Profil Informan Analisis Prestise dalam Upacara Kematian pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

2. Apabila ada ternak mati, maka akan disembelih oleh masyarakat setempat. Daging akan dibagi rata kepada seluruh warga yang turut berpartisiapasi dalam kegiatan tersebut. Setiap masyarakat yang mendapatkan daging akan dikenakan biaya. 3. Marsihiol-sihol, apabila seseorang yang kembali dari tanah perantauan, haruslah membawa makanan mamboan sipanganon, dan mengajak tetannga di sekitar rumah untuk makan bersama.

4.2. Profil Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak sepuluh orang, dimana informan tersebut dianggap memahami bagaimana pelaksanaan upacara kematian pada adat Batak. 1. P. Lumban Gaol Lk, 57 tahun P. Lumban Gaol merupakan salah seorang parhata dari Punguan PATOMBOR Parsadaan Toga Marbun Boru Bere Ibebere dan PORLUGABE Pomparan Lumban Gaol Boru, Bere kota Tarutung. Ayah dari seorang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki ini juga merupakan seorang Sintua di HKBP Huta Gur-Gur. Informan mengaku sering terlibat dalam ulaon-ulaon adat Saur Matua baik sebagai Hasuhuton, Parhata, maupun hanya sebagai hadirin yang ada di wilayah Tarutung dan Sipoholon. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan, kebanyakan perubahan yang terjadi pada pelaksanaan dikarenakan oleh pengaruh agama yang sedikit banyaknya telah mengubah pola pikir masyarakat Batak yang sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan Batak. 2. Manganar Togatorop Lk, 71 tahun Pria yang sekarang menjabat sebaga Ketua Umum PATOGAB Punguan Togatorop Boru, Bere Rura Siliindung ini merupakan ayah dari lima orang anak dan 6 orang cucu. Informan bukan merupakan penduduk asli Silindung melaikan perantau dari luar daerah. Mereka tinggal di Tarutung karena ditugaskan untuk bekerja di Bank BRI Cabang Tarutung. Komplek tempat mereka tinggal sebagian besar penduduknya adalah pendatang, mereka membentuk STM yang sampai saat ini mempertahankan pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat Batak Toba yang berlaku didaerah Silindung. Mereka tidak mempunyai ParrajaonRaja Huta atau yang sering disebut dengan Raja Bius karena mereka adalah pendatang. Saat ini informan hanya tinggal berdua dengan istrinya Boru Sitompul yang merupakan seorang pensiunan guru. Setelah pesiun informan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan-kegiatan adat dan aktif di Gereja. Orang tua dari informan dulu dinyatakan meninggal pada posisi Saur Matua, meskipun masih ada anaknya yang belum menikah. Pihak keluarga tahu bahwa sebenarnya orangtuanya masih berada pada posisi Sari Matua. Dalam pelaksanaan Tonggo Raja informan dan pihak keluarga yang lain mengajukan permohonan agar Raja-Raja Bius dan peserta Tonggo Raja yang lain bersedia menaikkannya menjadi Saur Matua. Dalam wawancara yang dilakukan dengan informan menyebutkan bahwa selain kerap kali mengahadiri upacara Saur Matua, keluarganya pun melakukan upacara tersebut. 3. Parulian Lumban Tobing Lk, 57 tahun Informan ini merupakan seorang salah satu penduduk asli dari Desa Aek siansimun, Tarutung yang lazim disebut dengan Raja Huta. Untuk daerah tempat tinggalnya ini mengaku sudah banyak perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Kalau untuk sekarang ini sudah jarang ditemui orang yang benar-benar mati dalam posisi Saur Matua ataupun Mauli Bulung. Perubahan ini terjadi karena adanya anggapan syarat-syarat yang dibuat sebagai acuan agar seseorang dikatakan Saur Matua untuk sekarang sudah sangat sulit untuk dipenuhi. Segala kekurangan tersebut sudah dapat ditutupi dengan ukuran Hasangapon seseorang. 