dapat menjadi pendamping hidupnya. Keuntungan tersebut membuat Sisi tetap berkeingininan untuk melakukan remarriage. Universitas Sumatera Utara Setelah mempertimbangkan untuk tetap melanjutkan permasalahan mengenai remarriage yang akan dilakukan, seseorang akan memasuki tahapan kedua. Tahap kedua adalah menilai alternatif-alternatif yang ada. Setelah seseorang merasa yakin terhadap informasi yang berkaitan dengan masalahnya, dia mulai memusatkan perhatian pada berbagai alternatif pilihan atau tindakan yang ada. Seseorang juga berusaha mencari masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya. Selain itu, ia juga akan semakin memberikan perhatian pada informasi yang relevan di media massa. Hal yang paling penting pada tahap ini adalah sikap terbuka dan fleksibilitas. Individu lebih menaruh perhatian pada rekomendasi berupa saran – saran untuk menyelesaikan permasalahan, meskipun saran tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya sekarang ini Janis Mann, 1977. Masuk dalam tahapan kedua ini, informasi mengenai penyakit HIV yang dikumpulkan sebelumnya oleh Sisi dapat memberikan alternatif yang mungkin dilakukan untuk mengatasi penularan virus. Sisi mengetahui bahwa penularan HIV terhadap pasangannya dapat dicegah dengan penggunaan “pengaman”selama berhubungan seks. Selain ituSisijuga melakukan komunikasi secara personal dengan suami keduanya untuk membuat kesepakatan tidak memiliki anak dulu dan menceritakan resiko terhadap keturunan dari penyakit yang dideritanya. Partisipanjuga merubah mindset yang dimilikinya dengan mempercayaibahwa suami akan mempertahankan pernikahan mereka walaupun penyakitnya diketahui oleh keluarga suaminya. Menurut Sisi suami akan melakukan hal tersebut karena Universitas Sumatera Utara rasa cinta terhadap dirinya.Partisipan juga lebih mengesampingkan ketakutannya atas kemungkinan ditinggalkan suami akibat penyakitnya. Hal ini dilakukan oleh Sisikarena dirinyaingin menjalani pernikahan dengan calon suami keduanya. Dalam tahapan kedua ini partisipan pertama juga mencari nasehat dari teman – teman dan keluarga mereka. Sisi mendapatkan nasehat dari keluarganya untuk menceritakan penyakit kepada calon suami dan tidak memiliki anak terlebih dahulu. Teman – teman terdekat Sisi juga mengingatkan untuk menceritakan mengenai HIV yang dideritanya kepada calon suami dan untuk tidak memiliki anak dulu. Walaupun pada awalnya keluarga Sisi yang sedikit merasa keberatan dengan keinginan Sisi melakukan remarriage, tetapi pada akhirnya memberi dukungan pada Sisi untuk melakukan remarriage. Setelah tahap kedua dilalui, seseorang akan masuk ke tahap yang ketiga yaitu menimbang alternatif. Pada tahap ini, seorang pengambil keputusan mulai mengevaluasi seluruh pilihan yang ada berdasarkan konsekuensi dan kemungkinan untuk dilakukan. Mengenai konsekuensi tindakannya, seseorang melihat kemungkinan manfaat dan kerugian yang harus ia terima serta kepraktisan dari tiap – tiap alternatif yang menurutnya paling baik dalam upayanya mencapai tujuan tertentu.. Ketika seseorang menyadari bahwa terdapat kemungkinan terjadinya penyesalan di masa mendatang, ia pun menjadi semakin berhati-hati dalam menimbang alternatif-alternatif yang ada. Karakteristik seseorang yang berada pada tahap ini adalah munculnya ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin telah dilakukan dan ketidakinginan untuk komitmen atas alternatif- Universitas Sumatera Utara alternatif, dapat menjadi stress dan kembali ke tahap dua. Meskipun seseorang mulai merasa yakin atas pilihan yang terbaik, biasanya menjadi responsif atas informasi baru yang penting. Janis Mann, 1977. Setelah mengumpulkan alternatif, partisipan pertama juga masuk ke tahap mempertimbangkan alternatif. Pada tahapan ini Sisi juga memikirkan konsekuensi dari alternatif yang telah ia kumpulkan. Menurut Sisi tidak ada konsekuensi negatif dari alternatif – alternatif tersebut, bahkan menurut Sisi bila nanti pernikahannya tidak berjalan dengan baik, anak – anaknya tidak akan terkena dampak karena dirinya merawat anak – anaknya dengan baik. Alternatif – alternatif yang ditemukan Sisi tersebut juga mendorong keputusannya untuk melakukan remarriage, terutama aternatif untuk mencegah penularan HIV. Menurut Sisi remarriage tidak masalah dilakukan oleh dirinya yang mengidap HIV bila calon suami telah menerima kondisinya dan dirinya telah mengerti cara pencegahan dan penularan virus. Pada tahapan ketiga ini, Sisi juga menilai seberapa efektif alternatif – alternatif yang dikumpulkan untuk dilakukan nantinya. Menurut Sisi alternatif – alternatif yang dikumpulkannya sudah cukup efektif dan dirasakan dapat mengatasi masalah – masalah yang muncul nantinya setelah melakukan remarriage. Setelah tahap ketiga, seseorang akan masuk ke tahap keempat yaitu membuat komitmen. Tahap ini ditandai dengan penumpukan tekanan dalam mempertimbangkan banyaknya alternatif. Hal