4. Drs. Ebsan Sinaga Lk, 77 tahun Pria yang khas dengan rambut putihnya ini merupakan seseorang tokoh yang cukup dikenal di Kota Tarutung karena keaktifannya dalam berbagai organisasi. Informan sangat sulit dijumpai kerena kesibukannya dalam kegiatan-kegiatan adat yang berada dalam wilayah Tapanuli Utara. Informan merupakan Sekretaris Lembaga Adat Dalihan Na Tolu Tapanuli Utara LADN Taput yang berpusat di Tarutung. Informan juga pernah menjabat sebagai Kadis Pendidikan Kabupaten Dairi. Sampai saat ini informan juga masih aktif sebagai parhata di dalam Punguan Marga Sinaga. Informan berpendapat bahwa sangatlah penting menjaga Dalihan Na Tolu, membina hubungan baik dengan seluruh masyarakat yang berada disekitarnya. Apabila hubungan telah terjalin dengan baik akan terbuka kemungkinan permohonan penaikan status kematian dapat dinaikkan menjadi Saur Matua. Pada intinya dalam kehidupan bermasyarakat yang paling penting adalah kebersamaan dan saling menghormati, maka masing-masing individu harus menjaga etikanya. 5. Hulman P. Sinambela Lk, 54 tahun Informan berikut bertempat tinggal di Desa Parbubu Pea Tarutung. Menurut pengakuannya, informan merupakan salah seorang tokoh adat yang sering di jadikan sebagai narasumber oleh peneliti maupun mahasiswa yang melakukan penelitian tentang budaya Batak, karena dianggap memberikan jawaban yang sesuai untuk memecahkan masalah- masalah yang ditanyakan oleh sipeneliti. Untuk sekarang ini selain sebagai Guru informan juga merangkap sebagai Parhata dari Punguan marga Sinambela dan juga Sintua di Gerejanya. Dalam Ulaon Saur Matua sendiri, informan pernah menjadi Boru dalam upacara kematian mertuanya. Mereka selaku keluarga menginginkan status kematian mertuanya tersebut adalah Saur Matua. Karena dianggap sebagai seseorang yang yang dituakan dalam lingkungannya, maka permohonan tersebut dikabulkan oleh Bius. 6. Belman Panjaitan Lk, 44 tahun Informan adalah seorang suami dari Boru Aritonang yan juga merupakan seorang guru di SMP N 1 Tarutung. Pria yang setahun belakangan menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMA N.2 Tarutung ini memiliki tiga orang anak, yakni dua putera dan satu puteri. Informan membenarkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan upacara Saur matua, misalnya waktu waktu pelaksanaan yang sekarang lebih dipersingkat. Agama-agama yang dianut oleh masyarakat Batak juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan tersebut 7. Saut Hutabarat Lk, 67 tahun Informan ini merupakan seorang Parhata dari Punguan Marga Hutabarat ini beralamat di Desa Parbaju Julu, Tarutung. Informan adalah suami dari Boru Nainggolan. Sebelum pensiun, informan bekerja di Dinas Perhubungan, Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk saat ini informan bekerja dengan meneruskan usaha pertanian. Informan adalah penduduk asli dari Silindung mengingat bahwa marga Hutabarat merupakan salah satu marga Si Opat Pusoran yang memang berasal dari Silindung. Pelaksanaan kegiatan adat khususnya di daerah Silindung memang mengalami perubahan jika dibandingkan dengan yang dulu, salah satunya mengenai tingkatan kematian yang ada dalam masyarakat Batak. Menurut informan yang merupakan penggemar batu akik ini penaikan status kematian seseorang menjadi Saur Matua bukan sebuah hal yang aneh lagi. Dapat dikatakan hampir semua orang yang meninggal dalam usia 50 tahun keatas melakukan hal tersebut. Hal ini terjadi pada hampir semua upacara kematian yang dihadirinya termasuk pada keluarganya sendiri. Apabila dalam Tonggo Raja menyetujui penaikan status tersebut maka itu dianggap sah. 8. R D Sianturi Lk, 58 tahun Pria yang pada tahun ini genap berusia 58 tahun ini sehari-harinya berprofesi sebagai wiraswasta bersama isterinya Boru Nainggolan. Semenjak pensiun sebagai PNS di Kantor Bupati Tapanuli Utara informan memang lebih memilih untuk berusaha wiraswasta bersama isterinya yang telah terlebih dahulu menggeluti kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak sepadat ketika informan masih aktif bekerja membuat informan lebih leluasa mengikuti kegiatan-kegiatan adat yang sedang berlangsung di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan adat yang diikuti oleh informan bukan hanya di seputaran daerah Silindung saja. Informan melihat bahwa memang benar adanya banyak perbedaan-perbedaan pelaksanaan upacara adat pada daerah-daerah Batak. Untuk Ulaon Saur Matua sendiri informan mengatakan bahwa dalam kasus penaikan status kematian seseorang menjadi Saur Matua sudah menjadi hal yang biasa di daerah Silindung. Hal seperti ini bisa terjadi apabila sudah ada kesepakatan dari penatua-penatua pada hari pelaksanaan Tonggo raja dengan aturan-aturan tertentu yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar. 9. Rusmina Lumban Gaol Pr, 49 tahun Informan yang merupakan ibu dari seorang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Pada tahun 1986 informan ditempatkan sebagai PNS di Tarutung dan selang beberapa tahun kemudian menikah. Sejak menikah informan beserta suami sudah ikut serta dalam kegiatan adat yang dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal mereka di Pardangguran. Informan yang sejak awal banggapan bahawa kegiatan-kegiatan adat sangat penting untuk diikuti, karena merupakan kewajiban sebagai seorang yang bersuku Batak Toba dan tinggal didaerah adat. Informan melihat adanya beberapa perbedaan pelaksanaan adat yang terjadi didaerah tempat tinggal orang tuanya yang berada di daerah Toba dengan yang terjadi di Silindung. Hal ini yang membuat informan rajin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan adat. Informan aktif dalam kegiatan-kegiatan adat baik sebagai pelaksana, maupun hanya sebagai peserta. Pada tahun 2011 yang lalu Ibu dari informan meninggal pada usia 82 tahun di Tarutung. Secara adat kematian tersebut adalah Sori Matua karena sudah ada dua orang puteranya yang meninggal. Namun, yang terjadi pada saat pelaksaan upacaranya adalah Adat Na Gok, yakni adat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang mati dalam posisi Saur Matua dan Mauli Bulung. Posisi tersebut akhirnya disetujui menjadi Saur Matua karena dalam Tonggo Raja disebutkan bahwa umurnya sudah panjang, semasa hidup dikenal memiliki pergaulan yang baik dan sudah memiliki banyak keturunan. 10. Marnaek Hutasoit Lk, 72 tahun Pria yang dulunya berprofesi sebagai wartawan di salah satu media cetak ini kemudian beralih profesi menjadi penjual batu akik. Terlihat dari banyaknya pengunjung yang memadati kios yang dibukanya di Simpang Empat Tarutung. Informan membuka usaha ini karena melihat tingginya minat masyarakat Indonesia sekarang ini terhadap berbagai jenis batu alam ini. Meskipun hari-harinya disibukkan dengan urusan batu-batu ini, informan mengaku tidak pernah meninggalkan kegiatan-kegiatan adat. Memgingat bahwa pria ini juga merupakan salah satu parhata dari Punguan Marga Huta Soit. Marnaek juga salah satu informan yang sepakat bahwa ulaon Saur Matua merupakan sebuah adat yang wajib dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Batak, karena ini merupakan agar hutang-hutang adat selama dia hidup dapat dibayarkan. Matriks 4.1. Informan berdasarkan Nama, Jenis Kelamin, Suku, Usia, Pekerjaan dan Agama No Nama Jenis Kelamin Suku Usia Tahun Pekerjaan Agama Alamat 1 P. Lumban Gaol Lk Batak Toba 57 Guru Protestan Jl.Mayjen Yunus Samosir 2 Manganar Togatorop Lk Batak Toba 71 Pensiunan Prorestan Komp. Aek Ristop 3 Parulian Lumban Tobing Lk Batak Toba 57 Wiraswasta Protestan Aek Siansimun 4 Drs. Ebsan Sinaga Lk Batak Toba 77 Sekretaris LADN Taput Protestan Komp. Stadion 5 Hulman P. Sinambela Lk Batak Toba 54 Guru Protestan Parbubu Pea 6 Belman Panjaitan Lk Batak Toba 44 Guru Protestan Jl. SM Raja 7 Saut Hutabarat Lk Batak Toba 67 Pensiunan PNS Protestan Partali Julu 8 R.D. Sianturi Lk Batak Toba 58 Pensiunan PNS Protestan Siwaluompu 9 Rusmina Lumban Gaol Pr Batak Toba 49 Guru Katolik Jl. Balige 10 Marnaek Hutasoit Lk Batak Toba 72 Wiraswasta Protestan Jl. SM Raja

4.4. Interpretasi Data