ini hanya dapat diatasi dengan membuat komitmen terhadap keputusan yang diambil. Setelah membuat Universitas Sumatera Utara komitmen, pengambil keputusan pun mulai mempertimbangkan untuk merealisasikan komitmennya dan memberitahu orang lain mengenai keputusan yang diambilnya. Pengambil keputusan menyadari bahwa cepat atau lambat, orang lain dalam jaringan sosialnya akan mengetahui mengenai keputusan yang diambilnya. Ia juga menyadari bahwa ketika ia merealisasikan dan mengungkapkan keputusannya, maka ia akan memiliki tanggung jawab atas keputusannya. Dengan demikian pada saat pengambilan keputusan, akan mulai mengantisipasi kemungkinan kehilangan harga diri jika ia gagal menjalankan keputusan yang sudah dibuatnya. Seorang pengambil keputusanakan menjadi lebih termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya. Individu akan melakukan cara-cara yang dapat membantunya merealisasikan keputusannya dengan konsekuensi yang paling kecilJanis Mann, 1977. Setelah mempertimbangkan seluruh alternatif dan mulai yakin bahwa melakukan remarriage adalah hal yang tepat, partisipan pertamajuga masuk kedalam tahapan keempat ini. Keputusan untuk melakukan remarriage ini bagi Sisi adalah keputusan yang paling tepat untuk dilakukan. Menurut Sisi dengan menikah ia akan mendapatkan pendamping hidup dan pencari nafkah.Sisi pada akhirnya membuat komitmen untuk melakukan remarriage. Saat Sisi sudah memutuskan untuk melakukan remarriage masih ada kekuatiran yang dirasakannya. Hal tersebut teratasi dengan kenyataan bahwa calon suami menerima status dirinya yang mengidap HIV Universitas Sumatera Utara Setelah yakin pada keputusannya untuk melakukan remarriage, Sisi menyampaikan keputusan kepada orang – orang terdekat mereka. Sisimenyampaikan keputusan remarriage kepada pihak keluarganya. Ibu adalah orang pertama yang diberitahu setelah itu kepada saudara lainnya, dan partisipan diingatkan kembali untuk benar – benar mempertimbangkan keutusannya dengan matang. Sisi juga menyampaikan keputusan remarriage kepada teman – teman terdekatnya didalam komunitas ODHA tempat partisipan bergabung. Saat menyampaikan keputusan tersebut, Sisi tidak mendapatkan penentangan dari pihak keluarga maupun teman – temannya. Seseorang yang sudah melakukan komitmennya akan masuk ke tahap kelima yaitu tetap melakukan komitmen meskipun ada umpan balik yang negatif. Banyak keputusan memasuki periode honeymoon, dimana pengambil keputusan sangat bahagia dengan pilihan yang ia ambil dan menggunakannya tanpa rasa cemas. Tetapi setiap keputusan yang diambil seseorang mengandung risiko yang dapat membangun feedback negatif, menjadi pentin untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap kritik atau kekecewaan yang mungkin timbul. Dari tahapan- tahapan tersebut dapat dilihat bahwa seseorang akan sangat berhati-hati dan sangat mempertimbangkan segala sesuatu untung atau ruginya sebelum mengambil suatu keputusan yang akan menjadi sebuah komitmen dalam hidupnya. Komitmen tersebut haruslah dilakukan dengan serius dan sungguh- sungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. Jika komitmen tidak Universitas Sumatera Utara dilakukan, maka itu bukanlah suatu keputusan, tapi hanya sebatas hasrat atau keinginan Janis Mann, 1977. Setelah menikahpartisipan pertama pun masuk ke tahap kelima. Setelah menikah partisipan pertama mengalami beberapa feedback negatif dalam pernikahan yang dilakukannya. Setelah menikah Sisi merasakan penyesalan telah melakukan remarriage saat terjadi pertengkaran antara dirinya dengan suami.Setelah menikah suami meminta anak dari partisipan, tapi partisipan yang masih takut untuk memiliki anak merasa terbebani dengan permintaan tersebut.Masalah keuangan juga muncul setelah Sisi menjalani pernikahannya, suami juga sering meninggalkannya. Sisi juga tidak menikmati saat berhubungan seks dengan suami keduanya karena ketakutan akan resiko penularan virus kepada suami keduanya.Pertengkaran yang terjadi selama pernikahan dengan suami keduanya menambah beban pikiran partisipan dan membuat kesehatan Sisi menurun. Walaupun banyak masalah yang muncul dalam pernikahannya, partisipanpertama memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahannya. Alasan Sisi mempertahankan pernikahannya adalah karena partisipan membutuhkan bantuan dalam hal ekonomi, membutuhkan sosok ayah bagi anak – anaknya, dan Sisi merasa terlalu merepotkan untuk memulai hubungan yang baru bila pernikahannya berakhir. Uraian diatas tentang gambaran tahapan pengambilan keputusan yang dilewati oleh partisipan pertama dalam mangambil keputusan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara remarriage, memperlihatkan bahwa partisipan pertama melewati kelima tahapan pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann, tahun 1977 tersebut. Partisipan pertama melewati tahapan pertama sampai tahapan kelima secara berurutan.

2. PARTISIPAN II Rara